Sejak Meletus Perang Ukraina, Etha Selalu Tidur Bersama Senjata (Bagian 12)
Setelah perang Ukraina-Rusia meletus, Etha Hutajulu (52), perempuan WNI, tak mau ikut mengungsi dari Ukraina. Ia memilih tetap bertahan di negeri itu bersama suaminya, pensiunan pilot jet tempur Angkatan Udara Soviet.
Oleh
HARRY SUSILO DAN KRIS MADA DARI KYIV, UKRAINA
·5 menit baca
Etha Hutajulu (52) pernah berada di tengah kerusuhan Mei 1998 Jakarta. Perempuan yang tinggal di pinggiran Kyiv, Ukraina, itu juga merasakan pengalaman mendebarkan saat peluru dan rudal beterbangan di atas tempat tinggalnya selama beberapa pekan. Namun, cinta membuatnya bertahan di Ukraina.
Tiba di Kyiv pada Februari 2019, Etha menikahi Viktor Sklifas (62), pensiunan pilot pesawat tempur angkatan udara Uni Soviet. Dulu, Ukraina merupakan bagian dari Uni Soviet sebelum negara raksasa komunis itu bubar pada tahun 1991. Pasangan Etha-Sklifas tinggal di Vynohradar, sekitar 10 kilometer dari pusat kota Kyiv.
Tempat tinggal Etha berjarak tidak sampai 500 meter dari pusat perbelanjaan Retroville dan 17 kilometer dari Pangkalan Udara Hostomel. Retroville dan Hostomel sama-sama jadi sasaran serangan Rusia pada pekan-pekan awal perang meletus sejak 24 Februari 2022.
”Saya dibangunkan suami sekitar pukul 04.00. Dia memberi tahu, itu suara rudal,” ujar Etha kala ditemui di Kyiv pada Kamis (16/6/2022) sore.
Sebagai pensiunan pilot pesawat tempur, Sklifas masih bisa mengenali suara rudal yang melintas. Ia bertahun-tahun menerbangkan Mig-23 dan kerap menembakkan berbagai rudal dari jet tempur itu.
Tidak lama setelah dibangunkan Sklifas, Etha akhirnya menyadari perang benar-benar meletus pada 24 Februari itu. Padahal, seperti banyak penduduk Ukraina, ia tidak yakin perang akan benar-benar terjadi. Bagaimanapun sengitnya hubungan Ukraina-Rusia selama beberapa tahun terakhir, banyak warga Ukraina-Rusia berkerabat. ”Sepupu saya menjadi kolonel di (angkatan bersenjata) Rusia,” tutur Sklifas.
Kedutaan Besar RI di Kyiv sebenarnya sudah menginformasikan kemungkinan pecahnya perang jauh sebelum serangan pertama. Bahkan, KBRI Kyiv berkali-kali berkomunikasi dengan WNI di Ukraina. Inti komunikasi adalah imbauan agar mereka siap dievakuasi sewaktu-waktu. KBRI Kyiv juga mendata WNI yang mau dan tidak mau dievakuasi dari Ukraina apabila keadaan memburuk. ”Kami sudah diberi tahu apa saja yang harus dipersiapkan,” ujar Estha.
Ia juga berkonsultasi dengan KBRI soal kemungkinan membawa serta suami dan ibu mertuanya. Pada prinsipnya, KBRI Kyiv bisa membantu mengupayakan evakuasi mereka. Walakin, seperti juga WNI lain, Etha harus mendapat persetujuan keluarganya untuk dievakuasi. Namun, persetujuan itu ternyata tidak didapat.
Mertuanya menolak meninggalkan rumah susun mereka. Berusia 83 tahun, mertua Etha pernah mengalami masa kecil saat Perang Dunia II. Setelah itu, ada periode panjang mertuanya mengalami era tangan besi Josef Stalin, pemimpin Uni Soviet tahun 1922-1952 yang dituduh bertanggung jawab atas tewasnya ratusan ribu hingga jutaan orang pada eranya. Pengalaman itu, selain juga karena lanjut usia, membuat ibu mertua Etha tak mau meninggalkan rumah susun. Apalagi, ia baru menjalani operasi kaki.
