Kisah dari Parit Pertahanan di Garis Depan (Bagian 22)
Prajurit dan milisi Ukraina menggali jaringan parit untuk menahan laju pasukan Rusia. Situasi di parit-parit pertahanan di garis depan sangat berbahaya. Tidak mudah untuk mencapainya.
Oleh
KRIS MADA DAN HARRY SUSILO DARI KYIV, UKRAINA
·6 menit baca
Setelah melewati lorong yang hanya bisa dilalui satu orang, akhirnya ada ruang yang 1,5 x 1,5 meter yang dasarnya hampir 2 meter dari permukaan tanah. Ruang itu menjadi tempat istirahat sekaligus menyimpan perbekalan makanan dan amunisi untuk beberapa hari. Butuh lebih dari dua hari untuk bisa masuk ke ruangan di salah satu wilayah di Ukraina selatan itu.
Ruang itu bagian dari parit pertahanan yang dibuat pasukan Ukraina untuk menghadapi serangan tentara Rusia. Parit sedalam hampir 2 m dengan lebar tidak sampai 0,7 m adalah satu-satunya jalan menuju ruang tempat perbekalan. ”Ini salah satu pos pemantau sekaligus tempat berlindung dan bertahan,” kata seorang milisi yang menolak diungkap identitasnya kala ditemui pada awal pekan keempat Juni 2022.
Saat musim panas, suhu dalam lubang lebih panas dibandingkan di luar. Sementara saat musim dingin, suhunya sedikit lebih hangat walau tetap di bawah nol derajat celsius. Sebagian lubang dan parit pertahanan dibuat di tempat terbuka, sebagian lagi di antara pepohonan.
Karena lokasi parit dan lubang sedapat mungkin disembunyikan dari lawan, milisi atau tentara yang dapat giliran jaga dilarang menyalakan api di banyak parit dan lubang bawah tanah itu. Sebab, api dan asap dari pembakaran bisa dilihat musuh dari jauh.
Oleh karena itu, penjaga harus mampu bertahan tanpa menyalakan perapian kala suhu di bawah nol derajat celsius. Padahal, jaringan penghangat adalah bagian pokok dari setiap rumah di Ukraina. Sementara di dalam parit dan lubang tidak boleh ada perapian.
Izin
Banyak regu milisi dan tentara membuat parit dan lubang itu. Untuk bisa mengunjungi salah satunya, butuh lebih dari sepekan komunikasi dengan perwakilan. Sampai sehari sebelum parit bisa dimasuki, belum ada kepastian izin. Bahkan, ada pembatalan izin mendadak pada hari lain yang sudah disepakati sebagai waktu kunjungan. Padahal, harus berkendara berpuluh kilometer untuk mencapai parit tersebut.
Pada hari lain yang disepakati sebagai waktu kunjungan, tetap tidak ada kepastian. Sejak pukul 07.00 hingga pukul 12.00, koordinasi di internal milisi terus dilakukan. Beberapa menit selepas pukul 12.00 dan hujan yang mendadak deras, datang seorang pria beruban dan berkacamata di salah satu lokasi pertemuan yang sudah disepakati dengan milisi penghubung.
Setelah berbincang dengan beberapa milisi lain, pria itu mengeluarkan peta topografi dari saku seragam loreng coklatnya. Meski sudah dipegang, peta itu tidak segera dibuka. Pria beruban itu melihat ke sekeliling dan meminta rekan-rekannya sesama milisi merapat.
Selepas memastikan hanya milisi yang bisa melihat peta, ia membuka lembaran itu. Ia menunjuk bagian tertentu dalam peta yang biasa dipakai untuk menentukan lokasi operasi, patroli, atau kegiatan lapangan lainnya tersebut. ”Bagian itu dianggap paling aman untuk ditunjukkan kepada pihak lain yang sudah diperiksa latar belakangnya,” kata seorang milisi lain yang juga menolak diungkap identitasnya.
Ladang ranjau
Dari tempat penentuan lokasi itu, masih perlu berkendara 30 menit dengan kecepatan hingga 80 km/jam untuk mencapai parit pertahanan. Menjelang tiba, milisi pengemudi mobil berhenti di depan tanda ”awas ranjau”. Tanda itu menunjukkan lokasi tersebut tidak mungkin didatangi orang yang tidak tahu posisi ranjau. ”Kami tunggu teman yang tahu lokasi sini. Mereka sedang menuju kemari,” ujar pengemudi itu.
Setelah hampir lima menit, datang dua orang menenteng senapan dengan kaus basah oleh teringat. Seorang pria beruban sebagian dan seorang pria lebih pendek dari pria beruban itu terengah-engah dan wajahnya penuh buliran keringat. ”Kami sedang patroli ringan. Tadi sedang beberapa kilometer dari sini waktu ada perintah menjemput. Kami harus berlari. Maaf terlambat,” kata salah satu dari milisi pemandu ke parit tersebut.
