Kontingen Indonesia kemungkinan tidak bisa optimal di semua ajang olahraga pada tahun 2022. Itu akibat masalah klasik olahraga Indonesia, yakni keterbatasan anggaran untuk mengadakan pelatnas.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Atlet panahan putri Asiefa N Haenza membidik sasaran di Stadion Panahan Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (6/11/2021). Menyambut jadwal yang padat pada 2022, sejumlah pelatnas sudah memulai kembali latihan. Di panahan, mereka praktis hanya rehat sepekan setelah Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2021. Namun, tak cuma latihan secepatnya yang dibutuhkan, pelatnas seperti panahan butuh pula kuota atlet pelatnas lebih besar agar bisa membentuk tim A dan tim B.
JAKARTA, KOMPAS — Menyambut jadwal kejuaraan yang padat pada 2022, kontingen Indonesia kemungkinan tidak bisa optimal di semua ajang, tetapi hanya fokus dengan Asian Games dan Asian Para Games Hangzhou, China, 2022. Hal itu akibat masalah klasik olahraga Indonesia, yakni keterbatasan anggaran untuk mengadakan pemusatan olahraga nasional (pelatnas).
”Karena anggaran terbatas, kami harus menentukan target prioritas yang ingin disasar. Karena Asian Games/Asian Para Games 2022 menjadi ajang terbesar di tahun depan, kami menjadikan pergelaran itu sebagai prioritas utama, sedangkan yang lain menjadi try out (pemanasan),” ujar Surono, Asisten Deputi Olahraga Prestasi, Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), saat dihubungi dari Jakarta, Senin (8/11/2021).
Surono mengatakan, Kemenpora berkomitmen agar pelatnas tidak putus. Maka itu, pengurus induk cabang olahraga diminta segera mengajukan proposal bantuan anggaran pelatnas 2022 agar bisa di-review pada Desember 2021 dan bisa cair mulai Januari 2022.
Anggaran semua KL (kementerian/lembaga) masih terdampak kebijakan relokasi untuk pandemi Covid-19. Bahkan, anggaran itu cenderung menurun, terutama di Kemenpora.
Namun, karena anggaran terbatas, pelatnas mesti melakukan efisiensi. ”Anggaran semua KL (kementerian/lembaga) masih terdampak kebijakan relokasi untuk pandemi Covid-19. Bahkan, anggaran itu cenderung menurun, terutama di Kemenpora,” katanya.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Para atlet panahan pelatnas melakukan latihan tembakan di Stadion Panahan Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (6/11/2021). Menyambut jadwal yang padat pada 2022, sejumlah pelatnas sudah memulai kembali latihan. Di panahan, mereka praktis hanya rehat sepekan setelah Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2021. Namun, tak cuma latihan secepatnya yang dibutuhkan, pelatnas seperti panahan butuh pula kuota atlet pelatnas lebih besar agar bisa membentuk tim A dan tim B.
Imbasnya, kontingen Indonesia kemungkinan tidak bisa optimal di semua kejuaraan yang ada pada 2022. Dari tiga ajang multicabang yang ada di tahun depan, yakni SEA Games Vietnam 2021 pada Mei; Islamic Solidarity Games Konya, Turki, 2022 pada Agustus; dan Asian Games 2022 pada September, mereka akan lebih fokus ke Asian Games. ”Kalau anggaran tidak terbatas, kami pasti ingin Indonesia optimal di semua gelaran tersebut,” tutur Surono.
14 cabang andalan
Secara spesifik, lanjut Surono, cabang yang lebih diprioritaskan adalah 14 cabang andalan Indonesia, sebagaimana terkandung dalam Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang disahkan pada Hari Olahraga Nasional ke-38 di Jakarta, Kamis (9/9/2021). Atlet yang dipelatnaskan pun disesuaikan dengan rekam jejak prestasinya. Hanya atlet-atlet yang bisa bersaing di level dunia atau Asia yang mendapatkan kesempatan tersebut.
Atlet-atlet yang prestasinya sebatas Asia Tenggara atau nasional belum bisa direkomendasikan. ”Tolok ukurnya prestasi terakhir mereka, termasuk di PON (Pekan Olahraga Nasional) Papua 2021. Kami juga membandingkan peluang mereka dengan calon lawannya nanti,” ujarnya.