Karena ibunya tidak mau mengungsi, Sklifas memilih tetap tinggal di Kyiv. Ia anak tunggal dan satu-satunya kerabat yang dimiliki ibunya. Ia sebenarnya telah meminta Etha mengungsi. Etha menolak.
”Mungkin gila, mungkin terlalu pemberani. Dia memutuskan tinggal,” kata Sklifas soal keputusan Etha.
Siaga dengan senjata
Etha mengaku tidak mungkin meninggalkan suami dan mertuanya, lalu mengungsi sendiri tanpa mereka. Karena itu, ia menandatangani pernyataan bersedia tidak dievakuasi oleh KBRI Kyiv. Dengan surat pernyataan ini, Etha tetap tinggal di Kyiv kala WNI dan hampir seluruh staf KBRI Kyiv mengungsi keluar dari Ukraina.
Sejak hari pertama perang sampai akhirnya Rusia mundur dari Kyiv dan memfokuskan serangan ke wilayah timur Ukraina, Etha tetap tinggal di rumah susunnya. Untuk pertama kali sejak menikah, ia melihat suaminya selalu menenteng senapan.
Bahkan, senapan otomatis merek Kalashnikov itu diletakkan dalam keadaan siap tembak di samping tempat tidur. ”Kami tidur memakai sepatu, dokumen juga dekat dengan tempat tidur,” ujar Etha. ”Ada keluarga harus saya lindungi,” kata Sklifas.
Sebagai pensiunan tentara, lalu menjadi pilot komersial, Sklifas masih diizinkan memiliki senjata api. Ia punya tiga magasin dan setidaknya 1.000 butir peluru di rumah. Selama bertahun-tahun, senapan itu senantiasa tersimpan karena merasa tidak perlu digunakan.
Setelah perang memasuki bulan keempat, Etha dan Sklifas lebih tenang. Mereka bisa berjalan-jalan ke tengah kota Kyiv dan merasa aman.
Kuasa Usaha KBRI Kyiv Torang Pakpahan mengatakan, kehidupan di Kyiv sudah berangsur normal. “Sudah banyak berdatangan para penduduk Ukraina ke Kyiv. Kehidupan ekonomi juga menggeliat, restoran buka, begitu juga mal, supermarket. Ada juga kendaraan di jalan-jalan,” tuturnya.
WNI di Ukraina
Di seluruh Ukraina kini ada 21 WNI yang menetap dan 4 WNI yang sedang datang karena alasan penugasan. WNI di Ukraina tersebar di beberapa provinsi. Selain di Kyiv, ada yang tinggal di Odesa, Ternopil, hingga Kherson.
Selain itu, ada sejumlah WNI yang bekerja di KBRI Kyiv. Ditutup sejak pertengahan Maret, KBRI Kyiv beroperasi secara bertahap sejak awal Juni 2022. Di antara Maret sampai Juni, KBRI Kyiv beroperasi dari Kosice, Slowakia.
Karena perang masih berlangsung, KBRI Kyiv tetap mempersiapkan rencana evakuasi. Komunikasi dengan para WNI terus dijalin untuk menyampaikan informasi terbaru.
Meski kehidupan mulai normal di Kyiv, bagaimanapun juga Ukraina saat ini masih dalam keadaan perang. Perlindungan WNI pun menjadi alasan utama pengoperasian kembali KBRI Kyiv. ”Fungsi-fungsi lain belum bisa dijalankan secara normal,” kata Torang.
KBRI Kyiv, antara lain, belum melayani urusan kekonsuleran. Komputer KBRI Kyiv diputuskan dari peladen utama Direktorat Jenderal Imigrasi RI dan Kementerian Dalam Negeri. Pemutusan itu untuk memastikan tidak ada yang bisa mengakses data kependudukan WNI di peladen kedua lembaga itu selama KBRI Kyiv dikosongkan.
Torang masih menunggu perkembangan keadaan dan petunjuk dari Jakarta soal pengoperasian lanjutan KBRI Kyiv. Hal yang jelas, saat ini semua pihak memprioritaskan keamanan.
---------
Serial lainnya liputan khusus Perang Ukraina-Rusia: