Keindahan Sirna di Mata Anak-anak Muda Ukraina (Bagian 16)
Perang menyisakan trauma mendalam bagi anak-anak muda Ukraina. Dunia yang semula indah berubah kelam. Anak-anak muda ini berharap perang segera berakhir dan mereka bisa melanjutkan hidup dalam situasi lebih baik.
Dibesarkan dengan aneka dongeng indah, jutaan remaja Ukraina kini harus merasakan kegetiran perang. Mereka berusaha keras menyembuhkan trauma sekaligus mengatasi kebingungan atas tragedi kemanusiaan selama beberapa bulan terakhir.
Bagi Veronika Ivanova (20), perang begitu mengejutkan. Perang memaksa dia mengungsi ke Vienna, Austria, selama 2,5 bulan. Pada Sabtu (18/6/2022), ia kembali tiba di Kyiv. Ia salah satu dari 2,5 juta warga Ukraina yang sudah kembali dari pengungsian. Kementerian Dalam Negeri Ukraina menyebut, paling tidak 7,7 juta warga Ukraina mengungsi selama perang meletus.
Baca juga : Mereka Berupaya Memulihkan Trauma dari Horor di Borodyanka (Bagian 15)
Setiap keluarga punya alasan mengungsi. ”Waktu itu saya ketakutan dengan kejadian di Irpin dan Bucha,” ujar Ivanova.
Ia merujuk pada periode pendudukan Rusia pada dua kota di barat Kyiv itu. Ivanova tinggal di kota Kyiv. Di Ukraina, ada dua daerah bernama Kyiv, yakni kota dan provinsi atau oblast. Kota Kyiv dikelilingi Provinsi Kyiv. Irpin dan Bucha berada di Provinsi Kyiv. Dari pusat kota Kyiv, tepatnya Alun-alun Kemerdekaan atau Maidan Plaza, jarak lurus Irpin 22 kilometer (km) dan Bucha 24 km.
Bucha dan Irpin sama-sama di tenggara Pangkalan Udara Gostomel, salah satu markas tentara Ukraina yang paling awal diserbu Rusia kala perang meletus pada 24 Februari 2022. Untuk mencapai Kyiv dari Gostomel, pasukan Rusia harus melewati Bucha dan Irpin. Jarak lurus Irpin-Gostomel tidak sampai 6 km dari Bucha.
Ivanova menuturkan, kabar pendudukan Irpin dan Bucha membuat keluarganya amat takut. Karena itu, mereka memutuskan keluar dari Ukraina. Dari Kyiv, mereka berkendara sehari penuh sampai Lviv yang merupakan provinsi terbarat Ukraina. Dari Lviv, mereka melanjutkan perjalanan ke Polandia lalu Austria. Banyak remaja putri Ukraina berada di Polandia.
Baca juga : Rusia Intensifkan Serangan di Donbas
Sejak pertengahan Mei 2022, ia mendengar semakin banyak pengungsi kembali ke Ukraina. Kala itu, ia masih ragu akan kembali atau tidak. Pada Juni 2022, ia menggali kabar lebih lanjut soal Kyiv dan Ukraina secara umum.
Perang masih berlangsung. Walakin, garis depan berada lebih dari 500 km dari Kyiv. Sementara Kyiv sudah semakin menggeliat. Walau masih ada jam malam dan orang bersenjata api berpatroli di berbagai penjuru kota, penduduk kota itu mulai beraktivitas lagi. Kedai minum dan makan sudah buka walau dibatasi sampai pukul 21.00. Pusat perbelanjaan juga sudah buka.
Ivanova pun yakin keadaan sudah aman dan sudah saatnya kembali ke Kyiv. ”Saya harus melanjutkan sekolah,” kata mahasiswa di salah satu perguruan tinggi Kyiv itu.
Ia cepat-cepat menggeleng kala ditanya kemungkinan melanjutkan sekolah di luar Ukraina. Sejak naik kereta dari Przemysl di Polandia sampai di Stasiun Besar Kyiv, ia melihat keadaan sudah semakin normal. Baginya, tidak ada alasan untuk terus mengungsi di luar Ukraina.
Tidak semua pengungsi Ukraina kembali. Menurut Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR), ada 3,3 juta warga Ukraina mendapat status pengungsi sementara di Eropa. Status itu membuat mereka bisa bekerja serta mengakses jaminan sosial dan layanan kesehatan. Status itu juga memungkinkan mereka sekolah dengan status sebagai penduduk di tempat mereka mengungsi.
Baca juga : Di Tengah Gempuran Rusia, Ukraina Isyaratkan Siap Berunding Lagi
Bagi Ivanova, semua itu tidak menarik dibandingkan dengan tinggal di kampung halaman. Hampir semua teman dan kehidupannya di Kyiv. Selain itu, kondisi Kyiv juga terus membaik.
Ia berharap keadaan terus membaik dan tidak perlu lagi mengungsi. Perjalanan darat untuk keluar dan masuk Kyiv amat melelahkan. Dengan kereta, butuh paling cepat 11 jam dari perbatasan Polandia ke Kyiv. Dengan mobil, perjalanan bisa lebih lama karena sebagian jalan masih dipasangi perintang. Sebagian lagi rusak.
Tidak ada pesawat karena bandara-bandara di sekitar Kyiv masih tutup. Bandara Boryspil di timur dan Bandara Antonov di barat sama-sama belum jelas kapan akan beroperasi. Bandara Antonov sekaligus menjadi Pangkalan Udara Gostomel. Seperti Bandara Antonov, Bandara Boryspil juga jadi salah satu sasaran serangan Rusia pada Februari-Maret 2022. Bandara itu akses utama pengiriman aneka persenjataan dari Amerika Serikat dan sekutu serta mitranya kepada Ukraina.