Selain 14 cabang itu, Surono menuturkan, cabang-cabang lain tetap berkesempatan menjalani pelatnas. ”Akan tetapi, peluang mereka sangat bergantung dengan potensinya meraih emas di Asian Games 2022 yang bakal mempertandingkan 40 cabang olahraga tersebut,” ungkapnya.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Para atlet pelatnas panahan sehabis mengambil busur yang menempel di sasaran dalam latihan di Stadion Panahan Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (6/11/2021). Menyambut jadwal yang padat pada 2022, sejumlah pelatnas sudah memulai kembali latihan. Di panahan, mereka praktis hanya rehat sepekan setelah PON Papua 2021. Namun, tak cuma latihan secepatnya yang dibutuhkan, pelatnas seperti panahan butuh pula kuota atlet pelatnas lebih besar agar bisa membentuk tim A dan tim B.
Kalau pengurus cabang olahraga butuh jumlah atlet yang lebih besar, tambah Surono, Kemenpora berharap pengurus atau ketua umum cabang itu bisa mencari sumber dana dari pihak lain, seperti dari BUMN atau swasta. Sejauh ini, Kemenpora turut berusaha agar pelatnas bisa dapat tambahan anggaran dari BUMN.
Beberapa waktu lalu, Kemenpora dan Kementerian BUMN sudah menjalin komunikasi agar BUMN menjadi bapak angkat untuk 14 cabang andalan tersebut. ”Orang-orang di olahraga harus pintar menjadi kolaborasi dengan sponsor. Kalau mereka bisa dapat tambahan anggaran dari pihak lain, mereka bisa menambah jumlah atlet untuk ikut pelatnas,” ucap Surono.
Butuh tambahan atlet
Bagi sejumlah cabang olahraga, tambahan kuota atlet pelatnas sangat penting untuk menyambut jadwal padat tahun depan. Kalau tidak, atlet yang terbatas sulit optimal di semua kejuaraan karena puncak performa terbatas. Apalagi agenda tahun depan saling berdekatan. Semua itu dampak pandemi yang membuat banyak ajang dialihkan dari 2021 ke 2022 sehingga terjadi penumpukan.
Pelatnas panahan, misalnya. Manajer Pelatnas Pengurus Pusat Persatuan Panahan Indonesia Ikhsan Ingratubun menyampaikan, SEA Games dan Asian Games menjadi dua gelaran yang diprioritaskan. Di SEA Games, mereka ingin meningkatkan prestasi dari meraih dua emas pada SEA Games Filipina 2019 menjadi lima emas pada SEA Games 2021.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Pelompat jauh putri andalan Indonesia, Maria Natalia Londa (paling kiri), sedang melakukan pendinginan sehabis latihan utama di pelatnas atletik PB PASI di Stadion Madya Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (5/11/2021).
Kemudian, PP Perpani mengincar emas dari tiga nomor recurve dan dua nomor compound Asian Games 2022. Pada Asian Games Jakarta-Palembang 2018, tim panahan Indonesia cuma merebut satu perak dan satu perunggu.
Khususnya di klasifikasi recurve, SEA Games dan Asian Games bagian dari program jangka panjang menuju Olimpiade Paris 2024. Untuk mencapai sasaran itu, PP Perpani berharap kuota atlet recurve bertambah dari saat ini berjumlah 4 putra dan 4 putri menjadi 6 putra dan 6 putri. Nantinya, 12 atlet itu bisa dibagi-bagi untuk ikut kejuaraan sesuai kapasitas kemampuannya.
Jumlah seperti itu diyakini bisa turut menimbulkan iklim persaingan internal yang positif agar terpilih berpartisipasi ke ajang lebih bergengsi. ”Sebelum ini, kami mengajukan 8 atlet putra dan 8 putri ikut pelatnas recurve. Tapi, karena anggaran terbatas, yang direalisasikan 4 putra dan 4 putri. Sekarang, dengan jadwal padat tahun depan, perlu ada tambahan atlet pelatnas setidaknya di recurve menjadi 6 putra dan 6 putri,” kata Ikhsan.
Sebelumnya, pelatih sprint putra Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia Eni Nuraini pun berharap ada penambahan atlet di pelatnas sprint putra. Selain agar tim Indonesia optimal di semua kejuaraan, tambahan atlet itu juga memungkinkan Indonesia ikut nomor beregu, seperti estafet 4 x 100 meter dan 4 x 400 meter.
KOMPAS/ADRIAN FAJRIANSYAH
Pelari gawang putri kawakan Indonesia Emilia Nova (kiri) dan pelari gawang putri yunior Dina Aulia Purnama (kanan) saat berlatih di Stadion Madya Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (2/11/2021). Tim lari gawang Indonesia masih tetap mengandalkan Emilia dalam mengarungi kejuaraan yang padat baik terbuka maupun ajang multicabang sepanjang tahun depan.