Mereka Berupaya Memulihkan Trauma dari Horor di Borodyanka (Bagian 15)
Borodyanka, sekitar 60 kilometer barat laut Kota Kyiv, diserang Rusia sejak akhir Februari lalu dan kemudian sepanjang Maret, kota ini diduduki pasukan Moskwa. Momen itu meninggalkan trauma mendalam bagi warga setempat.
Seusai bermain perosotan di sebuah lapangan, Artem (7) berlari mendekati ibunya, Olga, karena terkejut mendengar suara ledakan. Artem masih trauma dengan bunyi tembakan dan ledakan di Borodyanka, sekitar 60 kilometer barat laut kota Kyiv pada Maret 2022. Kala itu, Borodyanka, salah satu kota di Provinsi Kyiv, masih diduduki pasukan Rusia.
”Tadi dia bertanya, apakah aman kalau tetap bermain? Saya bilang, tidak apa-apa. (Ledakan) itu dari (pasukan) kita. Sudah tidak ada perang lagi,” tutur Olga, yang kami temui di lapangan bermain di pusat Kota Borodyanka, Jumat (17/6/2022) siang.
Olga bersuami pegawai pada Dinas Pemadam Kebakaran Borodyanka. Ia mendapat kabar bahwa sedang ada upaya penjinakan ranjau darat dan aneka peledak sisa pertempuran. ”Mungkin lokasinya beberapa kilometer dari sini. Jauh, di dalam hutan,” kata dia.
Baca juga : Menyelami Tragedi Kemanusiaan, Mengabarkan Sekecil Apa Pun Upaya Perdamaian (Bagian 1)
Setelah ditenangkan Olga, Artem kembali bermain bersama anak-anak lain. Lapangan tempat anak-anak itu bermain persis di seberang empat blok bangunan apartemen yang hancur akibat pertempuran di pekan-pekan awal serangan Rusia. Militer Rusia mulai menginvasi Ukraina, 24 Februari 2022.
Tembakan artileri, rudal dari pesawat, dan peluru tank pada awal Maret 2022 menjadi penyebab kehancuran apartemen itu. Dua blok di tengah bahkan runtuh rata dengan tanah.
Di jalan itu pula, banyak kedai dan rumah masih kosong. Sebagian temboknya ada lubang bekas peluru senapan dan senapan mesin berat. Pecahan kaca terlihat berceceran di sekitar bangunan yang tutup.
Borodyanka mulai diserang Rusia sejak akhir Februari lalu dan kemudian sepanjang Maret, kota tersebut diduduki pasukan Moskwa. Kala itu, banyak penduduk Borodyanka mengungsi ke berbagai kota dan provinsi lain. Tak terkecuali Artem dan Olga.
Suami Olga yang menjadi petugas pemadam kebakaran tetap siaga, walau tidak bergabung dengan pertahanan sipil atau tentara. ”Petugas penanganan gawat darurat lebih diprioritaskan tetap pada pekerjaannya,” kata Olga saat ditanya tentang alasan suaminya tidak ikut angkat senjata.
Baca juga: Menembus Jantung Perang Eropa (Bagian 2)
Setelah Rusia meninggalkan Borodyanka dan kota lain di sekitar Kyiv, pasukan Ukraina mulai masuk. Penduduk Borodyanka perlahan kembali dari pengungsian. Mereka menemukan banyak kerusakan.
Siang itu sembari menunggu Artem bermain, Olga berbincang dengan Lubov, perempuan warga Borodyanka lainnya yang berusia 60-an tahun. Mereka duduk bersebelahan di taman bermain tersebut.
Tiba-tiba, air mata Lubov membasahi pipinya. Lebih dari 15 menit perempuan berambut pendek warna putih itu terdiam. Sesekali ia menyeka air mata. Air mata Olga ikut berlinang. ”Saya sudah lebih dari 45 tahun tinggal di sini. Kehidupan yang pernah saya tahu, ada di sini. Sekarang, saya tidak tahu lagi,” kata Lubov setelah bisa kembali berbicara.
Ia bercerita, rumahnya runtuh sebagian akibat perang. Sampai sekarang, perbaikan rumahnya belum dimulai. Ia tak tahu kapan dan bagaimana perbaikan akan dilakukan. Ia tidak akan bisa memperbaiki sendiri.
Baca juga : Solidaritas Kemanusiaan Tanpa Batas bagi Pengungsi Ukraina (Bagian 3)
Menurut Lubov, Olga belum lahir kala ia mulai tinggal di Borodyanka. Ia tidak mengerti, mengapa kota tempat tinggalnya jadi medan pertempuran yang menghancurkan banyak hal. Setelah pertempuran reda, Lubov dan Olga kerap bertemu di taman bermain tersebut. Sekadar berbagi cerita duka, mungkin bisa sedikit meredakan penderitaan akibat perang.
Horor serangan
Kehancuran di Borodyanka juga menyisakan getir bagi Galina Zadoroznya (55). Masih terbayang dalam ingatannya, betapa horornya kondisi Borodyanka saat diserang pasukan Rusia sejak akhir Februari hingga Maret silam. Di pengujung musim dingin itu, suhu beku masih menyelimuti Borodyanka. Tiba-tiba, ledakan terjadi. Serangan rudal Rusia menghancurkan beberapa apartemen dan warga sipil yang tinggal di dalamnya ikut terbunuh.
Baca juga : Adaptasi Warga Kyiv di Tengah Perang (Bagian 4)
Pada 1 Maret 2022, barisan tank-tank Rusia masuk ke dalam kota Borodyanka, lengkap dengan pasukan bersenjatakan senapan otomatis. Sehari berselang, sebuah bangunan apartemen di seberang taman bermain itu hancur dihantam rudal Rusia. Zadoroznya mengatakan, banyak warga mati akibat ledakan tersebut.
