Ada banjir informasi dari setiap pihak yang berhadapan secara langsung atau tak langsung dalam perang di Ukraina. Kebutuhan menyajikan informasi faktual menjadi alasan harian ”Kompas” mengirimkan dua jurnalis ke Ukraina.
Oleh
KRIS MADA, HARRY SUSILO
·5 menit baca
Cuaca cerah menyambut kedatangan kami di Bandar Udara Chopin, Warsawa, Polandia, Senin (6/6/2022) sekitar pukul 14.20 waktu setempat atau pukul 19.20 WIB. Dengan transit di Doha, Qatar, penerbangan Jakarta-Warsawa memakan waktu sekitar 18 jam. Dengan tujuan menembus Ukraina, negeri yang hampir empat bulan terakhir dilanda perang menyusul invasi Rusia sejak 24 Februari lalu, kedatangan di Warsawa ini ibaratnya baru separuh perjalanan.
Polandia menjadi wilayah transit kedua sekaligus pintu untuk memasuki Ukraina. Dua negara itu berbatasan langsung. Sejak perang berkecamuk, Polandia kebanjiran lebih dari 3,5 juta pengungsi dari Ukraina. Sebagian dari mereka dikabarkan telah kembali lagi ke Ukraina.
Padahal, setelah hampir empat bulan berkecamuk, belum ada tanda-tanda perang Ukraina-Rusia berakhir. Perang memaksa hampir 14 juta warga Ukraina mengungsi dan hampir 16 juta warga lainnya sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan. Selain itu, ribuan orang Ukraina terluka dan tewas dalam perang. Kerja sama semua pihak diperlukan untuk menghentikan perang terbesar di Eropa sepanjang abad ke-21 ini.
Perang Ukraina-Rusia tidak hanya melibatkan peluru, roket, dan rudal. Ada banjir informasi dari setiap pihak yang berhadapan secara langsung ataupun tidak langsung dalam perang itu. Kebutuhan menyajikan informasi faktual menjadi alasan harian Kompas mengirimkan dua jurnalis ke Ukraina mulai Senin (6/6/2022).
Persiapan panjang
Persiapan peliputan ini dilakukan sejak April 2022. Persiapan dimulai dengan memutuskan siapa yang akan berangkat. Setiap kondisi peliputan membutuhkan persyaratan.
Dalam liputan perang, persyaratan itu, antara lain, adalah pemahaman wartawan peliput tentang praktik bertahan hidup dalam kondisi ekstrem, hukum kemanusiaan internasional, dan identifikasi potensi bahaya di tengah konflik.
Setelah peliput diputuskan, persiapan berlanjut dengan pengurusan berkas-berkas terkait dengan keberangkatan. Asuransi, visa, dan tentu saja aneka surat dari harian Kompas terkait peliputan tersebut.
Tidak kalah penting, berkomunikasi dengan jajaran Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan TNI. Selain dengan Direktorat Perlindungan WNI Kemenlu RI, komunikasi dilakukan juga dengan Kedutaan Besar RI di Ukraina dan Polandia. Komunikasi dengan TNI merupakan langkah antisipasi jika ada keadaan darurat. Dalam berbagai evakuasi WNI dari aneka negara, TNI dan Kemenlu RI berperan amat penting.
Karena transportasi Indonesia-Ukraina tidak ada, diputuskan masuk Ukraina lewat Polandia. Dengan demikian, diperlukan mengurus visa Ukraina dan Polandia.
Kedutaan besar kedua negara itu di Jakarta sangat aktif membantu proses penerbitan visa. Duta Besar Ukraina di Jakarta Vasyl Hamianin menyatakan siap membantu jika ada hambatan dalam proses pengurusan visa.
Akreditasi militer
Hamianin menugaskan beberapa diplomat Ukraina untuk mengurus visa. Untuk mendapat visa Ukraina, terlebih dulu harus memperoleh akreditasi dari militer Ukraina. Butuh lebih dari tiga pekan, komunikasi bolak-balik, serta kontak dengan KBRI Kiev dan Kedutaan Besar (Kedubes) Ukraina di Jakarta sebelum akhirnya akreditasi dikeluarkan.
Setelah akreditasi, pekerjaan selanjutnya adalah mencari asuransi. Perang membuat pencarian asuransi amat sulit. Sejumlah perusahaan asuransi menolak menyediakan pertanggungan di Ukraina. Diplomat Kedubes Ukraina coba mencari solusi dan akhirnya bisa ditemukan asuransi kesehatan untuk Ukraina saja.
Adapun untuk asuransi jiwa akhirnya didapatkan dari konsorsium jurnalis internasional. Ukraina ditetapkan sebagai wilayah extreme plus. Oleh karena itu, dibutuhkan premi besar dengan pertanggungan selama lima pekan.
Dengan bekal akreditasi dan asuransi, visa Ukraina terbit hanya dalam tiga hari kerja sejak berkas diterima dan dinyatakan lengkap. Berkas dinyatakan lengkap pada 19 Mei 2022, visa terbit pada 23 Mei 2022 pagi.
Sembari menanti visa Ukraina diproses, dicari lagi asuransi yang berlaku untuk Polandia dan negara-negara Schengen. Seperti Ukraina, Polandia mewajibkan asuransi dengan pertanggungan minimum setara 30.000 euro atau sekitar Rp 464 juta. Asuransi untuk persyaratan visa Polandia relatif lebih mudah didapatkan.
Pengurusan visa Polandia juga cepat, hanya dalam tiga hari kerja. Diajukan pada 24 Mei 2022, paspor berisi visa Schengen dapat diambil pada 30 Mei 2022. Libur pada 26 Mei 2022 membuat hari kerja pada pekan terakhir Mei 2022 berkurang.
Penerbitan visa tersebut terbilang amat cepat jika dibandingkan dengan permohonan visa untuk tujuan lain. Pada laman Kedubes Polandia di Jakarta pun dicantumkan, pengurusan visa bisa sampai 15 hari kerja dan tanpa jaminan akan dikabulkan.
Salah satu faktor pemercepat proses visa Polandia adalah alasan di berkas permohonan. Dalam berkas permohonan dengan jelas disebutkan bahwa tujuan ke Polandia ialah transit untuk liputan perang di Ukraina. Sebelum berkas dikirimkan, memang ada komunikasi dengan Kedubes Polandia.
Perlengkapan
Selain mengurus berkas keberangkatan, tidak kalah penting mengurus perlengkapan dan peralatan. Harian Kompas menyediakan rompi antipeluru, helm antipeluru, telepon satelit, modem satelit, masker antigas, serta baju pelindung dari material kimia dan biologi.
Saat melepas kami di kantor di Palmerah, Jakarta, Jumat (3/6/2022), Pemimpin Umum Kompas Lilik Oetama menjajal beratnya rompi antipeluru itu. Ia juga mengingatkan kami soal pentingnya menjaga kondisi tubuh agar tetap prima, terlebih mengingat medan liputan perang yang penuh risiko, seperti di Ukraina saat ini.
Oleh karena itu, tidak lupa kami membawa makanan cepat saji serta peralatan memasak dan perlengkapan tidur guna mengantisipasi situasi terburuk yang dapat terjadi ketika perang. Dengan perlengkapan tersebut, jika dalam kondisi terburuk tidak memperoleh penginapan, kami setidaknya telah mempersiapkan antisipasinya. Skema komunikasi, termasuk rencana (plan) B pengiriman berita, juga disiapkan jika ternyata selama peliputan dihadapkan pada kondisi darurat di lapangan.