Dubes Ukraina: Jelas dan Tegas, Pesan Presiden Zelenskyy untuk Presiden Putin
Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin menyayangkan sebagian media arus utama Indonesia dan warganet termakan propaganda Rusia. Pesan Ukraina saat dikunjungi Presiden Jokowi sudah sangat jelas dan tegas.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin mengatakan bahwa pesan Ukraina ketika dikunjungi oleh Presiden Joko Widodo pekan lalu sudah sangat jelas. Ukraina mengedepankan dialog perdamaian. Pada saat yang sama, Ukraina juga siap berjuang hingga akhir demi mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negara.
”Saya bangga dan berterima kasih kepada negara tempat saya bekerja karena presidennya mengunjungi Ukraina. Pak Jokowi adalah kepala negara Asia pertama yang datang ke Ukraina setelah perang meletus,” kata Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin dalam jumpa pers daring di Jakarta, Selasa (5/7/2022).
Hamianin mengatakan, dirinya juga mendampingi Presiden Jokowi dan Nyonya Iriana berkunjung ke Kyiv dan sejumlah daerah lain. Presiden Jokowi mengunjungi Ukraina pada 29 Juni 2022 dan bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Kyiv setelah menghadiri KTT G7 di Jerman. Sehari kemudian, ia berkunjung ke Rusia dan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskwa.
Menurut Hamianin, kunjungan Jokowi itu menjadi teladan bagi negara-negara di dunia. Sebuah negara yang bergabung di dalam Gerakan Non-Blok bukan berarti lepas tangan dari permasalahan yang terjadi di negara lain. Justru, negara Non-Blok datang dan mengupayakan perdamaian bagi semua pihak terkait konflik.
Hamianin menjelaskan, kedatangan Jokowi membawa dua agenda. Pertama ialah membawa pesan perdamaian, yaitu mengupayakan penghentian pertempuran dari kedua belah pihak. Misi kedua untuk membuka jalur ekspor komoditas Ukraina, terutama gandum dan minyak biji bunga matahari.
Ada 77 juta ton gandum tertahan di Ukraina. Negara-negara Barat mengupayakan membuka jalur alternatif dengan memakai kereta api ke Romania, kemudian gandum dikirim ke seluruh dunia melalui Laut Baltik. Menurut Hamianin, langkah ini tidak efektif.
”Mengangkut dengan kereta api hanya bisa membawa sedikit sekali komoditas. Metode paling efektif tetap melalui Pelabuhan Odesa di Laut Hitam,” tuturnya.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan bahwa Rusia tidak memblokade kapal-kapal Ukraina di Laut Hitam. Namun, hal itu disangkal Ukraina. Hamianin menjelaskan, Rusia mau membuka Laut hitam dengan tiga syarat. Pertama, setiap kapal Ukraina yang merapat ataupun meninggalkan harus digeledah oleh militer Rusia.
Kedua, kapal-kapal militer Rusia bebas berlabuh dan berlayar di perairan Odesa. Ketiga, tidak boleh ada konvoi kapal dari negara-negara lain untuk membantu mengangkut komoditas Ukraina. Ini sama saja dengan memblokade Laut Hitam.
”Tanpa pengupayaan ekspor gandum Ukraina, dampak kepada krisis pangan global semakin serius. Apalagi, stok gandum di wilayah-wilayah yang dikuasai Rusia diambil oleh mereka dan dibawa melalui Crimea. Gandum-gandum ini kemudian didistribusikan atas nama Rusia,” kata Hamianin.
Pesan melalui Jokowi
Hamianin menjelaskan, dalam pertemuan antara Presiden Jokowi dan Presiden Zelenskyy telah diutarakan dengan jernih bahwa Ukraina mengutamakan duduk bersama untuk berunding. Namun, Ukraina menyadari bahwa Rusia tidak siap untuk berunding. Hal ini, menurut Hamianin, dibuktikan selepas Jokowi dan Nyonya Iriana meninggalkan Ukraina, militer Rusia kembali menembakkan rudal.
”Pesan dan posisi Ukraina seperti yang disampaikan oleh Presiden Zelenskyy tidak akan bisa disalahartikan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin,” ujar Hamianin.
Hamianin mengungkapkan, dirinya menyayangkan bahwa sebagian media arus utama Indonesia dan warganet termakan propaganda Rusia. Beredar unggahan-unggahan yang mengagungkan Putin. Apalagi, ketika bertemu dengan Jokowi, Putin berjanii untuk berinvestasi di ibu kota negara dan juga berbagi teknologi pembangkit listrik tenaga nuklir.
