Sulit Panggil Pemain di Luar Negeri, Saatnya PSSI Percaya Produk Liga 1
Polemik pemanggilan enam pemain yang berkarier di luar negeri untuk timnas U-23 di SEA Games 2021 belum berakhir. PSSI masih berharap mereka bisa tampil di Vietnam meski terganjal aturan FIFA.
Setelah gagal menjadi juara di Piala AFF 2020, akhir tahun lalu, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia ingin mengakhiri rasa penasaran meraih gelar juara selama tiga dekade pada pergelaran SEA Games Vietnam 2021, Mei mendatang. Target emas dibebankan kepada juru taktik ”Garuda” asal Korea Selatan, Shin Tae-yong.
Ambisi untuk kembali meraih medali emas sejak SEA Games edisi Manila, Filipina, 1991 adalah sebuah target yang lumrah. Apalagi dengan prestasi menembus final Piala AFF lalu serta kehadiran Shin Tae-yong, pelatih yang pernah memimpin Korsel di Olimpiade 2016 dan Piala Dunia 2018, wajar apabila PSSI optimistis Indonesia bisa mengakhiri dahaga gelar juara di ajang pesta olahraga Asia Tenggara itu.
Baca juga: Timnas Sepak Bola U-23 Menjaga Fokus demi Emas
Dengan target emas itu, Shin memanggil 29 pemain terbaik Indonesia di bawah usia 23 tahun untuk pemusatan latihan di Jakarta dan Korsel, April ini. Selain mereka, pelatih berusia 51 tahun itu juga mengikutsertakan empat pemain di atas 23 tahun, yaitu Irfan Jaya, Fachruddin Artanto, Ricky Kambuaya, dan Marc Klok. Shin bisa menyertakan tiga pemain senior dari 20 pemain yang akan dibawa ke Vietnam.
Menariknya, Shin juga memanggil enam pemain muda Indonesia yang tengah berkarier di luar negeri. Mereka adalah Asnawi Mangkualam yang bermain bersama Ansan Greeners, Korea Selatan; lalu Pratama Arhan yang baru saja dikontrak Tokyo Verdy di Liga Jepang 2; duo Indonesia yang membela FK Senica di Liga Slovakia, Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman; Elkan Baggott yang tampil di Inggris bersama Ipswich Town; serta Saddil Ramdani yang telah dua musim membela Sabah di Liga Malaysia.
Setelah lebih dari 10 hari timnas proyeksi SEA Games melakukan pemusatan latihan di Korsel, baru satu pemain yang berkarier di luar negeri yang bergabung, yakni Asnawi. Wajar pemain lulusan akademi PSM Makassar itu bisa bergabung pemusatan latihan timnas U-23 dibandingkan lima rekan lainnya.
Asnawi berkarier di Korsel. Jarak kota Ansan, tempat klub Asnawi, dengan lokasi pemusatan latihan timnas U-23 di kota Daejeon sekitar 120 menit. Bisa ditempuh sekitar 2,5 jam perjalanan darat.
Baca juga: Efisiensi Menyulitkan Pencapaian Target
Di sisi lain, seusai menjalani laga kompetisi Liga Korsel 2, akhir pekan lalu, Ansan baru akan menjalani pertandingan selanjutnya, Selasa (3/5/2022). Oleh karena itu, Asnawi bisa mengikuti latihan bersama timnas U-23, Selasa (26/4/2022) kemarin, serta akan menjalani laga uji coba kontra klub Liga Korsel 2, Daejeon Hana Citizen, Rabu (27/4/2022).
Meski begitu, Ansan belum memberikan lampu hijau untuk melepas Asnawi. Pelatih Ansan Cho Min-kook tengah mengalami krisis pemain yang ditengarai dengan cederanya tiga legiun asing asal Brasil, yakni Anderson Canhoto, Robson Duarte, dan Thiago Henrique.
Kondisi itu membuat Cho memainkan Asnawi sebagai penyerang sayap pada dua pertandingan terakhir Ansan. ”Saya khawatir kekuatan kami akan semakin lemah jika melepas Asnawi,” ujar Cho dilansir Sport Chosun, akhir pekan lalu.
