Anggaran Terbatas, Indonesia Sulit Pertahankan Prestasi di SEA Games
Akibat keterbatasan anggaran, Indonesia kemungkinan tidak mengirim kontingen ke SEA Games 2021 sebanyak edisi-edisi sebelumnya. Dengan begitu, jangan berharap Indonesia bisa menyamai prestasi seperti di SEA Games 2019.
TANGERANG, KOMPAS – Tantangan berat menanti semua pengurus cabang olahraga Indonesia jelang SEA Games di Vietnam pada 12-23 Mei. Keputusan penundaan SEA Games ke-31 dari semula 21 November-2 Desember 2021 berdampak pada ketiadaan anggaran pelatnas SEA Games Vietnam. Anggaran olahraga difokuskan untuk mempersiapkan atlet menghadapi Asian Games 2022 di Hangzhou, China pada 10-25 September.
”Anggaran pelatnas SEA Games ini tidak ada sama sekali. Sebab, perencanaan anggaran tahun ini sudah ditetapkan sejak tahun lalu sebelum adanya penundaan SEA Games. Anggaran pelatnas tahun ini hanya fokus ke Asian Games,” ujar Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari usai pembukaan Rapat Anggota KOI di Tangerang, Banten, Selasa (8/3/2022).
Akan tetapi, kata Okto, Indonesia tetap berpartisipasi dalam SEA Games 2021. Keputusan itu adalah bentuk solidaritas Indonesia kepada dunia olahraga Asia Tenggara, terutama Vietnam yang tetap bersungguh-sungguh menyelenggarakan gelaran tersebut. ”Kehadiran Indonesia dibutuhkan untuk mendukung Vietnam yang menjadi tuan rumah SEA Games di tengah kondisi luar biasa ini (pandemi Covid-19),” jelasnya.
Kendati demikian, Okto menuturkan, ketiadaan anggaran itu membuat Indonesia kemungkinan tidak bisa mengikuti semua dari 40 cabang olahraga yang dipertandingkan pada SEA Games 2021. Tim Merah-Putih boleh jadi cuma mengikuti sebagian dari cabang olahraga yang ada. Cabang yang diikuti merupakan cabang yang turut berpartisipasi dalam Asian Games 2022.
”Kalau berpatokan dengan ketersediaan anggaran pemerintah, Indonesia mungkin hanya ikut setengah dari 40 cabor SEA Games 2021. Itu semuanya cabor yang dipelatnaskan untuk Asian Games. Waktu SEA Games 2019 di Flipina, kita bisa ikut hampir semua dari 56 cabor yang ada,” katanya.
Namun, Okto menyampaikan, tidak menutup peluang ada cabang olahraga lain yang mengirim atlet dengan biaya mandiri ke SEA Games 2021. Pihak KOI sangat mengapresiasi niat itu dan siap memfasilitasi untuk akreditasi atlet yang batas akhirnya pada 31 Maret ini. ”Ada beberapa cabor yang ingin melakukan pembuktian dengan mengirim atlet secara mandiri. Kami memberikan kebebasan dan siap untuk membantu,” ungkapnya.
Baca juga : Target Dipangkas karena Anggaran Terbatas
Harus realistis
Menurut Okto, keterbatasan anggaran itu bakal menyebabkan Indonesia kesulitan mempertahankan prestasi yang diraih pada SEA Games 2019. Tiga tahun lalu, Indonesia berada di urutan keempat dengan 72 emas, 84 perak, dan 111 perunggu. Ketika itu, Indonesia bisa memperbaiki prestasi dari peringkat kelima dengan 38 emas, 63 perak, dan 90 perunggu dalam SEA Games 2017 di Malaysia.
”Kita harus realistis, akan susah untuk mencapai prestasi seperti di Filipina lalu. Selain keterbatasan anggaran, waktu yang ada juga sangat mepet, tinggal dua bulan sebelum SEA Games 2021. Kita juga belum tahu bagaimana situasi di Vietnam,” tuturnya.
Apalagi, kata Okto, persiapan dari SEA Games 2021 ke Asian Games 2022 cuma empat bulan. ”Kita mesti prioritaskan prestasi di Asian Games 2022 karena pelatnas ini memang fokus untuk Asian Games. Atlet-atlet tentu tidak bisa dipaksakan maksimal untuk SEA Games dan Asian Games dalam tempo yang berdekatan,” terangnya.