Kantor berita Rusia, TASS, sehari setelah kunjungan Jokowi ke Moskwa merilis pernyataan juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, yang dilansir seolah untuk menanggapi pernyataan juru bicara Kepresidenan Ukraina, Serhii Nikiforov. Dalam pernyataan yang dimuat media Ukraina, Ukrainska Pravda, 30 Juni 2022, Nikiforov dikutip mengatakan bahwa jika ingin menyampaikan sesuatu kepada Presiden Putin, Presiden Zelenskyy akan menyampaikannya secara terbuka melalui pidato-pidato hariannya.
”Indonesia adalah salah satu importir terbesar gandum dari Ukraina dan pemblokadean pelabuhan-pelabuhan Ukraina menjadi fokus utama pembicaraan presiden (Indonesia dan Ukraina) di Kyiv,” ujar Nikiforov. ”Itu yang dibahas Volodymyr Zelenskyy secara detail dengan Joko Widodo.”
”Terkait apakah ada pesan, jika presiden Ukraina ingin menyampaikan pada seseorang, hal itu akan disampaikan secara terbuka melalui pidato-pidato hariannya,” kata Nikiforov.
Ketika hal tersebut ditanyakan oleh wartawan TASS, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menjawab, pesan dari Presiden Zelenskyy yang disampaikan oleh Presiden Jokowi kepada Presiden Putin bukan pesan melalui tulisan. ”Itu bukan pesan melalui tulisan. Hanya itu yang bisa saya sampaikan kepada Anda,” ujar Peskov.
Dalam konferensi pers di Kyiv dan di Mokswa, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa dirinya menawarkan diri menjadi pembawa pesan damai antara Ukraina dan Rusia yang sedang berperang. ”Saya menawarkan diri membawa pesan dari Presiden Zelenskyy untuk Presiden Putin yang akan saya kunjungi segera,” ujar Presiden Jokowi dalam konferensi pers seusai pertemuan dengan Zelenskyy di Istana Kepresidenan Ukraina yang dihadiri Kompas.
Dalam wawancara khusus dengan Kompas sebelum meninggalkan Kyiv, Presiden Jokowi menceritakan perbincangannya dengan Zelenskyy lebih dari satu jam. ”Lama sekali berbincang dengan Presiden Zelenskyy lebih dari sejam. Kan, kita banyak bertanya juga kalau kejadian ini seperti apa. Total lebih dari dua jam dengan makan. Dua jam lebih enggak rampung-rampung. Ditambah lagi masih cerita lagi,” kata Jokowi kepada Kompas.
Di Moskwa, dalam konferensi pers seusai bertemu Putin, Jokowi mengungkapkan bahwa dirinya telah menyampaikan pesan Zelenskyy kepada Putin. Menurut Jokowi, meskipun situasi saat ini sangat sulit, penyelesaian damai tetap penting untuk terus dikedepankan dan ruang-ruang dialog terus dibuka.
”Saya telah menyampaikan pesan Presiden Zelenskyy untuk Presiden Putin dan saya sampaikan kesiapan saya untuk menjadi jembatan komunikasi di antara kedua pemimpin tersebut,” kata Presiden Jokowi di Moskwa.
Patut dihargai
Pada kesempatan yang berbeda, Profesor Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional Dewi Fortuna Anwar menjelaskan bahwa dalam pertemuan Jokowi-Putin, pihak Rusia memang mengalihkan pembicaraan ke topik hubungan bilateral Indonesia-Rusia. Pembicaraan mengenai perdamaian tidak menjadi fokus.
”Jokowi tidak berpretensi sebagai juru damai kedua negara karena masalahnya terlalu kompleks dan memang bukan kapasitas dia. Jokowi berperan membawa pesan damai, misi keketuaan G20, dan penanganan krisis pangan global,” tuturnya.
Kunjungan Jokowi yang menunjukkan niat baik dengan mengajak kedua belah berbicara langsung patut dihargai. Menurut Dewi, disayangkan pula perkataan juru bicara Pemerintah Ukraina yang mengatakan bahwa Zelenskyy tidak menyampaikan pesan untuk Putin melalui Jokowi.
”Ini adalah pembicaraan langsung antara dua kepala negara yang tidak bersifat corong politik dan bagaimanapun harus diapresiasi. Betul Zelenskyy setiap hari berbicara kepada publik, tetapi ada hal-hal yang ia bicarakan langsung dengan Jokowi. Proses perundingan damai tidak bisa diselesaikan hanya dengan satu kali kunjungan, tetapi di sini Indonesia menunjukkan mau terus menjadi bagian dari upaya itu,” jelas Dewi. (SAM)