Banyak Pembatasan akibat Perang Ukraina, Penting Tetap Jaga Kewarasan (Bagian 5)
Di tengah harga-harga komoditas yang melambung akibat perang, kondisi ekonomi yang masih terpuruk hingga potensi serangan yang dapat terjadi kapan saja, warga Kyiv, Ukraina, berupaya tetap menjaga kewarasan.
Oleh
HARRY SUSILO DAN KRIS MADA DARI KYIV, UKRAINA
·5 menit baca
Kyiv, ibu kota Ukraina, serasa kota mati pada malam hari. Kontras dengan suasana siang saat kehidupan warga ibu kota telah menggeliat. Pada siang hari, kendati sejumlah pembatasan diberlakukan, pusat perbelanjaan, restoran, kedai makanan, pasar, kantor perbankan, dan kantor pemerintah beroperasi.
Pada Rabu (8/6/2022) malam, malam kami yang pertama di Kyiv, pada satu jam pertama masih ada tanda-tanda ”kehidupan”. Saat ini, hari mulai gelap pukul 21.30, masih terdengar suara kendaraan melintas. Kata dan canda warga sesekali menyelusup ke telinga.
Namun, tiba-tiba semuanya sepi saat jam malam mulai berlaku pukul 23.00 hingga pukul 05.00. Hanya terdengar lolongan anjing.
Pada saat pemberlakuan jam malam dari pukul 23.00 hingga pukul 05.00, penduduk Kyiv dilarang beraktivitas di luar rumah, kecuali untuk alasan darurat. Jam malam diberlakukan demi alasan keamanan warga. Sejak pasukan Rusia menginvasi pada 24 Februari 2022, menurut warga, serangan rudal-rudal Rusia kerap terjadi tengah malam atau dini hari.
Di tengah pembatasan, termasuk saat jam malam, warga harus bersiap berlindung ketika ada peringatan potensi serangan udara. Pada Kamis (9/6/2022), peringatan dikeluarkan dua kali, yakni pukul 00.43 dan pukul 13.16. Bahkan, peringatan pada siang hari kemarin tak hanya disiarkan melalui aplikasi di telepon seluler. Ada pula sirene meraung beberapa detik.
Meski ada peringatan diikuti sirene, tidak ada warga yang berlari ke tempat perlindungan. Sudah hampir empat bulan hidup di tengah perang, warga Kyiv terbiasa membedakan mana peringatan yang harus diikuti dengan berlari ke tempat perlindungan dan mana yang tidak. Peringatan tanpa sirene panjang adalah peringatan yang tidak perlu diikuti dengan berlari ke tempat perlindungan.
”Suara (sirene) tidak panjang. Tidak apa-apa,” ucap Olga, warga di Kyiv.
Larangan ambil foto
Selain jam malam, pembatasan lain yang kerap terlihat adalah larangan mengambil foto di bangunan milik negara ataupun fasilitas militer. ”Tentara tak akan membolehkan kita untuk mengambil foto di lokasi yang mereka jaga, terutama fasilitas militer,” ujar Nadia, warga Kyiv lainnya.
Hampir semua bangunan pemerintahan dan angkatan bersenjata Ukraina terlarang untuk penduduk sipil. ”Jangan menyiarkan foto atau video yang bisa menunjukkan lokasi fasilitas atau anggota pertahanan Ukraina. Musuh bisa memakainya untuk mengidentifikasi, lalu meningkatkan serangan yang bisa menimbulkan kerusakan lebih besar dan korban lebih banyak,” kata seorang perwira angkatan bersenjata Ukraina kepada sejumlah jurnalis asing dalam briefing di Kyiv, Kamis.
Larangan itu diikuti dengan penindakan di lapangan. Setiap orang yang membawa kamera dan berjalan di dekat kantor pemerintahan atau markas aparat bersenjata akan segera diikuti beberapa orang bersenjata. Sebagian pemegang kamera diminta menunjukkan kameranya tidak dinyalakan.
Saat kami bersama dengan dua wartawan lain berjalan di pusat Kyiv, salah seorang jurnalis asal Amerika Serikat yang memegang kamera langsung didatangi tentara Ukraina. Tentara ini menanyakan apakah kameranya dalam kondisi menyala atau mati. Saat itu kami sedang melintasi salah satu fasilitas negara Ukraina.
Saat mendekati pemegang kamera, pemeriksa bersenapan paling tidak dua orang. Meski laras senapan diarahkan ke tanah, jari pemegangnya berada dekat dengan pelatuk dan pemegang senapan berdiri paling tidak sekitar 1,5 meter dari pembawa kamera. Dalam jarak itu, senapan bisa segera ditarik dari menghadap ke bawah menjadi ke arah potensi ancaman.
Selain kepada pembawa kamera, pemeriksaan juga dilakukan kepada setiap orang yang mendekati jalan masuk bangunan yang dipasangi perintang. Jika naik kendaraan, sebagian yang diperiksa harus turun dan menunjukkan dokumen. Sebagian lain hanya diminta membuka semua pintu dan jendela.
Di beberapa bangunan, semua pintu yang menghadap ke jalan dipasang paling tidak tiga balok beton. Setiap balok sepanjang 2 meter dan lebar serta tebalnya 50 sentimeter. Perintang sebagian pintu masih ditambah dengan tumpukan karung pasir.
Di sejumlah bagian Kyiv, terutama di sisi timur dan utara, balok beton dan tumpukan karung pasir terlihat di jalan-jalan. ”Beberapa bulan lalu, di setiap perintang itu ada regu bersenjata. Sekarang hanya ada di beberapa titik saja,” ujar Nadya, salah satu warga Kyiv yang tidak mengungsi sejak perang meletus.
Bahan bakar dijatah
Pembatasan tidak hanya dalam bentuk perintang. Sejak beberapa bulan terakhir, bahan bakar dijatah. Hanya warga terdaftar yang boleh membeli bahan bakar. Setiap orang diizinkan membeli paling banyak 20 liter bahan bakar per hari.
Pembelian hanya boleh dilakukan dengan kendaraan yang sudah didaftarkan pula. Sebagian orang boleh membayar setelah menerima bahan bakar. Sebagian lagi harus menyerahkan deposit yang akan berkurang setiap kali membeli bahan bakar.
Bahan bakar yang dijatah itu pun sudah naik harganya. Dari rata-rata setara Rp 14.000 per liter sebelum perang, menjadi rata-rata setara Rp 30.000 per liter sejak perang meletus.
Tidak hanya bahan bakar, aneka barang lain juga naik harganya. Sebagian barang malah tak bisa ditemukan di berbagai kedai dan pasar.
Kehidupan di Kyiv memang mulai menggeliat. Namun, karena masih dalam situasi perang, kehidupan belum sepenuhnya normal. Di tengah harga-harga komoditas yang melambung, kondisi ekonomi yang masih terpuruk hingga potensi serangan yang dapat terjadi kapan saja, warga Kyiv berupaya tetap menjaga kewarasan dengan mencari penghiburan diri.
Salah satu penghiburan paling murah, kata Nadya, ialah tertawa. Tidak perlu mengeluarkan biaya dan bisa dilakukan kapan saja: ada jam malam atau tidak.
”Kami harus mencari cara agar tetap waras dan melanjutkan hidup. Kami harus mengelola ketakutan, kadang dengan menertawakan apa pun yang bisa ditertawakan,” katanya.