Pemerintah Indonesia Upayakan Titik Temu (Wawancara Eksklusif)
Indonesia terus menyerukan pesan perdamaian. Terkait perang Ukraina-Rusia, Indonesia mengupayakan titik temu bagi kedua negara. Dampak perang pada krisis global sangat memprihatinkan.
Oleh
HARRY SUSILO DAN KRIS MADA DARI KYIV, UKRAINA
Β·5 menit baca
BPMI/BEY MACHMUDIN
Presiden RI Joko Widodo didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung, saat sesi wawancara khusus dengan Kompas, di Kyiv, Ukraina, Rabu (29/2/2022). (Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Negara/Bey Machmudin
Presiden Indonesia Joko Widodo membawa misi perdamaian dengan menemui Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Kyiv, Ukraina, Rabu (29/6/2022). Pertemuan di Istana Mariinsky itu berlangsung selama lebih dari satu jam.
Selepas pertemuan tersebut, Presiden Jokowi berkenan menerima wawancara khusus dengan wartawan Kompas, Harry Susilo, di Hotel Intercontinental Kyiv pada Rabu sore pukul 17.45 waktu Ukraina atau pukul 21.45 WIB. Presiden Jokowi didampingi Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Setelah wawancara, Presiden Jokowi dan Ibu Negara Nyonya Iriana Joko Widodo beserta rombongan menuju ke Stasiun Central Kyiv untuk kembali ke Polandia dan melanjutkan perjalanan ke Moskwa, Rusia. Berikut petikan wawancara dengan Presiden Jokowi:
Selain Indonesia ingin berkontribusi dalam persoalan pangan karena menjadi champion group dari Global Crisis Response Group, apa ada hal lain yang menggerakkan Presiden membawa misi perdamaian dengan mengunjungi Ukraina-Rusia?
Dalam konstitusi kita jelas (mengatur) mengenai ketertiban dunia dan perdamaian dunia. Itu pertama, konstitusi kita itu jelas. Kedua, kita ini, kan, diberi mandat dalam keketuaan G20 ditambah lagi ditunjuk PBB untuk Global Crisis Response Group on Food, Energy, and Finance. Artinya, kan, memang tanggung jawab nasional dan internasional ada di situ.
Presiden RI Joko Widodo bersama ibu negara Ny Iriana Widodo menyerahkan bantuan obat-obatan dan alat kesehatan secara simbolis kepada Menteri Kesehatan Ukraina Viktor Liashko (kiri, mengenakan jas) dan Direktur Rumah Sakit Pusat Ilmiah dan Bedah Endokrin, Transplantasi Organ dan Jaringan Endokrin Ukraina dr Oleksandr Tovkai (kedua dari kiri) di rumah sakit tersebut, di Kota Kyiv, Ukraina, Rabu (29/6/2022) siang waktu setempat.
Kalau kita ditunjuk jadi ketua (masak) diam saja. Sebelumnya, saya sudah ngomong ke G7 leader bahwa G20 itu hanya persoalan ekonomi, jangan ditarik-tarik ke persoalan politik. Tetapi, sekarang, kan, temanya ekonomi dan yang paling mengerikan, kan, larinya ke pangan tadi. Energi dan pangan. Mau tidak mau, kita harus berbicara dong kalau sudah mengenai urusan itu.
Bagaimana usulan Indonesia untuk dapat membuka blokade ekspor komoditas pangan dari Ukraina?
Persoalan besar ke depan ini memang urusan pangan. Persoalan yang gede banget dan bisa kompleks kalau tidak segera dicarikan solusinya.
Yang pertama, produksi gandum di sini (Ukraina), kan, gede sekali. Sekarang punya stok 22 juta ton dan akan panen kira-kira 55 juta ton. Kalau ini enggak bisa keluar, artinya yang bisa impor dari sini, kan, jadi pusing semuanya. Jumlah yang sangat gede sekali, 77 juta ton. Bayangkan kalau tidak bisa keluar.
Kedua, kalau barang ini tidak bisa keluar, petani di sini enggak mungkin mau menanam lagi dong dan akan menjadi bola salju yang susah untuk dibendung sehingga pangan (menjadi) sesuatu yang sangat mengerikan kalau ini tidak diselesaikan.
Perang ini (yang perlu diselesaikan)?
Perang ini, mungkin bisa saja (gandum) ini keluar jika ada gencatan senjata lokal atau ada gencatan senjata parsial. (Dengan mengupayakan) safe channel atau saluran yang aman dari Odessa (Ukraina) ke Istanbul (Turki) dijamin aman sehingga barang bisa keluar.
