Rentetan Ledakan Bom Mengubah Kharkiv seperti Kota Mati (Bagian 29)
Dari pagi sampai sore, ledakan terdengar lima kali. Sementara dari malam sampai pagi, ledakan dapat terjadi kapan saja di dalam kota Kharkiv. Warga mengosongkan jalanan, lalu berdiam di tempat tinggal masing-masing.
Oleh
HARRY SUSILO DAN KRIS MADA DARI KHARKIV, UKRAINA
·5 menit baca
Minggu (3/7/2022), pukul 18.26, Oleksii Migulin (54) menerima telepon dari istrinya, Irina (51). Mereka membahas kejadian yang terjadi beberapa jam sebelumnya pada akhir pekan itu. Untuk pertama kali sejak Perang Ukraina-Rusia, mereka merasakan dampak bom dalam jarak dekat.
”Cepat sembuh, cepat pulang. Saya tidak apa-apa di sini. Fokus saja memulihkan diri. Ikuti saran dokter,” kata Migulin kepada Irina via telepon.
Selepas menutup telepon, Migulin menceritakan ulang kejadian pada Minggu dini hari. ”Saya sedang di kamar mandi. Istri saya berada di luar kamar. (Kami) tidak bisa tidur gara-gara Rema (anjing gembala Jerman yang mereka pelihara beberapa tahun terakhir) terus menggonggong. Tidak biasanya dia seperti itu,” ujar warga Distrik Novobavarski, Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina di wilayah timur laut itu.
Pagi itu Migulin baru melihat jam, yakni pukul 04.08, sebelum mendadak terdengar suara ledakan. Suaranya begitu keras sehingga ia tak bisa mendengar bahwa pelapis sebagian plafon rumahnya runtuh, kaca-kacanya pecah dan beterbangan. Bahkan, ia tak mendengar saat tanah dan ranting yang terlontar akibat ledakan menimpa atap rumah.
Sejumlah barang di rumahnya juga terempas, lalu hancur. Pintu lemari terlepas, lalu menimpa kasur. ”Andai istri saya sedang tidur, mungkin cederanya bisa lebih parah,” ujar Migulin.
Gara-gara Rema rewel, ia dan Irina tak bisa tidur. Namun, justru itulah yang menghindarkan mereka dari kamar tidur yang hancur akibat bom.
Di kamarnya, selain pintu lemari terlepas, ada banyak pecahan kaca. Ada pula lubang ledakan yang hanya berjarak tak sampai 2 meter dari dinding rumah. Lubang ini berkedalaman 2 meter dan radiusnya sekitar 3 meter. Tembok setebal 30 sentimeter di rumahnya mampu menahan ledakan itu. Walakin, getaran akibat ledakan tak tertahankan oleh kaca dan plester dinding rumah yang dibangun pada 1953 tersebut.
Lengan kiri Irina terluka oleh pecahan benda yang terlontar akibat gelombang ledakan. Ia harus dirawat di rumah sakit. Irina mengeluh pusing setelah terempas akibat ledakan.
Ledakan di halaman rumahnya disebabkan oleh salah satu bom yang dijatuhkan Rusia ke Kharkiv, Minggu (3/7) dini hari. Ada pula beberapa bom lain yang menghancurkan bangunan di Distrik Kyivskyi. Bom di Jalan Shevchenka ini menghancurkan sebagian gedung Badan Pengelola Air Kota Kharkiv.
Kota mati
Dari pagi sampai sore, ledakan terdengar paling banyak lima kali dan biasanya jauh di luar kota Kharkiv. Sementara dari malam sampai pagi, ledakan dapat terjadi kapan saja di dalam kota Kharkiv.
Kota itu mendadak sepi selepas pukul 17.00 sampai pukul 06.00. Padahal, jam malam baru diberlakukan mulai pukul 22.00 hingga 05.00. Banyak kedai tutup menjelang pukul 17.00. Orang-orang mengosongkan jalanan, lalu berdiam di tempat tinggal masing-masing.
Seperti banyak rumah yang dibangun kala Ukraina masih menjadi bagian Uni Soviet, rumah Migulin memiliki ruang bawah tanah (rubanah) untuk ruang perlindungan. Ruang itu dipakainya selama Maret-April 2022. Ia lebih kerap berada di sana sendirian karena Irina mengungsi ke Lviv sejak akhir Februari sampai 18 Mei 2022.
Sejak Irina kembali, keduanya terus mendengar suara ledakan. Pagi hingga pagi ada suara ledakan. Sebelum akhirnya ada bom di kebunnya, ledakan terdekat terjadi di rumah susun dan bekas pabrik mesin hampir 2 kilometer dari rumahnya.
Di tempat terpisah, kompleks rumah susun tempat tinggal Vera Dmitrivna (65) sudah ditutup untuk warga sipil sejak Maret 2022. Kompleks di Distrik Saltivskyi itu rutin menjadi sasaran pengeboman. SD Negeri 165 Kharkiv di sekitar kompleks ini sudah disasar 18 roket dalam tiga bulan terakhir.
Dmitrivna mengungsi ke apartemen cucunya, lebih dekat ke tengah kota. Setiap hari, ia dan tetangganya bergantian melihat unit rumah susun mereka. ”Kami harus memastikan tak ada pencuri yang masuk,” katanya.
Dmitrivna belum bisa kembali ke sana. Sampai sekarang pasokan listrik, air, dan gas belum dipulihkan. Listrik dan gas bisa diatasi dengan generator atau kompor jinjing. Sementara air akan sulit diatasi sendiri. Saat ini ia menunggu ketersediaan pasokan air.
”Kalau air sudah mengalir lagi, bahkan kalau cuma sampai halaman, saya akan kembali ke sini,” ujar nenek tiga cucu itu.
Dmitrivna sudah 35 tahun tinggal di kompleks itu. Ia merasa betah dan tidak ingin tinggal di tempat lain. Perang memaksanya meninggalkan rumah susun dan kawasan yang berpuluh tahun didiaminya.
Daerah tempat dia tinggal hanya boleh sesekali didatangi oleh orang yang benar-benar tinggal di sana. Kunjungan hanya boleh dilakukan pukul 09.00-16.00. Perlu izin tentara untuk masuk ke wilayah tertutup itu.
Jalan pusat kota Kharkiv yang lebarnya bisa mencapai 30 meter di bagian tertentu mendadak lengang dari kendaraan. Bahkan, ambulans dan mobil pemadam kebakaran saja nyaris tidak pernah lewat. Suara kendaraan melintas dalam setiap jam bisa dihitung dengan jari satu tangan.
Sebaliknya, suara ledakan terdengar makin kerap. Ledakan kian sering terdengar kala matahari musim panas terbenam selepas pukul 22.00. Sebagian warga sampai harus mengonsumsi obat tidur setiap hari agar bisa terlelap. Tanpa obat tidur, mereka akan terus terbangun gara-gara ledakan.
”Setelah apa pun bekerja, orang terbangun kalau mendengar ledakan, apalagi jika ledakannya di dalam kota,” kata Anya, warga Distrik Slobitsky.
Ia tak yakin ada warga Kharkiv yang sudah terbiasa dengan suara ledakan. Bagi warga, hal yang bisa dilakukan ialah mengelola keterkejutan akibat ledakan tanpa putus itu.