”Robohnya Lumbung-lumbung Gandum di Ukraina (Bagian 31)
Perang telah merenggut sumber penghidupan banyak warga di Ukraina. Ledakan artileri dan ranjau tidak hanya merobohkan lumbung gandum, tetapi juga merobohkan mental mereka. Sebagian besar lahan tak bisa ditanami.
Para petani dan pengusaha ladang gandum di Ukraina limbung terkena dampak perang. Stok panen dan lumbung gandum rusak. Sebagian besar ladang mereka tidak bisa ditanami karena banyak ranjau dan bahan peledak.
Lubov Ivanivna (62) berjalan tertatih memasuki bangunan lumbungnya. Lumbungnya mirip terowongan. Beberapa bagian lumbung itu retak dan penuh lubang. Kemudian dia berhenti menunjukkan hasil panen gandum yang membusuk.
Dari 70 ton stok hasil panen gandumnya yang disimpan di lumbung, saat ini hanya tersisa 20 ton. ”Yang 50 ton busuk, tak bisa dijual karena lumbung ini retak dan bolong di mana-mana sehingga air hujan masuk,” ujar nenek dua cucu ini saat kami temui di lumbungnya di Desa Mala Rohan, Provinsi Kharkiv, Ukraina, Selasa (5/7/2022).
Baca juga: Menyelami Tragedi Kemanusiaan, Mengabarkan Sekecil Apa Pun Upaya Perdamaian (Bagian 1)
Awalnya, dari 70 ton stok gandum hasil panen di lumbung itu akan dijual Ivanivna sebanyak 60 ton. Sisanya, 10 ton, untuk pakan ternak. Jika dihitung dengan harga gandum sebelum perang dimulai, Ivanivna telah merugi setidaknya 500.000 hryvnia atau setara Rp 250 juta karena 50 ton stok gandumnya membusuk.
Saat Desa Mala Rohan diserang Rusia, Februari-Maret 2022, serangan artileri dan terjangan peluru turut mengenai lumbung gandum dan sejumlah bangunan di kompleks pertanian milik Ivanivna. Beberapa bangunan roboh. Sebagian lumbungnya rusak. Beberapa mesin pertanian dan mobil juga penuh lubang peluru.
Baca juga: Menembus Jantung Perang Eropa (Bagian 2)
Tak hanya itu, sebanyak 143 ekor ternak sapi dan babinya mati karena serangan artileri Rusia. Ivanivna memperkirakan kerugian akibat ternak yang mati dan kerusakan mesin-mesin pertanian yang terkena ledakan itu sekitar 140.000 dollar AS atau setara Rp 2 miliar. ”Jumlah itu belum dihitung dengan bangunan yang hancur dan rusak,” ujar Ivanivna.
Saat ini, stok gandum 20 ton yang tersisa akan dia simpan sebagai cadangan makanan pada musim gugur dan dingin nanti. Hampir seluruh ladang gandum Ivanivna seluas hampir 7 hektar tak bisa ditanami karena masih penuh dengan ranjau dan bahan peledak. Ivanivna menambahkan, salah satu pekerjanya bahkan tewas karena melindas ranjau saat sedang mengemudikan traktor.
Baca juga: Solidaritas Kemanusiaan Tanpa Batas bagi Pengungsi Ukraina (Bagian 3)
Selain ladang gandum, Ivanivna juga memiliki ladang bunga matahari. Namun, dia tidak bisa menjual 18 ton hasil panen biji bunga matahari karena pelabuhan dan transportasi menuju ke sana masih diblokir.
Berjualan keliling
Tak pelak, tak hanya membuat trauma, dentuman artileri juga telah mengguncang perekonomian Ivanivna dan keluarganya. Usaha pertanian Ivanivna kini terhenti.
Saat ini, Ivanivna juga tidak bisa menjual hasil susu dan daging dari sejumlah ternak yang tersisa. Sebagian besar pelanggannya tidak lagi punya uang untuk membeli susu dan daging akibat perang. Alhasil, Ivanivna harus mencari cara untuk tetap bertahan hidup.
Baca juga: Adaptasi Warga Kyiv di Tengah Perang (Bagian 4)
Kini, dia terpaksa mencari uang dengan berkeliling ke warga-warga Desa Mala Rohan dan desa lain untuk menjajakan keju dan susu dengan harga separuh dari harga biasanya. ”Jika tidak begitu, saya tak bisa punya uang,” kata Ivanivna yang sudah 18 tahun jadi petani.
Ivan Oleksandrovich (62), pelaku usaha pertanian di Mala Rohan, juga harus menanggung dampak serupa. Ia adalah pemimpin usaha pertanian dengan 15 karyawan yang mengelola 1.000 hektar lahan, seluas 253 hektar di antaranya adalah ladang gandum.
Sebagian besar lahan gandum perusahaannya kini tidak bisa ditanami ataupun dipanen. Penyebabnya setali tiga uang dengan ladang Ivanivna. Banyak ranjau yang belum dijinakkan di lahannya.
