Rusia, apa pun alasannya, jelas bersalah dalam perang ini. AS juga menjadi aktor utama yang berpengaruh besar dalam upaya menghentikan atau memperpanjang perang di Ukraina.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
Setelah 100 hari perang, Ukraina kehilangan ribuan orang, aneka bangunan dan fasilitas bernilai miliaran dollar AS, serta wilayah hampir seluas Pulau Jawa. Perdamaian atau setidaknya penghentian perang harus menjadi prioritas utama.
Kepada anggota parlemen Luksemburg, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengaku setidaknya 20 persen wilayah Ukraina telah dikuasai Rusia. ”Ada pertempuran tanpa henti di wilayah yang membentang lebih dari 1.000 kilometer,” ujarnya, Kamis (2/6/2022) siang waktu Luksemburg atau Jumat dini hari WIB.
Dengan luas total 603.548 kilometer (km) persegi, Ukraina telah kehilangan wilayah setidaknya 120.709 km persegi. Sebagai pembanding, luas Pulau Jawa 128.297 km persegi. Setelah menduduki Semenanjang Krimea pada 2014, kini Rusia menguasai sebagian atau seluruh wilayah di lima provinsi di bagian selatan dan timur Ukraina. Provinsi atau oblast tersebut adalah Kherson, Zaporizhzhia, Donetsk, Luhansk, dan Kharkiv.
Di sana, menurut Zelenskyy, Ukraina kehilangan setidaknya 100 tentara atau milisi setiap hari. Di luar itu, ada banyak warga sipil dan aneka bangunan serta fasilitas umum dan Pemerintah Ukraina hancur karena perang.
Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan, sedikitnya 15,7 juta warga Ukraina membutuhkan bantuan kemanusiaan. Selain itu, hampir 14 juta orang terpaksa mengungsi di dalam atau luar Ukraina.
Oleh karena itu, Zelenskyy terus meminta semua pihak membantu menghentikan perang. Akan tetapi, permintaan itu tidak mudah karena para pihak dan pendukung para pihak dalam perang itu terus memasok ”bahan bakar”.
Menteri Luar Amerika Serikat Antony Blinken pun mengakui, mustahil meramalkan kapan perang akan selesai. Washington akan terus berusaha mendorong perang itu dihentikan segera.
Alasan AS
Rusia, apa pun alasannya, jelas bersalah dalam perang ini. Di sisi lain, AS juga menjadi aktor utama dalam upaya menghentikan sekaligus memperpanjang perang. Dengan alasan memaksa Rusia berunding, AS dan sekutunya menerapkan aneka sanksi kepada sejumlah pihak di Rusia. AS dan sekutunya mendesak negara lain mengenakan sanski kepada Rusia.
”Kami bergerak cepat mengirim ke Ukraina sejumlah besar persenjataan dan amunisi sehingga bisa bertempur dan bisa dalam posisi sekuat mungkin di meja perundingan,” tulis Presiden AS Joe Biden, seperti dikutip The New York Times edisi 31 Mei 2022.
Tulisan itu terbit setelah Biden mengumumkan pengiriman peluncur sistem roket gerak cepat M142. Dengan jangkauan hingga 80 km, sistem yang juga dikenal sebagai HIMARS dan dikembangkan pada akhir abad ke-20 itu diharapkan bisa membantu Ukraina menyerang Rusia dari jarak jauh. HIMARS bagian dari aneka persenjataan bernilai hampir 30 miliar dollar AS yang diberikan Washington kepada Kiev sejak perang meletus pada 24 Februari 2022.
Kolumnis senior The New York Times, Christopher Caldwell, menulis, AS berperan dalam memperpanjang perang Ukraina. Tulisan Biden dan Caldwell sama-sama diterbitkan The New York Times pada 31 Mei 2022.
AS, menurut Caldwell, mempertahankan ilusi bahwa mempersenjatai salah satu mitra dan sekutunya berbeda dengan terlibat dalam perang. Terkait perang di Ukraina, AS juga memasok informasi intelijen yang berperan penting dalam pembunuhan para jenderal Rusia di medan perang dan penghancuran kapal penjelajah Rusia, Moskwa, di Laut Hitam. Selain itu, sebagaimana dilaporkan media Eropa dan Amerika Utara, ribuan warga AS menjadi milisi di Ukraina. Di antara mereka termasuk pensiunan tentara.
”Mudah berpindah dari memulai perang proksi ke perang diam-diam,” tulis Caldwell. Terkait hal itu, Menlu Rusia Sergey Lavrov berkali-kali mengatakan, pasokan senjata dan milisi AS serta sekutunya makin mendorong perang.
Sejak Perang Dunia II berakhir, AS-Uni Soviet dan kini Rusia memang tidak pernah secara langsung berhadapan. Saat ini saja mereka berhadapan secara tidak langsung di Libya, Suriah, dan Ukraina. Sebelum ini, ada banyak perang diam-diam di antara kedua negara itu. ”Ribuan orang Ukraina tidak perlu tewas jika AS menyingkir,” tulis Caldwell.
Dalam pernyataan kepada sejumlah pihak di Indonesia, Zelenskyy mengaku bahwa perundingan dengan Rusia harus dilakukan meski banyak orang Ukraina tidak menyukainya. Perundingan diperlukan untuk mengakhiri perang.
Masalahnya, menurut Caldwell, AS pun tidak suka jika ada konsesi untuk mengakhiri perang Ukraina. AS, khususnya para politisi, akan kehilangan muka jika Rusia-Ukraina bersepakat. ”Ada pemilu yang akan digelar. Pemerintahan ini (Biden) menutup jalan menuju perundingan dan berupaya mengintensifkan perang,” lanjutnya.
Ia merujuk pada pemilu sela pada 8 November 2022. Semua anggota DPR AS, 35 dari 100 senator, 39 dari 50 gubernur, dan aneka jabatan di negara bagian serta kota akan dipilih pada hari itu. Dalam serangkaian jajak pendapat di kalangan pemilih Demokrat ataupun Republikan, sokongan keterlibatan AS dalam perang Ukraina memang di atas 50 persen.
Meski menentang pengerahan pasukan ke Ukraina, pemilih AS setuju dengan pengiriman aneka senjata. Mayoritas pemilih juga sepakat Rusia harus kalah dalam perang itu.
Para politisi AS tidak akan melepaskan momentum itu. Dalam berbagai kesempatan, mereka menggunakan alasan moral untuk menggelontorkan aneka persenjataan bernilai miliaran dollar AS ke Ukraina. Di tengah lonjakan inflasi dan pembengkakan utang, Washington menyetujui paket-paket bernilai puluhan miliaran dollar AS untuk dikucurkan ke Ukraina. (AFP/REUTERS)