Asnawi pun mengungkapkan, dirinya belum bisa memastikan tampil di SEA Games Vietnam yang akan menjadi partisipasinya yang ketiga bersama timnas U-23. Meski berambisi memenuhi hasratnya meraih emas, ia akan menghormati keputusan apa pun yang ditentukan Ansan.
Baca juga: Anggaran Terbatas, Indonesia Sulit Pertahankan Prestasi di SEA Games
”Saya masih menunggu informasi (dari Ansan) untuk bisa atau tidak gabung (timnas di SEA Games) mulai tanggal 3 Mei nanti,” kata Asnawi yang telah mencatatkan 17 penampilan bersama timnas senior.
Sejatinya, Shin telah menyaksikan langsung laga Asnawi bersama Ansan, 24 April lalu, sekaligus berbicara empat mata dengan Cho untuk meminta izin melepas Asnawi. Namun, Cho, yang mewakili Ansan sebagai pemilik Asnawi, memiliki hak untuk menolak permintaan itu.
Aturan FIFA
Ansan memegang aturan FIFA yang tidak mewajibkan klub melepas pemain ke timnas di luar agenda resmi FIFA. Turnamen di ranah regional, seperti SEA Games dan Piala AFF, tidak masuk dalam kalender pekan internasional FIFA.
Aturan itu tertuang Lampiran 1 Paragraf 6 Regulasi Status dan Transfer Pemain tentang Pelepasan Pemain ke Tim Asosiasi. Hanya ada tiga turnamen di luar agenda tahunan pekan internasional FIFA yang menjadi pengecualian dalam aturan itu, putaran final Piala Dunia, Piala Konfederasi, dan turnamen konfederasi, misalnya Piala Asia.
Baca juga: Target Dipangkas karena Anggaran Terbatas
Alasan SEA Games tidak masuk kalender FIFA juga menjadi pegangan Sabah untuk tidak melepas Saddil. Liga Super Malaysia memang akan dihentikan sekitar dua pekan untuk memberi kesempatan tim-tim melepas pemain untuk timnas U-23 Malaysia di SEA Games, tetapi sulit rasanya Saddil akan diizinkan Sabah pergi ke Vietnam bersama tim Garuda.
Pelatih Sabah Ong Kim Swee tentu akan menggunakan masa jeda kompetisi itu untuk menjaga performa apik timnya. Hingga pekan keenam musim ini, ”Sang Badak”, sebutan Sabah, berada di peringkat kedua kompetisi kasta tertinggi di Malaysia itu.
Kim Swee juga sudah paham level urgensi kompetisi profesional dibandingkan SEA Games. Pasalnya, ia adalah pelatih Malaysia U-23 terakhir yang mempersembahkan medali emas SEA Games kala mengalahkan Indonesia di final edisi 2011 di Jakarta.
Manajer Sabah Ahmad Marzuki Nasir menekankan, pihaknya hanya akan melepas Saddil pada jendela laga FIFA, 30 Mei hingga 14 Juni, yang akan diisi laga kualifikasi Piala Asia 2023. Nasir menjelaskan, Saddil adalah pemain utama Sang Badak di musim ini.
Baca juga: Timnas Futsal Putra Resmi Masuk Kontingen Indonesia
Mantan pemain Persela Lamongan itu tampil sebagai pemain inti pada lima dari enam duel liga musim ini. Saddil telah menyumbangkan satu gol dan sebuah asis bagi Sabah di musim keduanya bersama Sabah.
Persoalan ini telah kami diskusikan antara klub dan Saddil di mana sang pemain memahami alasan klub tidak melepasnya di luar kalender FIFA. Sebagai catatan, Saddil adalah pemain kunci dan tidak ada tim di dunia sepak bola yang akan melepas seorang pemain berkualitas di luar kalender FIFA.
