Hunian ”Mewah” di Kolong Tanah Kharkiv (Bagian 32)
Gempuran rudal dan artileri hampir setiap hari menyasar Kharkiv, Ukraina timur laut. Stasiun bawah tanah menghadirkan ”kemewahan hidup” bagi warga setempat.
Oleh
HARRY SUSILO DAN KRIS MADA DARI KHARKIV, UKRAINA
·6 menit baca
KOMPAS/HARRY SUSILO
Sejumlah warga terpaksa tinggal di sebuah stasiun kereta bawah tanah (metro) di Kharkiv, Ukraina, Rabu (6/7/2022). Mereka mengungsi dari tempat tinggal mereka ke stasiun bawah tanah karena merasa tidak aman dengan situasi Kharkiv yang selalu diserang rudal dan artileri hampir setiap hari. Sebagian lagi terpaksa mengungsi karena tempat tinggalnya sudah hancur dibom.
Sembari duduk menjulurkan kakinya, Vasiliy (49) menyeruput sup dingin di wadah mangkuk plastik, lalu melahap sepotong roti gandum. Beralaskan kantong tidur tipis yang menahannya dari lantai dingin stasiun, lelaki berambut putih itu mengamati lalu lalang manusia yang akan naik kereta bawah tanah.
Sudah sebulan terakhir Vasiliy tinggal di stasiun kereta bawah tanah di kota Kharkiv, Ukraina. Layaknya orang hendak berkemah, dia berbekal beberapa pakaian, alas tidur, makanan, dan beberapa dokumen penting. ”Saya sudah dua minggu tinggal di stasiun ini, dua minggu sebelumnya tidur di stasiun metro (kereta bawah tanah) lain,” tuturnya saat kami jumpai, Rabu (6/7/2022) sore.
Bersama lebih dari 100 orang lainnya, Vasiliy tidur berjajar beralaskan kantong tidur, berdesakan dengan warga lain, memadati lantai stasiun. Para pengungsi ini menyisakan sedikit ruang bagi penumpang yang hilir mudik akan naik atau turun dari kereta api.
Selama sebulan itu pula, Vasiliy menemukan ”kemewahan hidup” yang tidak dia dapat di tempat lain. ”Tinggal di sini sudah seperti hotel bintang lima, sangat nyaman. Bisa tidur nyenyak, dapat bantuan makan dua kali sehari, mau mandi pun air terus ada,” ujar Vasiliy.
Dari semua ”kemewahan” itu, yang terpenting bagi Vasiliy adalah di stasiun bawah tanah dia dapat tidur dengan tenang di malam hari tanpa khawatir terkena serangan rudal Rusia. Hampir setiap malam atau dini hari rudal-rudal Rusia menyasar Kharkiv.
KOMPAS
Wartawan harian Kompas Kris Mada dan Harry Susilo melaporkan kondisi terkini di Kota Kharkiv, Ukraina, Senin (4/7/2022). Lokasi yang dikunjungi ialah kompleks hunian warga di Distrik Saltivskyi, Kharkiv. Kompleks hunian ini menjadi kota mati karena ditinggalkan penghuninya setelah serangan rudal Rusia menghantam lokasi tersebut. Serangan terakhir pada sekolah tersebut terjadi Senin (4/7/2022) sekitar pukul 04.00 waktu setempat. Bekas hantaman roket pada Minggu pagi juga masih terlihat jelas.
Sebelum mengungsi, Vasiliy berdomisili di kompleks hunian Saltivka, Distrik Saltivsky, Kharkiv. Sebagian besar wilayah itu hancur dihantam rudal dan artileri. Dia tinggal di salah satu apartemen sembilan lantai. ”Tempat tinggal saya masih utuh, tetapi di sekitar saya banyak yang rusak,” ujarnya.
Vasiliy memutuskan meninggalkan apartemennya pada awal Maret 2022. Saat itu setiap hari Kharkiv dihujani bom. ”Saya depresi,” kata mantan guru Bahasa Inggris ini.