Baca juga: Banyak Pembatasan akibat Perang Ukraina, Penting Tetap Jaga Kewarasan (Bagian 5)
”Di atas lahan ini ada lebih dari 100 lubang bom. Seharusnya ada 600 ton gandum yang bisa dipanen dari lahan ini, tetapi kini 150 ton rusak,” ucap Oleksandrovich saat mengecek salah satu sisi lahan gandumnya seluas 35 hektar.
Roket dan bom curah tersebar di lahan pertanian perusahaan Oleksandrovich. Roket dan mortir yang tersebar itu dia kumpulkan dan diletakkan di pekarangan kantor usahanya. Bangunan lumbung usahanya juga rusak parah.
Selain merusak lahan gandum, ledakan bom juga merusak lahan pohon ceri seluas 44 hektar. Ada sekitar 8.000 pohon dari 21.000 tanaman ceri yang ditanam rusak batangnya dan tidak bisa lagi dipanen.
Baca juga: Rudal Rusia Kejutkan Angelina (Bagian 6)
Oleksandrovich tidak tahu berapa besar kerugian yang harus ditanggung perusahaannya. Dia memperkirakan perusahaannya harus mengeluarkan lebih dari 5 juta hryvnia (sekitar Rp 2,5 miliar) untuk memperbaiki bangunan dan mesin-mesin pertanian. Kerugian itu belum termasuk biji gandum dan buah ceri yang gagal dipanen.
Perang Ukraina-Rusia tidak hanya membuat lumbung dan ladang gandum petani rusak. Sekitar 22 juta ton hasil panen gandum masih tertahan di pelabuhan utama Ukraina karena tidak dapat diekspor.
Baca juga: Kisah Kyra dan Yarina di Depan Gereja St Michael (Bagian 7)
Kondisi itu juga disampaikan Presiden Joko Widodo seusai menemui Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Istana Mariinsky Kyiv, 29 Juni 2022. Presiden Jokowi mengungkapkan, persoalan besar saat ini yang terdampak perang Ukraina-Rusia adalah persoalan pangan. Selain 22 juta ton gandum yang tidak bisa keluar dari Ukraina, ada 55 juta hasil panen ke depan dari petani.
”Kalau ini enggak bisa keluar, artinya yang bisa impor dari sini kan jadi pusing semuanya. Jumlah yang sangat gede sekali 77 juta ton. Bayangkan kalau tidak bisa keluar,” ucap Presiden Jokowi saat wawancara khusus dengan Kompas di Hotel Intercontinental Kyiv, Rabu (29/6/2022) sore, seusai pertemuan dengan Presiden Zelenskyy.
Baca juga: Pemerintah Indonesia Upayakan Titik Temu (Wawancara Eksklusif)
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menambahkan, kesulitan saat ini adalah jalur untuk gandum keluar hanya dari pelabuhan di Odessa. Namun, ranjau lautnya sangat banyak. ”Kalau ini tidak dibuka, harus lewat darat,” ucap Retno.
Menurut Retno, kalau hasil panen gandum di Ukraina juga tidak bisa dijual, petani akan mengalami demoralisasi. ”Kalau sekarang yang terjadi adalah masalah availaibility (ketersediaan). Kalau (petani) nanti sudah tidak mau tanam, isunya adalah scarcity (kelangkaan),” ucap Retno.
Perang telah merenggut sumber penghidupan banyak orang, termasuk Ivanivna dan Oleksandrovich. Hidup mereka kini terpuruk. Ledakan artileri dan ranjau tidak hanya merobohkan lumbung gandum mereka, tetapi juga merobohkan mental mereka karena sebagian besar lahan mereka tidak dapat ditanami.
--------
Gaung Harapan di Maidan, Segera Berakhirlah Perang Ini (Bagian 8)
Perang Pertama Gelenna (Bagian 9)
Aplikasi Digital Penolong Warga Kyiv (Bagian 10)
”Surga” Dunia Malam Saat Damai, ”Surga” bagi Korban Saat Perang (Bagian 11)
Sejak Meletus Perang Ukraina, Etha Selalu Tidur Bersama Senjata (Bagian 12)
Dari Mariupol ke Kyiv, Perang Ukraina-Rusia Itu Mengerikan (Bagian 13)
Perang Mengejar Lyudmila dari Severodonetsk ke Bucha (Bagian 14)
Mereka Berupaya Memulihkan Trauma dari Horor di Borodyanka (Bagian 15)
Keindahan Sirna di Mata Anak-anak Muda Ukraina (Bagian 16)
Ilya dan Generasi Baru Pengungsi yang Lahir di Tengah Perang Ukraina-Rusia (Bagian 17)
Kode Jari Menembus Markas Milisi di Ukraina Selatan (Bagian 18)
Hasrat Sergei dan Sebotol Air di Garis Depan (Bagian 19)
Sievierodonetsk Jatuh, Kendali Rusia Meluas di Ukraina Timur (Bagian 20)