Sievierodonetsk Jatuh, Kendali Rusia Meluas di Ukraina Timur (Bagian 20)
Rusia kian memperluas daerah kendalinya di Ukraina timur setelah menaklukkan Kota Sievierodonetsk. Sementara pasukan Ukraina terus berusaha melawan sembari menunggu pasokan senjata dari Barat.
KYIV, KOMPAS - Setelah pertempuran panjang, Kota Sievierodonetsk di Provinsi Luhansk akhirnya jatuh ke Rusia. Dengan demikian, kendali pasukan Rusia atas provinsi di Ukraina timur itu kian luas. Sasaran selanjutnya Rusia adalah Lysychanks, kota yang bersebelahan dengan Sievierodonetsk.
Penarikan pasukan dari sektor terakhir Sievierodonetsk diumumkan Penguasa Darurat Militer Luhansk Sergei Gaidai. "Sayang sekali, kita harus menarik pasukan dari Sievierodonetsk karena sudah tidak masuk akal berada di sana. Jumlah korban tewas terus bertambah setiap hari," ujarnya dalam pernyataan tertulis pada Jumat (24/6/2022).
Jangan menyebut ini pengkhianatan. Tidak ada yang meninggalkan pasukan. Tidak ada yang mau mereka dikepung.
Keputusan itu sudah dibahas beberapa waktu lalu. “Jangan menyebut ini pengkhianatan. Tidak ada yang meninggalkan pasukan. Tidak ada yang mau mereka dikepung,” ujarnya.
Pertahanan di sektor terakhir Sievierodonetsk sudah semakin hancur. Pos-pos pertahanan dan ruang perlindungan dalam kompleks pabrik nitrogen Azot semakin tidak mampu bertahan setelah digempur serangan udara dan artileri selama 120 hari nyaris tanpa henti. “Dalam kondisi ini sudah tidak masuk akal untuk terus bertahan,” kata dia.
Pasukan diminta pindah ke tempat yang lebih baik pertahannya. Hingga Kamis, pasukan Ukraina di Sievierodonetsk tinggal mengendalikan pabrik Azot dan kawasan sekitarnya. Sementara bagian lain Sievierodonetsk sudah lama diduduki Rusia. Dari berbagai sisi Sievierodonetsk, Rusia melancarkan serangan artileri ke Azot.
Dalam video yang diedarkan sejumlah milisi dan pasukan Ukraina, terlihat pasukan Ukraina mengandalkan senapan dan pelontar granat untuk membalas Rusia. Mereka menembak dari balik dinding pabrik, lalu segera berpindah posisi setelah beberapa menit di lokasi penembakan.
Hampir setiap hari selama empat bulan terakhir, Sievierodonetsk jadi sasaran serangan udara dan artileri Rusia. "Infrastruktur sepenuhnya hancur, 90 persen rumah rusak atau hancur," kata Gaidai.
Pola di Sievierodonetsk sama dengan di Mariupol, Provinsi Donetsk, kala pasukan Ukraina bertahan di Pabrik Baja Azovstal. Setelah dikepung selama berbulan-bulan serta jadi sasaran serangan udara dan artileri, akhirnya Ukraina menarik pasukannya dari Azovstal. Pasukan Ukraina yang menyerah akhirnya ditawan Rusia.
Rusia hanya memberikan status tawanan perang kepada tentara Ukraina. Sementara kepada milisi Ukraina dan asing, Rusia memperlakukannya sebagai penjahat perang.
Kini, Gaidai mengumumkan penarikan pasukan dari Azot. Belum diketahui berapa banyak pasukan Ukraina di sana dan nasib mereka selanjutnya. Menurut sejumlah pihak, mayoritas pasukan di Azot bisa keluar dengan selamat.
Adapun terhadap 568 warga sipil di sana, Gaidai cemas mereka akan menjadi sandera Rusia. Sebab, Moskwa hanya membuka jalur evakuasi ke sisi Sievierodonetsk yang telah dikuasai Rusia.
Hingga Jumat sore waktu Kyiv, Kementerian Pertahanan dan Kantor Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina belum mengumumkan sikap soal penarikan pasukan dari Sievierodonetsk. Dengan jatuhnya Sievierodonetsk, semakin banyak wilayah Provinsi Luhanks yang diduduki Rusia dan milisi Luhanks pro- Rusia.
Rusia mengerahkan semua kekuatannya untuk menguasai semua Luhansk dalam waktu dekat.
Menurut versi Mokswa maupun Kyiv, Rusia mengendalikan desa-desa di selatan Sievierodonetsk-Lysychanks. Desa-desa itu antara lain Loskutovka, Podlesnoye, Mirnaya Dolina, Shchebkaryer, Vrubovka, Nyrkovo, Nikiolayevka, Novoivanovka, Ustinovka dan Ray-Aleksandrovka, Loskutivka.