Tak tahan dengan kondisi itu, dia lalu tinggal berpindah-pindah dengan menumpang di rumah sejumlah sahabatnya. Sampai akhirnya sejak sebulan lalu, Vasiliy menemukan ”kemewahan hidup” yang tidak dia dapatkan di lokasi lain, yakni stasiun bawah tanah.
”Waktu awal saya pindah ke stasiun, lebih dari 1.000 orang mengungsi juga. Jadi sangat penuh,” ujar Vasiliy.
Jatah makan
Selain bisa tidur dengan nyenyak tanpa khawatir dengan pengeboman, ia sangat terbantu dengan bantuan jatah makan dua kali sehari yang disalurkan salah satu komunitas sukarelawan kemanusiaan bagi pengungsi. Sejak perang meletus pada 24 Februari 2022, pekerjaannya mengajar juga dihentikan pihak sekolah. Sejak itu dia tidak lagi memiliki penghasilan.
Di stasiun bawah tanah itu, alas tidur pengungsi dijajarkan membentuk barisan. Ada yang hanya membawa matras, ada yang membawa kantong tidur, kasur, hingga tenda. Masing-masing dari mereka tidak kenal satu sama lain. Kini mereka seperti bertetangga.
KOMPAS/HARRY SUSILO
Sejumlah warga terpaksa tinggal di sebuah stasiun kereta bawah tanah (metro) di Kharkiv, Ukraina, Rabu (6/7/2022). Mereka mengungsi dari tempat tinggal mereka ke stasiun bawah tanah karena merasa tidak aman dengan situasi Kharkiv yang selalu diserang rudal maupun artileri hampir setiap hari. Sebagian lagi terpaksa mengungsi karena tempat tinggalnya sudah hancur dibom.
Pada pagi atau siang hari, Vasiliy kadang keluar dari stasiun untuk berjalan kaki atau berbelanja ke pasar swalayan. ”Pintu stasiun ditutup pukul 22.00 dan buka lagi pukul 06.00. Jadi sebelum pukul 22.00, kami sudah harus ada di dalam untuk istirahat,” kata Vasiliy.
Saat pergi keluar dari stasiun, barang-barangnya pun dia tinggalkan begitu saja tanpa harus khawatir kehilangan. ”Di sini kami memiliki kesamaan nasib dan sepenanggungan. Jadi, tidak ada yang mencuri barang di sini,” ujar Vasiliy.
Warga Kharkiv lain, Tatyana (50), juga mengaku nyaman tidur di stasiun bawah tanah meskipun harus berdesakan di lantai stasiun beralaskan kantong tidur. ”Di bawah sini saya merasa aman,” kata Tatyana yang sudah dua minggu terakhir tidur di stasiun tersebut.
Dibantu sukarelawan
Stasiun bawah tanah lain, yang letaknya agak jauh dari pusat kota Kharkiv, juga dihuni pengungsi. Setidaknya terdapat 126 warga di stasiun itu. Mereka berasal dari seluruh penjuru Provinsi Kharkiv. Namun, stasiun ini ditutup untuk penumpang kereta dan praktis hanya digunakan sebagai lokasi pengungsian.
Luda Hurowaya (50) mengungsi di stasiun tersebut sejak 24 Februari 2022. Desa tempat dia tinggal, yakni Desa Vesyeloe, dibombardir pasukan Rusia sejak awal perang meletus. Desa itu terletak di dekat perbatasan dengan Rusia. Banyak rumah rusak berat terkena serangan artileri, termasuk rumahnya.
”Saya langsung pergi ke Kharkiv hanya dengan pakaian yang saya pakai ini,” ujarnya saat kami temui, Kamis.