Kalau enggak, siapa yang mau beli? Takut semua. Yang beli, misalnya, tidak takut. Tetapi, banknya, asuransinya, apa pada berani. Artinya, semua harus memberikan jaminan pada saluran yang aman dan dijamin pada negara-negara yang berkaitan dengan ini, Ukraina dan Rusia. Yang Istanbul berarti Turki. Semua harus menjamin bahwa pangan ini aman.
Kalau tidak (terselesaikan), akan terjadi betul-betul kekurangan pangan yang akut. Dan juga bisa lari ke kelaparan yang akut. Itu yang waktu kita diskusi dengan Sekjen PBB Antonio Guterres, ya, sama. Jadi, misi kita yang paling utama justru di situ. Karena yang mau kita lihat untuk misi damainya itu sangat complicated. Sangat kompleks sekali.
BPMI SEKRETARIAT PRESIDEN
Presiden Joko Widodo dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy melangsungkan pertemuan tete a tete di Istana Maryiinsky, Kyiv, Ukraina, Rabu (29/6/2022).
Bagaimana Presiden melihat upaya ini ke depan setelah berbincang dengan Presiden Zelenskyy?
Lama sekali berbincang dengan Presiden Zelenskyy lebih dari sejam. Kan, kita banyak bertanya juga kalau kejadian ini seperti apa. Total lebih dari dua jam dengan makan. Dua jam lebih enggak rampung- rampung. Ditambah lagi masih cerita lagi.
Jadi, bagaimana jalan perdamaian ke depan?
Ini yang akan kita sampaikan kepada Presiden Putin (Vladimir Putin), ada persoalan (pangan) seperti ini. Kita harapkan wisdom dia untuk urusan pangan ini saja sudah.
Persoalan pangan menjadi pintu masuk jalan perdamaian?
Ya, kita berusaha semuanya bisa terselesaikan. Urusan energi terselesaikan (karena) dampaknya juga ada. (Tapi), kompleks ya, harus mengurai satu-satu. Tapi, yang paling mendesak urusan pangan.
(Terkait pangan) ini tidak menyangkut kita saja, tetapi semua negara. Kalau hitung- hitungan kami terakhir itu, 823 juta orang yang terdampak pangan (dari perang Rusia-Ukraina).
KOMPAS
Pembukaan kembali ekspor gandum dari Ukraina dianggap penting karena Ukraina merupakan negara pengekspor terbesar gandum dunia. Namun sejak invasi Rusia, pasokan gandum dunia dari Ukraina terhenti karena mayoritas pelabuhan di Ukraina dikuasai Rusia. Hal ini mengakibatkan kenaikan harga dan krisis pangan di berbagai negara, terutama Eropa yang merupakan tujuan ekspor utama gandum Ukraina.
Kalau gandum ini tidak diselesaikan, kemudian muncul babak kedua, pupuk tidak bisa diselesaikan. Di sini, kan, masalah besarnya di pangan, karena urusan gandum dan urusan pupuk. Kalau pupuk tidak terselesaikan, nanti larinya masuk ke beras. Kalau enggak ada pupuk, petani enggak bisa menanam padi. Kemudian kalau tidak menanam, produksinya yang keluar kecil banget. Larinya nanti ke kelaparan yang makan nasi. Dan itu menyangkut 2 miliar jiwa jika terdampak pada beras, terutama yang ada di Asia dan Amerika Latin.
Pertemuan dengan Presiden Zelenskyy terlihat santai? Apakah banyak hal santai yang diperbincangkan?
Perbincangannya serius. Persoalan serius, tetapi suasananya rileks. Tapi, sangat serius.
Setelah tindak lanjut bertemu dengan Presiden Zelenskyy dan Presiden Putin, apakah nanti ada upaya lain?
Besok, kan, (Kamis, 30 Juni 2022) ketemu dengan Presiden Putin. Kita akan sampaikan hal yang sama (dengan Zelenskyy) supaya ada titik temu. Ini yang paling penting, kan, titik temu. Kepentingannya semua terakomodasi dan ada titik temu. Itu yang mau kita usahakan. Kalau sudah ada titik temu, nanti titik-titik yang lain, kan, memudahkan. Kalau satu aja belum, gimana (yang lain).
Permintaan dari Ukraina bagi Indonesia untuk terlibat dalam proyek-proyek di Ukraina? Apakah ada tindak lanjut kerja sama?
Ini satu dulu selesailah. Satu-satu selesai. Karena ini untuk rekonstruksi kan juga perlu urusan perangnya rampung dulu, baru mulai rekonstruksi. Step-nya seperti itu. (RAZ)