Ia menolak memberi tahu berapa jauh berlari dan dari arah datangnya. Ia dan rekannya muncul dari semak-semak. ”Kami tidak bisa memberikan informasi apa pun yang bisa dipakai memperkirakan lokasi ini,” ujar milisi yang lebih pendek.
Sebelum mulai memandu, ia meminta penanda lokasi di semua ponsel dimatikan. Ponsel juga harus dalam mode penerbangan untuk memastikan tidak ada sinyal dari dan ke ponsel. Pantulan sinyal di antara ponsel dengan menara pemancar adalah salah satu cara melacak posisi. Dengan melacak menara mana saja yang mengirimkan dan menerima sinyal dari ponsel, posisi pemegang ponsel bisa diperkirakan.
Pelacakan lokasi dengan ponsel, antara lain, dipakai dalam aplikasi peta. Karena itu, di Ukraina, aplikasi peta tidak menunjukkan jalan mana saja yang macet. Berbeda dengan di negara lain yang jelas menunjukkan mana jalan macet dan tidak. ”Kalau ketahuan di mana saja ada keramaian, bisa-bisa lokasi itu jadi sasaran rudal jelajah. Jangkauan rudal bisa ratusan kilometer. Ditembakkan dari laut, bisa mencapai ke tengah Ukraina,” kata milisi beruban.
Ia merujuk pada fakta berkali-kali Rusia menembakkan rudal dari Laut Hitam atau Laut Azov hingga Lviv, provinsi terbarat Ukraina. Untuk mencapai Lviv dari Laut Hitam, rudal harus terbang paling tidak 700 km.
Ia menceritakan itu sembari mengantarkan ke sejumlah parit pertahanan di salah satu daerah Ukraina selatan. Setelah melewati padang rumput, masuk kawasan pepohonan. Di perbatasan padang rumput dengan pepohonan, tiba-tiba milisi pemandu berbelok. ”Awas, durinya besar-besar. Tolong jangan memvideokan atau memotret apa pun selain yang kami tunjuk. Kami tidak mau wilayah ini teridentifikasi dari foto atau video,” kata milisi yang lebih pendek.
Larangan itu berlaku untuk hewan-hewan dan tumbuhan tertentu. Hewan dan beberapa jenis tumbuhan di lokasi itu dinyatakan ciri khas tempat tersebut. Lewat foto atau video hewan atau tumbuhan itu, lokasi tersebut bisa dikenali. ”Kalau sampai dikenali, soal waktu saja rudal sampai sini,” ujar milisi beruban.
Masuk parit
Di antara pepohonan, milisi beruban menunjukkan tumpukan ranting kering. ”Jalan masuknya di bawah sana. Ayo, ikut dari belakang. Tetap hati-hati dengan duri,” ujarnya sambil menunjukkan duri sepanjang 10 cm di sejumlah pohon.
Pohon dengan duri panjang itu banyak ditemui di berbagai wilayah Ukraina selatan. Setelah melewati beberapa meter barisan pepohonan, akses ke parit terlihat. Milisi beruban masuk duluan sembari menundukkan kepala. Kedalaman parit sebenarnya cukup untuk menampung tubuhnya. Walakin, ia tidak mau tersangkut ranting yang dipakai menutupi parit.
Pembuatan parit dan lubang perlindungan menjadi bagian latihan pokok di sejumlah kelompok milisi Ukraina. Taktik itu teruji ampuh dalam menghadapi serangan udara dan hujan artileri. Lubang dan parit juga bisa dipakai menjadi pos pertahanan, pemantauan, dan perlindungan. ”Setiap jarak tertentu, ada lubang lain. Dari dalam parit, bisa mengawasi secara leluasa keadaan sekitar,v kata milisi beruban.
Kini, sebagian lubang dikosongkan. Kelompok milisi penanggung jawab daerah itu memilih mengerahkan regu-regu patroli. ”Saat dibutuhkan, di beberapa lubang akan disiapkan senapan mesin,” kata milisi yang lebih pendek.
Berkaca dari pengepungan di Mariupol dan Sievierodentsk, di setiap lubang harus senantiasa tersedia pangan dan amunisi untuk paling tidak dua hari. Setiap milisi atau tentara yang mendapat giliran juga harus membawa bekal pangan dan amunisi untuk beberapa hari pula. vSudah terbiasa dengan bebannya. Setiap beberapa hari harus latihan jalan beberapa kilometer dengan beban seperti itu. Saat latihan, tidak boleh berlari agar tidak cedera lutut. Lari saat latihan patroli ringan atau kalau sedang pertempuran nyata,” kata milisi yang lebih pendek.
Setelah mengantar ke beberapa lubang dan parit, milisi pemandu sekali lagi memeriksa semua ponsel dan kamera. Tujuannya memastikan tidak ada foto dan video yang bisa mengidentifikasi lokasi. ”Kami akan menunggu lawan dari sini kalau nanti ada pertempuran lagi di sini,” kata milisi beruban.