”Persoalan ini telah kami diskusikan antara klub dan Saddil di mana sang pemain memahami alasan klub tidak melepasnya di luar kalender FIFA. Sebagai catatan, Saddil adalah pemain kunci dan tidak ada tim di dunia sepak bola yang akan melepas seorang pemain berkualitas di luar kalender FIFA,” kata Nasir dalam pernyataan resmi, 14 April lalu.
Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan masih berharap Saddil bisa bergabung dengan timnas U-23 untuk SEA Games 2021. Jeda kompetisi Malaysia di tengah agenda SEA Games menjadi angin segar bagi PSSI.
”PSSI sudah melayangkan surat permintaan kepada Sabah FC dan Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) terkait pemanggilan dan permintaan Saddil Ramdani untuk bergabung dengan tim U-23 Indonesia di SEA Games. Kami menunggu jawaban dan respons positif Sabah FC dan FAM,” kata Iriawan.
Baca juga: Ketika Senam Harus Mengalah pada Vovinam
Tak hanya Saddil dan Asnawi, Baggott juga tidak dilepas Ipswich Town untuk menjalani pemusatan latihan di Korsel. Di tengah rekan senegaranya berlatih di Korsel, Baggott menghasilkan sejarah sebagai pemain Indonesia pertama yang tampil di kompetisi profesional Inggris.
Capaian itu diraih Baggott ketika debut tim senior Ipswich menghadapi Rotherham di laga ke-43 Liga Satu, kompetisi kasta ketiga di Inggris, 16 April. Setelah itu, Baggott rutin masuk dalam susunan pemain Ipswich di dua laga terakhir.
Meski begitu, Baggott berpeluang tampil di SEA Games karena Ipswich akan menjalani laga pamungkas musim ini pada Sabtu (30/4/2022) menghadapi Charlton Athletic. Alhasil, ia masih punya waktu ikut berlatih dengan skuad asuhan Shin sebelum ”Garuda Muda” menjalani laga pembuka Grup A SEA Games 2021 kontra tuan rumah Vietnam, 6 Mei, di Stadion Viet Tri, Phu Tho.
Adapun Egy dan Witan juga sulit bisa tampil di SEA Games karena Senica masih menyisakan tiga laga penting di grup playoff degradasi Liga Slovakia. Tiga laga itu baru akan rampung pada 21 Mei atau sehari sebelum laga final SEA Games, 22 Mei.
Baca juga: Andalkan Atlet Muda untuk Pertahankan Juara Umum
Egy dan Witan merupakan bagian dari skuad inti Senica yang diharapkan membantu tim itu bertahan di kasta tertinggi Liga Slovakia. Di tujuh laga playoff degradasi Liga Slovakia, Witan tampil lima kali dengan menyumbang dua gol, sedangkan Egy tampil dalam empat pertandingan.
Tokyo Verdy, klub Arhan, juga menolak melepas pemain didikan PSIS Semarang itu. Apalagi, Arhan baru dijadwalkan tampil debut di Liga Jepang 2, Rabu (4/5/2022), kala menjamu Vegalta Sendai.
Ganggu performa
Selain terbentur aturan FIFA, PSSI juga tidak sepatutnya memaksa kehendak untuk memanggil pemain muda yang tengah memulai karier di luar negeri untuk tampil di ajang sekelas SEA Games. Bagi pemain asal Indonesia, bisa tampil di luar negeri adalah sebuah kemewahan.
Negeri ini memang bisa menyandingkan diri dari sisi fanatisme dengan Brasil, Inggris, Argentina, dan Italia. Namun kalau berbicara soal prestasi, perbandingan Indonesia dengan negara-negara memiliki tradisi besar sepak bola itu bak bumi dan langit.
Baca juga: Indonesia Rampingkan Kontingen
Oleh karena itu, pemain Indonesia amat sulit dilirik oleh tim-tim di luar negeri, kecuali sang pemain memiliki tekad kuat dan dedikasi tinggi untuk keluar dari zona nyamannya berkarier dengan iming-iming kekayaan materi dan popularitas di dalam negeri.
Egy dan Witan adalah dua pemain muda yang naik daun karena performa gemilang di timnas yunior. Mereka bisa menembus Eropa timur meski belum mengecap debut di Liga 1 Indonesia.