Rudal dan roket Rusia menghujani kedua bandara dan aneka benda serta bangunan di sekitarnya. Banyak bangunan dan benda rusak akibat serangan itu. Salah satunya pesawat Antonov An-225 di Bandara Antonov. Pesawat terbesar di dunia itu hancur.
Baca juga : Warga Berbenah, Perang Berlanjut
Kebingungan
Bukan hanya fasilitas militer terkena rudal, roket, dan artileri Rusia. Salah satu peluru artileri Rusia juga meledak di samping rumah susun tempat Masha (18) dan ibunya, Nadya, tinggal di pinggiran Kyiv. ”Sampai empat hari dia tidak bisa memejamkan mata. Dia tidak bisa tidur, tidak mengantuk, dan tidak menunjukkan kelelahan. Dia selalu mengatakan tidak apa-apa. Walakin, saya tahu dia lelah sekali,” kata Nadya ketika ditemui di Kyiv pada Minggu (19/6/2022) malam waktu Kyiv.
Ayah Masha orang Rusia dan tinggal di sana. Sejumlah teman Masha juga orang Rusia dan berusia nyaris sama dengan dia. Bahkan, sejak akhir 2021, Masha mulai belajar sastra Rusia. Sebab, ayahnya penulis fiksi di Rusia dan Masha tertarik untuk mendalami bahasa yang dipakai ibu dan ayahnya.
Nadya memahami keterkejutan Masha. Seperti banyak remaja seusianya, Masha dibesarkan dengan dongeng-dongeng indah dan segala hal yang menyenangkan. ”Dia tahunya kuda poni, unicorn, serta dongeng pangeran dan putri. Semua hal seperti jutaan anak yang lahir di abad ini,” ujar Nadya.
Memang ada perang saudara di Ukraina timur sejak 2014. Namun, seperti bagi banyak orang Ukraina, perang itu begitu jauh. Jarak Donetsk dan Luhansk, dua provinsi tempat perang saudara, ke Kyiv lebih dari 400 km. Karena itu, meski tahu ada perang, banyak orang Kyiv tidak merasa tragedi itu menjadi bagian dari keseharian.
Semua berubah sejak 24 Februari 2022. Rusia melancarkan serangan besar-besaran ke berbagai penjuru Kyiv. Lviv yang berjarak lebih dari 1.100 km dari Luhansk sekalipun terkena rudal Rusia. Kyiv apalagi. Rudal, roket, artileri, bahkan pasukan Rusia masuk ke provinsi yang mengelilingi ibu kota Ukraina itu.
Baca juga : Perang Mengejar Lyudmila dari Severodonetsk ke Bucha (Bagian 14)
Kenyataan itu sulit dipahami Masha. Sebagian paman, bibi, dan neneknya ada di Rusia. Ia pun sedang belajar bahasa Rusia sebelum perang meletus. ”Dunia sejak akhir Februari sama sekali sulit dimengerti oleh putri saya. Dia masih depresi sampai sekarang walau terus berusaha mengatakan baik-baik saja. Saya tidak membayangkan bagaimana perasaannya, kondisi mentalnya,” kata Nadya.
Di awal perang, Nadya dan Masha memutuskan bertahan di Kyiv. Sebab, mereka yakin semua akan baik-baik saja dan perang tidak akan mencapai kota Kyiv. Pasukan Rusia tidak sampai pusat kota Kyiv meski banyak tentara Rusia mengepung kota itu.
Akhirnya ibu dan anak itu sepakat Masha mengungsi ke Stockholm, Swedia. Di sana, ia tinggal dengan kenalan ayah dan ibunya. ”Dia belajar muay thai, pemrograman komputer, juga bersiap masuk universitas. Dia berusaha mencari kesibukan apa pun agar sepenuhnya lelah lalu bisa tidur,” ujar Nadya.
Nadya beberapa kali menjajaki apakah putrinya perlu bertemu psikolog. Berkali-kali pula Masha menyatakan tidak membutuhkan konsultasi psikologi. ”Dengan fakta dia tidak mau diam, saya khawatir dia sebenarnya belum sembuh dari trauma,” kata Nadya.
Kepada ibunya, Masha pernah bertanya, apakah semua pria Rusia berusia di atas 18 tahun harus ikut wajib militer. Pertanyaan itu mengejutkan sekaligus menakutkan Nadya. Sebab, banyak teman Masha berasal dari Rusia dan berusia di antara 18 tahun hingga 20 tahun. Pertanyaan itu membuat Nadya membayangkan hal mengerikan: teman-teman Masha bergabung dalam pasukan yang diterjunkan ke Ukraina lalu mereka menemukan Masha. Tidak ada yang tahu, apa yang terjadi jika bayangan Nadya terwujud.
--------
Serial lainnya liputan khusus Perang Ukraina-Rusia:
Gaung Harapan di Maidan, Segera Berakhirlah Perang Ini (Bagian 8)
Perang Pertama Gelenna (Bagian 9)
Aplikasi Digital Penolong Warga Kyiv (Bagian 10)
”Surga” Dunia Malam saat Damai, ”Surga” bagi Korban Saat Perang (Bagian 11)
Sejak Meletus Perang Ukraina, Etha Selalu Tidur Bersama Senjata (Bagian 12)
Dari Mariupol ke Kyiv, Perang Ukraina-Rusia Itu Mengerikan (Bagian 13)