KOMPAS/HARRY SUSILO
Sejumlah warga terpaksa tinggal di sebuah stasiun kereta bawah tanah (metro) di Kharkiv, Ukraina, Rabu (6/7/2022). Mereka mengungsi dari tempat tinggal mereka ke stasiun bawah tanah karena merasa tidak aman dengan situasi Kharkiv yang selalu diserang rudal dan artileri hampir setiap hari. Sebagian lagi terpaksa mengungsi karena tempat tinggalnya sudah hancur dibom.
Takut dengan situasi perang yang penuh ledakan saat itu, Hurowaya langsung menuju ke stasiun bawah tanah untuk berlindung bersama banyak warga Kharkiv lain. Saat pertama kali perang meletus, akhir Februari, polisi menyebut setidaknya lebih dari 2.500 orang mengungsi ke stasiun bawah tanah tersebut.
Pada awalnya Hurowaya hanya tidur beralaskan lantai stasiun. Ia tidak membawa barang apapun ke lokasi itu. Sukarelawan kemanusiaan memberikan dia beberapa pasang baju yang salah satunya dia gunakan untuk alas tidur.
Sebelum perang, Hurowaya bekerja menjadi petugas pembersih di pasar swalayan di Kharkiv. Begitu perang meletus, dia tidak hanya kehilangan tempat tinggal, tetapi juga pekerjaan. Pasar swalayan tempatnya bekerja rusak dan sampai kini tutup. Selama empat bulan ini ia tinggal di stasiun bawah tanah tersebut.
Hurowaya belum mau pulang ke desanya hingga perang benar-benar usai. ”Di sini saya bisa tidur tenang tanpa harus takut terkena bom. Sejumlah sukarelawan juga memberikan bantuan makanan setiap hari,” kata perempuan itu.
Salah satu sukarelawan yang mengurusi pengungsi di stasiun bawah tanah tersebut adalah Jakub Jaworski (42). Pria asal Polandia ini sudah sebulan terakhir ikut tinggal di stasiun bawah tanah, memastikan 126 pengungsi mendapatkan makan tiga kali sehari. ”Jika stok makanan habis, saya akan beli ke supermarket yang buka,” ujarnya.
Jaworski bahu-membahu dengan sukarelawan lain dengan meminjam dapur stasiun yang difungsikan sebagai dapur umum untuk memasak makanan bagi pengungsi. Dia bekerja sama dengan sejumlah organisasi kemanusiaan internasional dan lokal untuk mencari bantuan kemanusiaan.
”Istri saya dan teman-teman saya sering mengirim uang untuk membantu,” kata Jaworski. Sebelum jadi sukarelawan, ia tinggal di Inggris selama 20 tahun dan bekerja sebagai tukang potong daging.
AP PHOTO/BERNAT ARMANGUE
Sejumlah pengungsi, termasuk anak-anak, mengantre untuk mendapatkan jatah makanan di sebuah lokasi di Kharkiv, Ukraina, Kamis (19/5/2022).
Hingga saat ini, tembakan rudal dan artileri hampir setiap hari menyasar Kharkiv. Sebagian warga Kharkiv juga masih mengungsi ke luar kota. Adapun mereka yang memutuskan tetap tinggal di Kharkiv karena masih bekerja harus mencari cara agar tetap dapat tidur dengan nyaman. ”Saya harus minum obat tidur agar tidak terbangun saat ada ledakan karena harus bekerja pada esok harinya,” kata Anya, warga Kharkiv lainnya.
Aleksander (24), warga lain, terbangun setiap pukul 04.00. Pada rentang waktu tersebut, biasanya serangan rudal datang. ”Ledakan itu sangat mengganggu dan membuat khawatir, tetapi harus bagaimana lagi,” ujar pria yang bekerja sebagai pelayan restoran itu. Dalam situasi seperti itu, bisa dimengerti jika stasiun-stasiun bawah tanah tersebut menghadirkan ”kemewahan” tersendiri bagi warga.
--------
Serial liputan khusus Perang Ukraina-Rusia lainnya: