Sedikitnya 20.000 orang dari 52 negara mendaftar ke International Legion for the Defence of Ukraine. Ada asuransi 400.000 dollar AS bagi setiap anggota legiun asing yang tewas
Oleh
KRIS MADA DAN HARRY SUSILO DARI KYIV, UKRAINA
·5 menit baca
Vonis mati terhadap dua warga Inggris dan seorang warga Maroko mengungkap keberadaan warga asing di antara pasukan Ukraina. Sebagian orang asing itu punya pengalaman perang atau latar belakang militer, sebagian lagi warga sipil biasa sebelum perang Rusia-Ukraina meletus.
Ukraina tidak menyangkal keberadaan pasukan yang terdiri dari orang asing itu. Nama resmi kesatuan mereka “International Legion for the Defence of Ukraine”. Mereka dapat gaji, asuransi jiwa, dan tentu saja perlengkapan tempur. Sejumlah anggota legiun itu mengaku ada asuransi 400.000 dollar AS bagi setiap anggota legiun asing yang tewas.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengumumkan pembentukan legiun itu pada 6 Maret 2022. Menurut Kuleba kala itu, sedikitnya 20.000 orang dari 52 negara mendaftar ke legiun itu. Mereka berasal dari Amerika Serikat, Kanada, Inggris, hingga Maroko.
Juru bicara legiun itu, Damien Magrou, menegaskan mereka bagian dari Angkatan Bersenjata Ukraina dan didanai dari anggaran Kementerian Pertahanan Ukraina. “Biaya hidup, senjata, amunisi, gaji. Ada juga sumbangan dari donor perorangan, terutama dari negara-negara Barat,” ujar warga Norwegia itu, Senin (13/6/2022), di Kyiv.
Seorang warga Amerika Serikat yang bergabung dengan legiun itu, Gelenna McGee, mengaku mendapatkan gaji. Selain dikirimkan ke rekening atas namanya di salah bank Ukraina, ia mendapatkan kartu debit berwarna ungu. Kartu sejenis dimiliki pula oleh tentara dan anggota pertahanan wilayah Ukraina.
Mereka memakai kartu itu untuk transaksi harian di berbagai penjuru Ukraina. “Saya sebenarnya mencari burger asli seperti di rumah. Sudah mencoba 20 tempat, belum dapat,” kata McGee.
Perang Pertama
Ia tiba dari Kharkiv pekan lalu dan sedang libur dua pekan di Kyiv. Selama di Kharkiv, ia menjadi anggota paramedis. “Ini pertama kalinya saya benar-benar di medan perang,” ujarnya.
Sampai Desember 2021, ia bergabung dengan Angkatan Laut AS. Selama empat tahun bertugas, ia menghabiskan waktu di pangkalan atau kapal perang. Tugasnya di kapal dan Ukraina sama : menjadi perawat gawat darurat khusus pertempuran.“Berkali-kali, dari jendela ambulans, saya melihat rudal dan (peluru) altileri terbang. Sebagian meledak hanya beberapa puluh meter dari ambulans yang kami naiki. Saya tidak tahu bagaimana mitra saya mengemudikan ambulans di situasi seperti itu. Dia jago sekali,” tuturnya.
Selama di Kharkiv, ia tidak yakin sempat memperhatikan ada peringatan serangan atau tidak. Ia hanya lebih kerap desingan rudal atau roket, lalu ledakan. “Sehari bisa beberapa kali. Kami harus bergerak cepat di antara ledakan,” kata dia.
Tugas Gelenna dan rekan-rekannya di unit kedokteran tempur adalah mengevakuasi korban dari lokasi serangan. Warga sipil maupun militer perlu segera dibawa ke klinik atau rumah sakit terdekat. “Saya agak bisa memahami kalau militer jadi korban. Saya tidak mengerti mengapa warga sipil, anak-anak juga jadi sasaran,” ujarnya.
Meski empat tahun bergabung dengan AL AS, ia sama sekali tidak punya bayangan soal perang sebelum tiba di Ukraina. Karena itu, ia tetap kerap terkejut melihat warga sipil terluka oleh pecahan rudal, mortir, atau roket. Banyak pula orang cidera karena tertimpa bangunan yang runtuh.
