Rudal-rudal Jelajah Rusia Guncang Kiev, Paus Ingatkan Bahaya Eskalasi Konflik
Rudal-rudal jelajah Rusia kembali menghantam Kiev, ibu kota Ukraina, yang selama hampir 1,5 bulan terakhir relatif tenang. Pemimpin Umat Katolik Paus Fransiskus mengingatkan bahaya eskalasi konflik di Ukraina.
KIEV, MINGGU – Ketenangan selama hampir 1,5 bulan terakhir di Kiev, ibu kota Ukraina, Minggu (5/6/2022), terkoyak oleh gempuran rudal-rudal jelajah Rusia. Otoritas di Ukraina menyebutkan, rudal-rudal jelajah Rusia itu ditembakkan dari pesawat Tu-95 dari Laut Kaspia. Jarak Laut Kaspia dan Kiev sekitar 2.000 kilometer.
Hingga berita ini dilaporkan, tak ada laporan korban jiwa dalam serangan tersebut. Wali Kota Kiev Vitaly Klitschko menyebutkan, seorang warga dilarikan ke rumah sakit akibat serangan terbaru itu.
Gempuran tersebut merupakan serangan pertama Rusia ke Kiev dalam beberapa pekan terakhir. Kiev tidak pernah menghadapi serangan seperti itu sejak kunjungan Sekretaris Jenderal PBB António Guterres pada 28 April lalu. Serangan pada dini hari itu menghidupkan kembali alarm serangan udara Rusia, sekaligus menunjukkan bahwa Moskwa masih memiliki kemampuan dan kemauan untuk menyerang jantung Ukraina.
Baca juga : 100 Hari Invasi, Rusia Telah Merebut 20 Persen Wilayah Ukraina
Setelah gagal menguasai Kiev sejak melancarkan serangan awal pada 24 Februari lalu, Moskwa memfokuskan serangan ke wilayah Donbas di wilayah timur Ukraina. Presiden Rusia Vladimir menyebut serangan pasukannya dengan istilah operasi militer khusus.
Dalam sebuah unggahan pesan melalui aplikasi Telegram, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, serangan ke Kiev pada Minggu kemarin menggunakan rudal dengan tingkat akurasi yang tinggi, menarget tank-tank T-72 dan kendaraan-kendaraan lapis baja yang dipasok negara-negara Eropa Timur dan disimpan di fasilitas perbaikan gerbong kereta.
Oleksandr Kamyshin, Kepala Kereta Api Ukraina, mengonfirmasi bahwa empat rudal menghantam fasilitas perbaikan gerbong kereta Darnytsia di Kiev bagian timur. Ia menepis klaim bahwa fasilitas itu menyimpan perlengkapan militer.
”Serangan tersebut menargetkan infrastruktur Kereta Api Ukraina,” kata Serhiy Leshchenko, anggota dewan pengawas perusahaan dan penasihat kepresidenan Ukraina.
Baca juga : Rusia Hancurkan Kota Pusat Industri, AS Kirim Rudal Tercanggih ke Ukraina
Menurut Energoatom, pengelola pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Pivdennoukrainska, salah satu rudal jelajah Rusia yang diperkirakan untuk menggempur Kiev itu terbang sangat rendah di atas PLTN di wilayah selatan Mykolaiv. Ini adalah salah satu pembangkit listrik nuklir utama di Ukraina.
”Pasukan Rusia masih tidak mengerti bahwa bahkan pecahan terkecil dari rudal yang bisa saja mengenai unit daya yang bekerja, dapat menyebabkan bencana nuklir dan kebocoran radiasi,” demikian pernyataan Energoatom.
Wali kota Brovary, yang berjarak sekitar 20 kilometer dari pusat kota Kiev, memerintahkan warganya untuk tetap berada di dalam rumah masing- masing. Perintah ini dikeluarkan setelah ada laporan munculnya bau jelaga dari asap di lokasi yang dihantam rudal jelajah Rusia.
