Ilya dan Generasi Baru Pengungsi yang Lahir di Tengah Perang Ukraina-Rusia (Bagian 17)
Perang membuat banyak orang kehilangan orang-orang terdekat. Banyak anak menjadi yatim, dengan masa depan yang tidak pasti. Tiga anak Tanya (29) kehilangan sang ayah, dan menjadi pengungsi saat masih balita.
Dari tempat tinggalnya di kota Zaporizhia, Tanya (29) menerima telepon pada 18 April 2022 siang. Suaminya yang bertahan di Pabrik Baja Azovstal, Mariupol, mengabarkan baru merebus sebatang cokelat ukuran 65 gram. Air rebusan itu, cerita suaminya dari ujung telepon, diminum bersama 10 orang lain. Pada 24 April 2022, ia menerima kabar suaminya telah tewas.
Suami Tanya adalah salah satu milisi Mariupol yang bertahan di pabrik baja itu. ”Saya diberi tahu, dia tewas karena ditembak,” ujarnya, Selasa (21/6/2022), di Zaporizhia, sekitar 650 kilometer tenggara ibu kota Kyiv.
Tanya menolak menyebut nama dan kesatuan suaminya. Ia hanya menyebutkan, suaminya meninggal beberapa hari sebelum putri ketiga mereka, Ilya, lahir. Sebelum Ilya, Tanya dikaruniai Anya (4) dan Vika (2,5). Kini, mereka berempat tinggal di pengungsian.
Baca juga: Menyelami Tragedi Kemanusiaan, Mengabarkan Sekecil Apa Pun Upaya Perdamaian (Bagian 1)
Tanya meninggalkan Mariupol sejak 25 Februari 2022 atau sehari setelah Rusia mulai menyerang Ukraina. Ia mengungsi atas permintaan suami, ibu, dan kakaknya. Sebab, mereka ingin fokus berperang mempertahankan Mariupol. Suami, ibu, dan kakaknya memang bergabung dengan salah satu milisi tempur sejak 2014.
Suami dan kakak jadi milisi, ibu jadi psikolog pendamping pasukan. Suaminya pernah berhenti sebagai anggota kelompok milisi itu pada 2019-2021 dan bekerja di sektor konstruksi. Perang memaksanya kembali mengangkat senjata.
Penggulingan Viktor Yanukovych dari kursi Presiden Ukraina, Februari 2014, membuat sebagian penutur bahasa Rusia di Luhansk dan Donetsk angkat senjata. Yanukovych adalah politikus asal Donetsk dan lebih fasih berbahasa Rusia.
Kala menjabat, ia tidak mau negaranya mengabaikan hubungan dengan Rusia demi bisa merapat ke Uni Eropa dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Sebab, Moskwa adalah mitra dagang terbesar Kyiv. Sementara banyak warga dan politisi Ukraina tidak mau negaranya merapat ke Rusia. Kecondongan Yanukovych ke Rusia jadi salah satu alasan penggulingannya.
Baca juga: Menembus Jantung Perang Eropa (Bagian 2)
Dari aksi unjuk rasa menentang penggulingan, sebagian penutur Rusia di Donetsk dan Luhanks memberontak dan berhadapan dengan pasukan serta milisi pendukung pemerintah Ukraina sejak 2014. Bahkan, pada April 2014, milisi di Donetsk dan Luhansk memproklamasikan Republik Rakyat Donetsk (RRD) dan Republik Rakyat Luhansk (RRL).
Upaya perdamaian selama bertahun-tahun gagal memadamkan pertempuran itu. Pengakuan kedaulatan RRD dan RRL oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada 20 Februari 2022 membuka jalan perluasan perang ke berbagai penjuru Ukraina. Pada 24 Februari 2022 dini hari, pasukan Rusia menyerbu Ukraina.
Bela negara
Pada perang 2014 dan 2022, suami Tanya merasa sedang membela negara. Bagi banyak orang Ukraina, perang di Donetsk dan Luhansk bukan sekadar protes atas penggulingnya Yanukovych. Perang itu bentuk intervensi Rusia pada Ukraina, dan karena itu harus dilawan dengan senjata pula.