Sewaktu di lokasi, ia tidak sempat memikirkan perasaan pribadinya. Fokusnya membawa korban secepat mungkin ke klinik atau rumah sakit terdekat. Tugasnya amat penting untuk upaya pemulihan lanjutan para korban.
Jika McGee dan rekan-rekannya terlambat mengevakuasi korban, upaya pertolongan lanjutan bisa terhambat. Korban bisa kehabisan darah, organ tubuhnya terlanjur rusak, atau bahkan ada komplikasi lain. “Di mana-mana darah, teriakan. Saya paling sedih kalau harus menolong anak-anak,” ujarnya.
Untuk menjaga kewarasan, ia mendapatkan cuti. Pada awal Juni 2022, ia berangkat ke Kyiv dan tinggal di kota itu selama tiga pekan. Ia salah satu dari kelompok awal legiun asing Ukraina. “Saya tiba di sini awal Maret. Tidak terasa, sudah beberapa bulan di sini,” kata dia.
Tanpa Pengalaman
Jika McGee punya latar belakang militer, Magrou malah sama sekali tidak punya. Sampai 2021, warga Norwegia itu menjadi pengacara salah satu firma hukum yang khusus melayani perusahaan. Ia menjadi kepala perwakilan firma hukum itu di Brussels, Belgia. Tugas utamanya mengurus kontrak, antimonopoli, hingga penyelarasan hukum Uni Eropa dengan hukum sejumlah negara Eropa utara dan timur.
Menjelang perang, ia memutuskan terlibat. “Saya bergabung saat anggota legiun asing belum banyak seperti sekarang,” kata dia.
Meski mendapat gaji dari Kyiv, ia menegaskan dirinya dan ribuan warga asing dalam legiun itu bukan tentara bayaran. Sebab, mereka bergabung dengan unit-unit dalam tentara Ukraina. Sebagai pengacara, ia mengaku sudah memeriksa semua aspek hukum sebelum menyatakan pendapat soal statusnya dan ribuan rekannya.
Status itu penting antara lain karena vonis mati terhadap Aiden Aslin (28) dan Shaun Pinner (48) dari Inggris serta Brahim Saadune dari Maroko. Pada April 2022, trio itu adalah sebagian dari pasukan Ukraina yang menyerah kepada pasukan Rusia dan milisi Republik Rakyat Donetsk di Mariupol. Pada awal Juni 2022, mahkamah bentukan RRD menjatuhkan vonis mati kepada mereka. Bagi RRD, mereka tentara bayaran dan tidak bisa diperlakukan sebagai tawanan perang.
Sejak awal, Moskwa menegaskan hanya akan memberikan status tawanan perang bagi tentara Ukraina. Status itu tidak akan diberikan kepada milisi atau legiun asing.
Moskwa memanfaatkan definisi yang pernah dipakai AS dan sekutunya antara lain terhadap orang-orang yang bergabung dengan pasukan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Menurut Washington dan sekutunya, seluruh orang asing dalam pasukan NIIS bukan tentara dan tidak bisa diperlakukan sebagai tawanan perang.
Washington, dan kini Moskwa, berpendapat bahwa tentara hanya bisa dibentuk negara berdaulat dan kedaulatan negara itu diakui negara lain. Tentara juga harus menggunakan identitas resmi, mematuhi hukum perang. Sementara anggota kelompok bersenjata yang dibentuk oleh pihak di luar pemerintah akan disebut sebagai milisi.
Menurut Soufan Center, lembaga konsultansi keamanan asal AS, ada juga yang disebut tentara bayaran. Mereka adalah orang-orang yang mendapat bayaran dari negara, walau bukan warga negara yang membayarnya dan tidak tergabung dengan tentara reguler.
Definisi itu dipakai Washington antara lain kepada Wagner, perusahaan keamanan asal Rusia. Warga Rusia, Yevgeny Prigozhin, dituding sebagai pemilik Wagner. Perusahaan itu disebut mengirimkan tentara bayaran untuk berperang di Suriah, Libya, hingga Irak.