”Kami takut sekali. Ledakan di mana-mana, banyak sekali tank-tank Rusia juga masuk ke kota ini,” kenang Zadoroznya.
Saat itu pikiran Zadoroznya kalut. Anak lelaki dan menantunya, yang tinggal bersama, kemudian menyarankan pada Zadoroznya untuk segera mengungsi. Pada 6 Maret, bersama beberapa warga Borodyanka lain, Zadoroznya mengungsi. Ia berjalan kaki dari pusat kota Borodyanka hingga 15 kilometer ke sebuah desa di pelosok.
Setelah menunggu beberapa saat di desa itu, Zadoroznya kemudian menaiki kendaraan dan ikut dievakuasi ke Provinsi Vinnytsa, yang berjarak 244 kilometer ke arah selatan Borodyanka. Anak lelaki dan menantunya juga menyusul mengungsi ke tempat lain di Kyiv.
Baca juga : Banyak Pembatasan akibat Perang Ukraina, Penting Tetap Jaga Kewarasan (Bagian 5)
Lahir dan tinggal di Borodyanka, Zadoroznya tidak pernah menyangka bahwa sebagian besar bangunan di kotanya akan luluh lantak akibat perang. Kini, meski tidak ada lagi pertempuran di kotanya, ia masih bingung. Bingung karena sudah tak punya uang lagi guna memperbaiki tempat tinggalnya.
Akhir Mei lalu, anak laki-laki dan menantu Zadoroznya kembali ke Borodyanka. Begitu pula Zadoroznya. Ia juga kembali di kota kelahirannya tersebut. ”Saya ingin bertemu anak dan cucu-cucu saya,” ucap Zadoroznya, yang siang itu sudah berinteraksi dengan sejumlah warga Borodyanka lain.
Zadoroznya menghabiskan masa muda di puncak kejayaan Uni Soviet. Sebagian bangunan di Borodyanka juga dibuat kala Ukraina masih menjadi bagian Uni Soviet. Kini, sebagian bangunan Uni Soviet hancur akibat pasukan Rusia, negara terbesar pecahan Uni Soviet.
Kembali ramai
Pada Jumat (17/6/2022), warga yang kembali dari pengungsian sudah kembali memadati Borodyanka. Ada yang sudah berbenah untuk kembali menempati hunian apartemennya yang tidak terlalu rusak. Bagi warga yang tempat tinggalnya hancur, mereka menumpang ke sanak saudara dan kerabat.
Di Borodyanka, pemandangan kehancuran masih mewarnai berbagai sudut kota. Banyak bangunan apartemen runtuh. Bangunan lainnya yang masih berdiri, kaca-kaca jendelanya penuh dengan lubang bekas tembakan peluru. Di tepi jalan sana sini teronggok kendaraan yang rusak.
Baca juga : Rudal Rusia Kejutkan Angelina (Bagian 6)
Kendati demikian, sejumlah minimarket, kios, dan pasar loak mulai beroperasi. Warga mulai beraktivitas dengan membeli sejumlah komoditas kebutuhan pokok sehari-hari. Para lelaki muda terlihat memancing di tepi sungai. Juga mulai banyak orang lalu lalang bersepeda.
Jumat siang itu, meskipun ingatan perang masih melekat, Artem dan anak-anak lain sudah asyik bermain di lapangan seberang apartemen yang hancur. Mereka bermain perosotan, ayunan, jungkit-jungkit, atau sekedar berlarian ke sana kemari dengan riang gembira.
Olga dan orangtua lain pun setia mendampingi anak-anak itu. Mereka merasa lega jika anak-anak itu perlahan pulih dari trauma perang yang saat ini pun sebenarnya masih berlangsung di wilayah lain Ukraina.
Baca juga : Kisah Kyra dan Yarina di Depan Gereja St Michael (Bagian 7)
Tidak hanya anak-anak, Artem, Zadoroznya, dan Lubov pun mencoba kembali ke kehidupan nyata dan berupaya memulihkan trauma di tempat mereka tinggal. Mereka merasa sedikit lega, Borodyanka kembali ramai. Kehadiran warga dari pengungsian, lalu lalang mereka, serta anak-anak di taman bermain itu setidaknya menandakan kehidupan mulai hadir lagi di Borodyanka.
Sepintas Zadoroznya mengenali salah satu warga perempuan lain yang melintas dia langsung menyapa dan memeluk perempuan itu. Mereka mencoba saling menguatkan. Zadoroznya tidak tahu sampai kapan kapan perang Ukraina-Rusia ini akan berakhir. Namun, Galina berharap, dia dan keluarganya dapat kembali memulai hidup yang damai dan tenang.
---------
Serial lainnya liputan khusus Perang Ukraina-Rusia:
Gaung Harapan di Maidan, Segera Berakhirlah Perang Ini (Bagian 8)
Perang Pertama Gelenna (Bagian 9)
Aplikasi Digital Penolong Warga Kyiv (Bagian 10)
”Surga” Dunia Malam saat Damai, ”Surga” bagi Korban Saat Perang (Bagian 11)
Sejak Meletus Perang Ukraina, Etha Selalu Tidur Bersama Senjata (Bagian 12)
Dari Mariupol ke Kyiv, Perang Ukraina-Rusia Itu Mengerikan (Bagian 13)
Perang Mengejar Lyudmila dari Severodonetsk ke Bucha (Bagian 14)