Secara terpisah, dalam wawancara televisi yang disiarkan, Minggu, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa Rusia akan menyerang target baru jika Amerika Serikat dan sekutunya kembali memasok militer Ukraina dengan rudal-rudal jarak jauh. Ia menyatakan, memasok senjata ke Kiev sama dengan memperpanjang konflik.
”Jika Kiev dipasok dengan rudal jarak jauh, kami akan menarik kesimpulan yang tepat dan menggunakan senjata kami.... untuk menyerang target yang belum pernah kami tembak sebelumnya,” kata Putin.
Pertempuran di Luhansk
Hingga Minggu, pertempuran hebat juga terjadi di wilayah timur Ukraina. Pasukan Rusia dan Ukraina tengah memperebutkan dua kota, yaitu Kota Sievierodonetsk dan Lysychanks. Militer Rusia berupaya merebut dua kota utama terakhir di Provinsi Luhansk yang masih dipertahankan Ukraina itu dengan serangan udara.
Baca juga : Rusia Kian Dekat Kuasai Ukraina Timur
Militer Ukraina mengatakan, pertempuran jarak pendek antara mereka dan Rusia tak terhindarkan dalam upaya mempertahankan dua kota tersebut. Menurut Gubernur Regional Luhansk Sergiy Gaiday, militer Rusia merebut sebagian besar Sievierodonetsk. Akan tetapi, militer Ukraina juga tidak mau kehilangan kota tersebut dan melakukan perlawanan hebat.
”Tentara Rusia mengerahkan semua kekuatannya, semua kekuatan cadangannya ke arah ini,” kata Gaiday.
Ia juga mengatakan, pasukan Rusia telah menguasai setidaknya 70 persen wilayah tersebut, yang selama ini menjadi basis wilayah kelompok separatis dukungan Rusia sejak tahun 2014. Setidaknya 11 warga sipil dilaporkan tewas di wilayah ini akibat pertempuran.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam briefing hariannya menjelaskan, serangan udara terus menerus terjadi di atas kota-kota tersebut. Tidak hanya itu, serangan menggunakan artileri berat dan roket secara terus menerus membuat situasi sangat sulit. Militer Rusia mengklaim beberapa unit militer Ukraina telah mundur dari dua kota tersebut.
Lihat juga : Warga Luhansk, Ukraina, Terpaksa Bertahan di Ruang Bawah Tanah
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan, militer Rusia mengerahkan semua kekuatan yang dimilikinya untuk menguasai secara perlahan Luhansk, bagian dari wilayah Donbas. Sebagian besar wilayah ini dikuasai oleh kelompok separatis dukungan Rusia. ”Penggunaan gabungan serangan udara dan artileri telah menjadi faktor kunci dalam keberhasilan taktis Rusia baru-baru ini di kawasan itu,” kata Kemenhan Inggris, dalam pernyataannya, Sabtu.
Pertempuran hebat di wilayah timur Ukraina itu tidak hanya membuat korban manusia berjatuhan. Sejumlah cagar budaya negara itu juga rusak. Sebuah gereja kayu, yang dibangun tahun 1912 di Biara Sviatohirsk, hancur. Biara Sviatohirsk, yang dibangun pada abad ke-16 di tepi Sungai Siverskiy, Donetsk, itu selamat dari kerusakan pada dua kali perang dunia. Namun, tidak demikian halnya pada perang Ukraina-Rusia kali ini.
Rusaknya salah satu situs Kristen Ortodoks tersuci di Ukraina membuat Zelenskyy marah. Ia menuding Rusia secara sengaja dan sistematis menghancurkan budaya dan warisan sejarah Ukraina. Ia menyebut, 113 gereja telah rusak atau hancur selama invasi Rusia, termasuk beberapa gereja yang terjaga di Perang Dunia II.