Sementara itu, Asnawi dan Arhan telah menembus tim utama klub di Liga 1 sebelum hijrah ke Asia timur untuk meningkatkan karier mereka. Raihan trofi Piala Indonesia 2018 adalah sumbangan Asnawi bagi klub tanah kelahirannya, PSM Makassar.
Apabila keempat pemain itu, yang tengah memulai adaptasi dan berusaha keras bermain baik di luar negeri, tampil di SEA Games, hal itu berpotensi akan memengaruhi performa mereka ketika kembali ke klub. Level lawan hingga kualitas pertandingan di SEA Games yang jauh di bawah tiga liga tempat empat pemain itu berkarier adalah penyebabnya.
Baca juga: Kekecewaan di Balik Perampingan Tim Renang
Ansan telah merasakan itu bersama Asnawi di musim lalu. Selain aturan FIFA, tim pelatih Ansan tentu tidak ingin Asnawi kehilangan momentum peningkatan performanya dalam satu bulan terakhir.
Ketika memulai musim keduanya di Liga Korsel, Asnawi harus memulai dari titik nol lagi guna beradaptasi, terutama dengan taktik dan cuaca musim dingin Korsel. Hal itu sempat dikeluhkan Cho yang menganggap level fisik Asnawi tidak dalam kondisi prima di awal musim ini.
Kondisi itu membuat Asnawi baru dua kali bermain penuh selama 90 menit di musim ini. Asnawi juga sempat tidak masuk susunan skuad tim berjuluk ”Serigala Hijau” itu pada pekan kelima dan keenam Liga Korsel 2 akibat masalah kebugaran.
Asnawi yang harus beradaptasi ulang di Korsel pada musim ini tidak lepas dari aktivitas padatnya bersama timnas selama 2021. Dari 32 laga Liga Korsel 2, yang bisa dijalani di musim debutnya, tahun lalu, ia hanya 14 kali membela Ansan di kompetisi kasta kedua Korsel itu.
Baca juga: Hasrat Prestasi Eko Yuli
Sebanyak 11 laga dilewatkan Asnawi bersama Ansan karena bergabung dengan timnas. Agenda timnas itu meliputi kualifikasi Piala Dunia 2022, playoff kualifikasi Piala Asia, dan Piala AFF.
Begitu pun dengan Arhan yang membawa ekspektasi besar untuk meruntuhkan nasib buruk pemain Indonesia di Liga Jepang. Ia jelas memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan tingginya level permainan di ”Negeri Sakura” yang beberapa tingkat dibandingkan Asia Tenggara.
Andai tampil di SEA Games, kerja keras Arhan dalam satu bulan terakhir untuk beradaptasi di Verdy akan terasa sia-sia. Pasalnya, ia harus memulai lagi dari awal proses adaptasi dengan Verdy yang memiliki target untuk promosi ke Liga Jepang 1 di musim depan.
Alih-alih berjuang untuk membawa enam pemain itu ke Vietnam 2021, PSSI seharusnya memercayakan timnas U-23 kepada bakat-bakat terbaik yang muncul di Liga 1 2021-2022. Ada nama-nama berkualitas, di antaranya Marselino Ferdinan, Braif Fatari, Ernando Ari, Firza Andika, Syahrian Abimanyu, dan Alfeandra Dewangga, yang bisa menjadi tulang punggung Garuda Muda mengejar emas.
Baca juga : Memulihkan Kebugaran Lalu Muhammad Zohri
Sepatutnya PSSI dan publik sepak bola nasional bersikap optimistis dengan pemain-pemain asal Liga 1 edisi 2021-2022 di SEA Games 2021. Apabila Indonesia kembali gagal mengakhiri penantian emas selama tiga dekade di tahun ini, maka itu bisa menjadi momentum PSSI untuk membenahi kompetisi nasional yang menjadi candradimuka pembentukan pemain timnas.
Tak bisa dimungkiri, SEA Games adalah ajang yang pantas untuk melihat sejauh mana kualitas Liga 1 dibandingkan kompetisi lokal Asia Tenggara lainnya.