Meski pada 2014 Mariupol tidak menjadi arena perang, suami Tanya memutuskan tetap bergabung dengan salah satu kelompok milisi. Bahkan, ia maju ke garis depan. Setelah beberapa waktu berperang dan keadaan relatif terkendali selama beberapa waktu, ia keluar dari kelompok milisi itu selama beberapa waktu. Dalam kehidupan sebagai warga sipil biasa, ia bekerja di sektor konstruksi.
Baca juga : Solidaritas Kemanusiaan Tanpa Batas bagi Pengungsi Ukraina (Bagian 3)
Perang pada Februari 2022 membuat suami Tanya kembali mengangkat senjata. Apalagi, kali ini Mariupol jadi medan perang. Status Mariupol saat ini membuatnya khawatir tidak fokus berperang jika Tanya masih di Mariupol. Apalagi, Tanya saat itu sedang mengandung tujuh bulan dan punya dua anak balita. Itu sebabnya, Tanya harus meninggalkan Mariupol pada hari kedua serangan Rusia ke Ukraina.
Mengungsi
Dari Mariupol, ia menuju desa di perbatasan Luhansk-Zaporizhia. Ia tinggal di sana sampai awal Mei 2022. Salah satu kerabatnya tinggal di sana sehingga suaminya setuju ia mengungsi ke sana. Namun, pilihan lokasi pengungsian itu tak bisa dipertahankan lebih lama.
Rusia bisa meluaskan penguasaannya atas Ukraina, termasuk sebagian Zaporizhia. Desa tempat dulu Tanya mengungsi termasuk daerah yang kini diduduki Rusia. Karena itu, dalam keadaan hampir melahirkan, ia kembali harus mengungsi.
Baca juga : Adaptasi Warga Kyiv di Tengah Perang (Bagian 4)
”Rombongan kami total 60 mobil. Kami harus melewati sampai 40 pos pemeriksaan. Hanya mobil saya yang bisa mencapai kota,” kenang Tanya.
Petinggi salah satu kelompok milisi di Zaporizhia, Marina Chumachenko, mengakui merancang dan mengawasi proses evakuasi Tanya. Ia menolak menyebutkan posisinya di kelompok milisi tersebut. Ia hanya mau memberi tahu sebagian tugasnya.
”Saya mengurus keluarga milisi, merawat yang sakit, mengevakuasi dari garis depan, baik untuk yang hidup maupun yang meninggal, mengirimkan pasokan,” kata Chumachenko, ibu seorang putri berusia 4 tahun.
Baca juga : Banyak Pembatasan akibat Perang Ukraina, Penting Tetap Jaga Kewarasan (Bagian 5)
Ia tidak melapor kepada siapa pun di Zaporizhia atau daerah lain sekitarnya. Ia melapor ke markas besar kelompoknya di Kyiv. ”Saya hanya prajurit biasa di lapangan, menerima dan menjalankan perintah,” ujar Chumachenko.
Evakuasi
Untuk mengevakuasi Tanya, Chumachenko membenarkan bahwa ia mengutus sejumlah orang yang mengetahui seluk-beluk hingga jalan tikus dari lokasi evakuasi sampai ke kota. Lebih penting lagi, mereka harus berani menembus garis depan tanpa senjata. ”Harus terlihat sebagai sipil, tidak boleh bawa senjata,” katanya.
Penyelamatan Tanya membutuhkan perencanaan berhari-hari. Selain mengumpulkan informasi lokasi pemeriksaan, Chumachenko harus mencari orang-orang untuk tim itu. Tim tidak hanya untuk Tanya. Tim berusaha membawa sebanyak mungkin orang dari lokasi evakuasi. ”Masuknya sulit, keluarnya tidak mudah,” ujarnya.
Baca juga : Rudal Rusia Kejutkan Angelina (Bagian 6)
Jika memungkinkan, tim harus masuk ke lokasi evakuasi tanpa diketahui pasukan lawan. Sementara dalam proses evakuasi, tim harus berpisah satu sama lain dan semua tidak membawa senapan atau pistol yang sehari-hari mereka pegang.
Sebelum berangkat, tim tidak hanya harus tahu posisi lawan. Mereka pun harus tahu di mana saja lokasi ranjau. Pengetahuan itu dibutuhkan karena proses evakuasi harus melewati pula jalur-jalur di luar jalan biasa. Ranjau amat jarang di jalan biasa. Ranjau biasanya ditanam di hutan, ladang, atau tanah kosong di antara permukiman.