“Rusia mengerahkan semua kekuatannya untuk menguasai semua Luhansk dalam waktu dekat. Pertempuran berlangsung di berbagai tempat,” kata Gaidai.
Gaidai juga menyebut, Rusia terus terus membombardir Lysychanks dengan serangan udara dan artileri medan. Rusia juga terpantau merangsek ke kota itu dari Toshkivka. Moskwa bisa melakukan itu karena kawasan di selatan Lysychanks sudah dikuasai Rusia.
Sementara juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov, mengatakan, kini masih ada 2.000 orang tentara dan milisi Ukraina di Zolote dan sekitarnya. Ada 4 pecahan batalyon yang secara agregat terdiri dari 1.800 tentara Ukraina. Ada pula 120 orang milisi Ukraina dan 80 orang milisi asing. “Mereka kehabisan orang, persenjataan, dan amunisi,” kata dia.
Rusia terus membombardir Zolote dan kawasan sekitarnya. Distrik di jalan utama ibu kota Luhansk dengan Lysychanks itu praktis terkepung dan tidak mungkin dijangkau pasukan Ukraina dari unit lain. “Ukraina telah kehilangan kendali atas unit-unit ini. Pasokan persenjataan, munisi, bahan bakar, dan kebutuhan sudah terhenti sama sekali,” ujarnya.
Ia kembali mengatakan, Rusia akan mengikuti Konvensi Geneva terhadap pasukan Ukraina yang ditawan. Oleh karena itu, Moskwa hanya akan memberikan status tawanan perang kepada tentara reguler Kyiv. Sementara terhadap milisi Ukraina dan milisi asing, Moskwa akan memperlakukannya sebagai penjahat perang atau status kriminal umum lainnya.
M oskwa hanya akan memberikan status tawanan perang kepada tentara reguler Kyiv. Sementara terhadap milisi Ukraina dan milisi asing, Moskwa akan memperlakukannya sebagai penjahat perang.
Sejauh ini, tiga warga negara asing tertangkap milisi Luhansk pro-Rusia. Bersama bersama tentara atau milisi Ukraina, dua warga negara Inggris dan satu warga negara Maroko itu bertempur melawan Rusia.
Mahkamah yang dibentuk oleh milisi di Republik Rakyat Donetks (RRD) dan Republik Rakyat Luhansk (RRL) pada sidang awal Juni telah menjatuhkan vonis hukuman mati kepada ketiganya. Negara-negara Barat menolak mengakui keabsahan vonis mati itu karena hanya Rusia yang megakuit kedaulatan RRD dan RRL.
Belum lama ini, Rusia menawan dua warga AS yang juga menjadi milisi di Ukraina. Keduanya, Alexander Drueke (39) dan Andy Huynh (27), sama-sama pensiunan tentara AS dan berasal dari Negara Bagian Alabama.
Juru bicara Legiun Internasional Ukraina, Damien Magrou, menyatakan, warga asing itu digaji Kyiv dan bergabung dengan tentara Ukraina. Sedikitnya 20.000 orang dari 52 negara mendaftar ke legiun itu. Mereka berasal antara lain dari Amerika Serikat, Kanada, Inggris, hingga Maroko.
Magrou berpendapat bahwa mereka termasuk tentara Ukraina. Sebab, mereka digaji dari anggaran pemerintah Ukraina dan bergabung dengan unit tentara Ukraina. Sementara Moskwa bolak-balik menegaskan hanya akan memberikan status tawanan perang bagi tentara Ukraina. Status itu tidak akan diberikan kepada milisi atau legiun asing.
Moskwa memanfaatkan definisi yang pernah dipakai AS dan sekutunya antara lain terhadap orang-orang yang bergabung dengan pasukan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Saat itu, Washington dan sekutunya berpendapat, seluruh orang asing dalam pasukan NIIS bukan tentara dan tidak bisa diperlakukan sebagai tawanan perang.
Washington, dan kini Moskwa, berpendapat bahwa tentara hanya bisa dibentuk negara berdaulat dan kedaulatan negara itu diakui negara lain. Tentara juga harus menggunakan identitas resmi, mematuhi hukum perang. Sementara anggota kelompok bersenjata yang dibentuk oleh pihak di luar pemerintah akan disebut sebagai milisi. Menurut Soufan Center, lembaga konsultansi keamanan asal AS, ada juga yang disebut tentara bayaran. Mereka adalah orang-orang yang mendapat bayaran dari negara, walau bukan warga negara yang membayarnya. Tentara jenis ini tidak tergabung dengan tentara reguler. Definisi itu dipakai Washington antara lain kepada Wagner, perusahaan keamanan asal Rusia. Warga Rusia, Yevgeny Prigozhin, dituding sebagai pemilik Wagner. Perusahaan itu disebut mengirimkan tentara bayaran untuk berperang di Suriah, Libya, hingga Irak.