Menpora Zainudin Amali usai menutup Rapat Anggota KOI pada Selasa petang membenarkan keterangan tersebut. Menurut Zainudin, pelatnas SEA Games menjadi bagian untuk menuju SEA Games 2021, Asian Games 2022, hingga kualifikasi Olimpiade Paris 2024 yang sebagian besar dimulai tahun depan.
Baca juga : PBSI Pastikan Absennya Pemain Pelatnas di Kejuaraan Dunia
Sesuai DBON
Sesuai Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang ditetapkan sebagai Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2021 pada Peringatan Hari Olahraga Nasional, 9 September lalu, Zainudin mengucapkan, SEA Games bukan target utama melainkan target antara untuk meraih prestasi tingkat Asia yang ujungnya mengincar prestasi terbaik di level dunia. Untuk itu, Kemenpora pun tidak bakal memasang target apa pun bagi kontingen Indonesia di SEA Games.
”SEA Games hanya pemanasan ke Asian Games dan kualifikasi Olimpiade. Jadi, tidak ada target peringkat Indonesia di SEA Games ini. Namun, kami minta setiap cabor yang dikirim bisa keluar sebagai yang terbaik atau juara umum cabor bersangkutan,” ujar Zainudin.
Karena mepetnya jeda antara SEA Games 2021 dan Asian Games 2022, tambah Zainudin, pihaknya paham sulit untuk atlet mencapai puncak performa dalam waktu singkat. Atlet perlu menentukan skala prioritasnya. Kemenpora ingin atlet fokus mengejar prestasi tebaik di Asian Games 2022 yang satu langkah menuju Olimpiade 2024. ”Jadi, tempat evaluasi utama atlet ada tahun ini di Asian Games mendatang,” katanya.
Butuh kejelasan
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) Tigor M Tanjung mengatakan, dalam kondisi ini, pihaknya butuh kejelasan mengenai status SEA Games. Sebelum ini, Kemenpora meminta SEA Games sebagai target antara menuju Asian Games dan Olimpiade sehingga SEA Games dituntut untuk atlet-atlet muda. Akan tetapi, belakangan, SEA Games cuma untuk atlet yang benar-benar berpotensi merebut medali emas.
”Harusnya ini dibicarakan lagi, apakah SEA Games ini untuk pembinaan atau untuk uber-uber medali emas. Kami butuh kejelasan dari Kemenpora. Jangan sampai karena dianggap tidak mencapai target, ini berefek pada besaran anggaran yang kami terima di tahun berikutnya,” tutur Tigor.
Di sisi lain, Tigor menuturkan, pihaknya butuh kepastian mengenai jumlah atlet yang dibiayai ke SEA Games. Sejauh ini, PB PASI dan Kemenpora belum menandatangani nota kesepahaman anggaran bantuan pelatnas 2022. Ada info, dari 39 atlet yang diusulkan PASI, Kemenpora menerima 23 atlet untuk menjalani pelatnas tahun ini. ”Namun, dari 23 atlet itu, yang bakal ke SEA Games belum tau. Jadi, kami belum tau juga mau kirim atlet secara mandiri atau tidak,” jelasnya.
Harusnya ini dibicarakan lagi, apakah SEA Games ini untuk pembinaan atau untuk uber-uber medali emas. Kami butuh kejelasan dari Kemenpora. (Tigor M Tanjung)
Pasrah
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Kickboxing Indonesia (PP KBI) Ngatino lebih realistis. Dia sadar diri bahwa kickboxing bukan olahraga prioritas dalam DBON dan tidak dipertandingan dalam Asian Games maupun Olimpiade.
Mau tidak mau, PP KBI siap-siap untuk menanggung sendiri biaya mengirim atlet ke SEA Games 2021. Saat ini, ada 10 atlet yang menjalani pelatnas kickboxing. ”Kalau kami di kickboxing tidak masuk DBON. Walau pusing, kami tetap berjuang. Sudah kemungkinan, kami mengeluarkan biaya mandiri,” ungkapnya.
Baca juga : Sumsel Ditunjuk sebagai Sentra Pembinaan Atlet Muda Wilayah Sumbagsel
Namun, Ngatino tetap berharap ada keajaiban. ”Cukup kaget dengan situasi ini. Sebab, selama ini, kita selalu dibantu pemerintah. Mudah-mudahan, kami tetap diperhatikan, masih bisa dibantu,” ujarnya.