Upaya negosiasi
Sementara di tengah kecamuk pertempuran di Ukraina timur, upaya untuk mengakhiri perang di Ukraina kembali digulirkan. Presiden Perancis Emmanuel Macron tengah berupaya untuk mendapatkan kepercayaan kembali dari Kremlin untuk menjadi mediator.
Menurut Macron, dalam proses penghentian perang ini, sangat penting bahwa Rusia tidak dipermalukan. Ia mengatakan, hal ini perlu dijamin oleh semua pihak agar saat perang terhenti, solusi diplomatik untuk menyelesaikan persoalan Ukraina-Rusia bisa ditemukan.
Baca juga : Memasuki Bulan Ketiga, Perang Rusia-Ukraina Cenderung Bereskalasi
”Kita tidak boleh mempermalukan Rusia sehingga pada hari ketika pertempuran berhenti, kita dapat membangun jalan keluar melalui cara-cara diplomatik,” kata Macron dalam sebuah wawancara dengan surat kabar regional.
Macron telah berbicara dengan Putin secara rutin sejak invasi sebagai bagian dari upaya mewujudkan gencatan senjata dan memulai negosiasi antara Kiev dan Moskwa. Namun, pembicaraan terhenti dan Macron sempat disibukkan dengan upayanya memenangi pemilu di negaranya.
Perancis, seperti halnya beberapa negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Uni Eropa, mendukung Ukraina secara militer dan finansial. Akan tetapi, sampai sekarang Macron belum pernah berkunjung secara langsung ke Kiev untuk menawarkan dukungan politik simbolis seperti yang dilakukan sejumlah pemimpin Uni Eropa lainnya.
Baca juga : Ukraina Bersedia Jadi Negara Netral
Macron mengatakan, dia tidak mengesampingkan pilihan tersebut. Akan tetapi, di sisi lain, dia juga terus berupaya untuk mendekati kembali Putin. Macron menegaskan, Putin telah mengambil kebijakan yang keliru dengan menginvasi Ukraina. ”Saya pikir dan saya mengatakan kepadanya, bahwa dia membuat kesalahan bersejarah dan mendasar bagi rakyatnya, untuk dirinya sendiri dan untuk sejarah,” katanya.
Pernyataan Macron terakhir, agar dunia internasional tidak mempermalukan Rusia, mengundang reaksi keras Ukraina. Menlu Ukraina Dmitry Kuleba, melalui akun Twitternya, mengatakan bahwa seruan untuk menghindari penghinaan terhadap Rusia hanya akan mempermalukan Perancis dan setiap negara yang mengusulkannya. ”Kita semua lebih baik fokus pada bagaimana menempatkan Rusia di tempatnya. Ini akan membawa perdamaian dan menyelamatkan banyak nyawa manusia,” kata Kuleba.
Seruan Paus
Di Vatikan, Pemimpin Umat Katolik Paus Fransiskus menyerukan kembali digelarnya ”negosiasi yang sebenarnya” guna mengakhiri eskalasi konflik di Ukraina yang semakin berbahaya. ”Mengingat kerusakan dan kematian terus bertambah, menambah eskalasi yang semakin berbahaya bagi semua, saya mengulangi kembali seruan saya kepada para pemimpin negara: Tolong jangan bawa kemanusiaan ini menuju kehancuran,” kata Paus Fransiskus dari jendela gedung kepausan di Lapangan Santo Petrus.
Sehari sebelumnya, Paus Fransiskus (85) mengonfirmasi keinginannya berkunjung ke Ukraina. Keinginan itu disampaikan untuk menjawab pertanyaan Sachar, bocah Ukraina: ”Dapatkah Anda pergi ke Ukraina untuk menyelamatkan semua anak yang menderita di sana?” Baca juga : Benang Kusut Ukraina dan Perluasan NATOPaus menjawab, dirinya sering memikirkan anak-anak Ukraina dan ingin pergi ke sana. ”Saya harus mencari waktu yang tepat untuk melakukannya,” kata Paus. (AP/AFP/REUTERS/SAM)