Rusia kian dekat menguasai Ukraina Timur. Meski mendapatkan perlawanan, semua kekuatan Rusia saat ini difokuskan untuk merebut wilayah timur.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
SIEVIERODONETSK, SABTU — Perebutan wilayah timur Ukraina terus berlangsung. Warga sipil terpaksa mengungsi dan infrastruktur kota luluh lantak akibat hantaman persenjataan berat.
Kota Sievierodonetsk kini menjadi pusat perebutan antara pasukan Rusia dan Ukraina. Semula Rusia mengklaim telah menguasai 90 persen kota itu. Namun, pada Sabtu (4/6/2022), Ukraina balik mengklaim berhasil merebut kembali wilayah kota Sievierodonetsk yang dikuasai Rusia.
Gubernur Luhansk Sergiy Gaiday mengungkapkan, Rusia menggunakan semua kekuatan yang tersedia untuk merebut Sievierodonetsk yang merupakan kota industri utama. ”Situasi di kawasan secara keseluruhan sangat sulit. Pertempuran saat ini terkonsentrasi di Sievierodonetsk karena semua pasukan Rusia beserta kekuatan cadangannya diarahkan ke sini,” katanya.
Pasukan Rusia juga berusaha maju menuju kota Lysychansk, di seberang Sievierodonetsk yang dibatasi Sungai Siverskyi Donetsk. Jika Sievierodonetsk jatuh, Lysychansk akan menjadi kota terakhir yang perlu dikuasai Rusia untuk mendapatkan kendali penuh atas Provinsi Luhansk. Bersama Provinsi Donetsk, keduanya membentuk wilayah Donbas, yang diincar Rusia setelah gagal menjatuhkan ibu kota Ukaina, Kiev, dengan serangan cepat.
Kedua pihak sama-sama mengalami kerugian besar akibat pertempuran kota itu. Jalanan penuh dengan lubang bekas dihantam senjata berat. Kendaraan rusak teronggok di jalan-jalan kota. Pertempuran pada Sabtu dilaporkan menewaskan empat warga sipil. Infrastruktur publik dan perumahan hancur. Jaringan internet, telepon, dan layanan gas terputus.
Total ada sembilan kota di wilayah Donbas. Empat di antaranya sudah dikuasai militer Rusia, yakni Berdyansk, Kerson, Lyman, dan Mariupol. Kini, Rusia sudah menguasai setidaknya 80 persen Sievierodonetsk.
Setelah gagal menjatuhkan Kiev, lanjut Sergiy, Rusia menarik pasukannya dan mengirim pasukan serang dengan skala besar ke Donbas, Ukraina Timur. ”Informasi awal menunjukkan mereka telah berhasil menguasai sebagian besar kota. Tapi, sekarang militer kami sedang memperlambat mereka,” ucap Gaiday.
Peperangan di wilayah timur Ukraina itu memang sengit dan diprediksi akan berlangsung lama. Bahkan, Gaiday memprediksi dalam dua minggu ke depan pasukan Ukraina masih mampu mempertahankan sisa kota Sievierodonetsk.
Evakuasi
Kian dekat kejatuhan Sievierodonetsk membuat pemerintah kota di sekitarnya mulai mengevakuasi warganya. Di kota Sloviansk, yang berjarak lebih kurang 86 kilometer dari Sievierodonetsk, pemerintah setempat mengevakuasi setidaknya 70-100 warga dalam sehari.
Kepala Administrasi Militer Kota Sloviansk Vadym Lyakh mengungkapkan telah mengevakuasi warga ke kota Dnipro, yang bisa ditempuh dalam waktu lebih kurang empat jam perjalanan darat dengan jarak sekitar 259 kilometer.
Lyakh menjelaskan, warga dievakuasi ke kota-kota lain yang jauh lebih aman menggunakan bus-bus milik pemerintah ataupun para tenaga sukarela yang membantu warga Ukraina selama perang berlangsung. ”Arus lalu lintas meninggalkan kota (Sloviansk) meningkat. Sejauh ini, evakuasi berjalan lancar dan aman tanpa kasus penembakan dan gangguan lainnya,” ungkap Lyakh.
Ekspor gandum
Perang yang berlarut-larut di wilayah timur membuat komunitas internasional khawatir krisis pangan global tak terelakkan. Sebab, baik Ukraina maupun Rusia adalah pengekspor gandum terbesar di dunia.
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah memperingatkan bahwa negara-negara Afrika saat ini sedang mengalami krisis yang belum pernah mereka hadapi sebelumnya lantaran konsumsi gandum yang tinggi dan dipasok dari Rusia ataupun Ukraina. PBB juga sedang memimpin negosiasi secara intens dengan Rusia untuk mengizinkan panen gandum Ukraina bisa keluar dari negara tersebut.
Harga pangan di Afrika telah melampaui harga normal, bahkan lebih buruk dari saat krisis karena pemberontakan Musim Semi Arab 2011 dan kerusuhan pangan 2008. Pada Jumat lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu dengan pemimpin Uni Afrika, Presiden Senegal Macky Sall, di Sochi, tepi Laut Hitam.
Dalam wawancara, Putin mengatakan, tidak ada masalah mengekspor gandum dari Ukraina. Ekspor bisa dilakukan lewat pelabuhan-pelabuhan Ukraina, lewat pelabuhan lain yang dikuasai Rusia, atau bahkan lewat Eropa Tengah. Ia menyebut kemungkinan ekspor lewat Mariupol dan Berdyansk di Laut Azov yang memiliki akses ke Laut Hitam. Kedua kota itu kini dikuasai Rusia.
Putin juga menyebut Odessa sebagai titik pengiriman. Syaratnya, perairan di sekitar pelabuhan yang masih dikuasai Ukraina itu harus dibersihkan dari ranjau yang ditanam Ukraina. Sebagai imbalan, Rusia akan mengizinkan kapal-kapal melintas dengan selamat.
Lokasi pengiriman lain melalui Sungai Dabune via Romania, Hongaria, atau Polandia. ”Namun, ekspor paling simpel, paling mudah, dan paling murah melalui Belarus. Dari situ, kapal bisa menuju pelabuhan negara-negara Baltik, ke Laut Baltik, dan ke mana pun di seluruh dunia,” katanya.
Akan tetapi, ekspor via Belarus pun ada syaratnya, yakni pencabutan sanksi dari Barat terhadap Minsk, yang merupakan sekutu Moskwa. (AP/AFP/REUTERS)