Saat ditemui pada Selasa siang, Chumachenko sedang mempersiapkan salah satu operasi evakuasi. Ia menolak mengungkap kapan dan ke mana tim berangkat. ”Dengan alasan apa pun, saya tidak bisa mengungkap sampai tim kembali ke sini. Di batalyon saja, saya hanya memberi tahu ke sedikit orang,” katanya.
Baca juga : Kisah Kyra dan Yarina di Depan Gereja St Michael (Bagian 7)
Menurut Chumachenko, anggota tim adalah para spesialis operasi sejenis. Mereka sudah bertahun-tahun berlatih dan mempraktikkan operasi yang mereka kuasai saat ini.
Tanya mengakui, proses evakuasi tidak selalu melewati jalan raya. ”Sopir membawa kami melewati hutan. Saya pasrah saja dibawa ke mana. Saya yakin dia berusaha menyelamatkan kami,” ujarnya.
Ia hanya memikirkan perutnya yang kontraksi karena waktu melahirkan sudah dekat. Ia juga fokus menenangkan Anya dan Vika yang kelelahan dalam perjalanan. Dari seharusnya rata-rata 3 jam, perjalanan berlangsung lebih dari 9 jam. Ada puluhan pos pemeriksaan yang harus dilewati. Jika tidak melalui hutan dan jalan tikus, perjalanan Tanya bisa lebih lama lagi.
Mereka akhirnya tiba di kota Zaporizhia pada 4 Mei 2022. Di sana, Chumachenko sudah menyiapkan rumah. Di sana pula, Ilya lahir tanpa didampingi ayah dan tidak akan pernah mengenal neneknya. Sang ayah, nenek, dan pamannya tewas dalam pertempuran mempertahankan Mariupol.
Menunggu jenazah
Tanya tahu, ada banyak lembaga bantuan kemanusiaan yang menyediakan bantuan di Zaporizhia. Walakin, ia menolak mengambil bantuan dari sana. ”Saya sudah cukup dapat tunjangan dari sebuah lembaga,” katanya.
Ia masih menunggu jenazah suami, ibu, dan kakaknya dievakuasi dari Azovstal atau lokasi lain tempat mereka berada terakhir kali. Ia tidak tahu pasti di mana jenazah mereka sekarang. Ia hanya dikabari, ibu dan kakaknya tewas dalam serangan rudal dan artileri pada awal Mei 2022 di pabrik baja Azovstal.
Baca juga : Gaung Harapan di Maidan, Segera Berakhirlah Perang Ini (Bagian 8)
Sebenarnya, ada uang pensiun dan uang duka bagi setiap milisi yang tewas. Syarat pengurusannya adalah mereka sudah dipastikan tewas dan jenazahnya sudah diidentifikasi. Proses identifikasi tentu saja membutuhkan keberadaan jenazah. Karena keberadaan jenazah suami, ibu, dan kakaknya belum jelas, Tanya belum bisa mengurus tunjangan pensiun dan uang duka dari pemerintah untuk mereka.
Chumachenko mengatakan, evakuasi jenazah adalah salah satu fokus tugasnya. Sejauh ini, ia dan timnya sama-sama belum menemukan jenazah suami, ibu, dan kakak Tanya. ”Kami berharap bisa menemukannya segera,” katanya.
-----------
Serial lainnya liputan khusus Perang Ukraina-Rusia:
Perang Pertama Gelenna (Bagian 9)
Aplikasi Digital Penolong Warga Kyiv (Bagian 10)
”Surga” Dunia Malam saat Damai, ”Surga” bagi Korban Saat Perang (Bagian 11)
Sejak Meletus Perang Ukraina, Etha Selalu Tidur Bersama Senjata (Bagian 12)
Dari Mariupol ke Kyiv, Perang Ukraina-Rusia Itu Mengerikan (Bagian 13)
Perang Mengejar Lyudmila dari Severodonetsk ke Bucha (Bagian 14)
Mereka Berupaya Memulihkan Trauma dari Horor di Borodyanka (Bagian 15)