Diplomasi Jokowi dari Kyiv ke Moskwa, Indonesia Siap Damaikan Ukraina-Rusia (Bagian 24)
Presiden Joko Widodo menyatakan kesiapannya menjadi pembawa pesan damai dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk disampaikan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin.

Presiden Indonesia Joko Widodo dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy berjabat tangan saat bertemu di Istana Mariinsky, Kyiv, pada Rabu (29/6/2022). Dalam pertemuan itu, Jokowi menawarkan menjadi pembawa pesan perdamaian dari Zelenskyy ke Presiden Rusia Vladimir Putin. Selepas bertemu Zelenskyy, Presiden Jokowi akan bertolak Ke Moskwa, Rusia dan menemui Putin.
KYIV, KOMPAS — Indonesia menawarkan diri menjadi pembawa pesan damai antara Ukraina dan Rusia yang sedang berperang. Indonesia juga berusaha mendorong agar hambatan ekspor aneka komoditas kedua negara itu bisa segera diatasi. Dengan demikian, aneka komoditas itu bisa masuk pasar internasional.
Tawaran tersebut disampaikan Presiden Joko Widodo kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Rabu (29/6/2022), dalam pertemuan di Istana Mariinsky, Kyiv, Ukraina. Zelenskyy menerima Jokowi dalam pertemuan bilateral pada pukul 15.15-16.10 waktu setempat.
”Saya menawarkan diri membawa pesan dari Presiden Zelenskyy untuk Presiden Putin yang akan saya kunjungi segera,” ujar Presiden Jokowi.
Selepas dari Kyiv, Jokowi akan bertolak menuju Moskwa, Rusia. Di sana, Presiden Rusia Vladimir Putin akan menerima Jokowi di Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia. Pertemuan di Kremlin dijadwalkan pada Kamis (30/6/2022) ini.
Kunjungan Jokowi—didampingi Ibu Negara Iriana—di Ukraina berlangsung saat serangan Rusia ke Ukraina semakin intensif. Pada hari kunjungan itu dilaporkan bahwa rudal-rudal Rusia menggempur area Mykolaiv, sekitar 600 kilometer selatan ibu kota Kyiv, Ukraina selatan. Wali kota Mykolaiv Oleksandr Senkevych, seperti dikutip kantor berita Reuters, menyebutkan, sedikitnya tiga orang di bangunan permukiman. Moskwa menyatakan, serangannya menarget pangkalan latihan bagi tentara bayaran asing di area Mykolaiv.
Baca juga : Presiden Jokowi: Spirit Perdamaian Tak Boleh Luntur
”Saya sampaikan kepada Presiden Zelenskyy bahwa kunjungan ini saya lakukan sebagai manifestasi kepedulian Indonesia terhadap situasi di Ukraina,” tutur Presiden Jokowi dalam pernyataan pers bersama Zelenskyy selepas pertemuan.
Jokowi menegaskan, posisi Indonesia mengenai pentingnya penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah. Meskipun masih sangat sulit dicapai, Presiden juga tetap menyampaikan pentingnya penyelesaian damai dan mengatakan bahwa spirit perdamaian tidak boleh pernah luntur.

Presiden RI Joko Widodo bersama Ibu Negara Ny Iriana keluar seusai menyerahkan bantuan obat-obatan dan alat kesehatan secara simbolis kepada Rumah Sakit Pusat Ilmiah dan Bedah Endokrin, Transplantasi Organ, dan Jaringan Endokrin Ukraina, di Kota Kyiv, Ukraina, Rabu (29/6/2022).
Seusai pertemuan dengan Zelenskyy dan sebelum meninggalkan Kyiv, Presiden Jokowi bersama Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung menerima Kompas. Dalam kesempatan itu, Presiden menyampaikan, yang terpenting dalam kunjungannya ke Ukraina dan Rusia adalah mengupayakan titik temu di antara kepentingan kedua negara sehingga perang bisa berakhir.
Persoalan pangan yang sangat genting dinilai dapat menjadi titik temu tersebut. ”Besok (Kamis ini), kan, ketemu dengan Presiden Putin. Kita akan sampaikan hal yang sama agar ada titik temu. Ini, kan, yang paling penting, titik temu. Kepentingannya semua terakomodasi dan ada titik temu,” ujar Presiden kepada Kompas.
Baca juga : Presiden Jokowi Membangun Kepercayaan di Ukraina
Presiden dan rombongan meninggalkan Kyiv, Rabu sore, untuk kembali ke Polandia menggunakan kereta, seperti keberangkatannya ke Ukraina. Dari Polandia, rombongan Presiden terbang ke Moskwa.
Tampil berbeda
Saat menerima Jokowi, Zelenskyy tampil berbeda. Ketika menerima para tokoh, termasuk kepala negara dan kepala pemerintahan negara lain, Zelenskyy memakai kaus hijau lengan panjang. Bahkan, kala menerima pemimpin Italia, Perancis, Jerman, dan Romania pada 17 Juni 2022, ia memakai kaus lengan pendek. Sementara saat menemui Perdana Inggris Boris Johnson, ia mengenakan jaket hijau lengan panjang.
Dalam pertemuan kemarin, Jokowi memakai kemeja putih lengan panjang. Lengan baju mereka sama-sama digulung. Keduanya juga sama-sama mengenakan sepatu olahraga. Jokowi sepatu hitam putih, Zelenskyy sepatu hijau.

Presiden Joko Widodo dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menggelar pertemuan di Istana Mariinsky, Kyiv, Ukraina, Rabu (29/6/2022).

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy (kedua dari kiri) berjabat tangan dengan Presiden Perancis Emmanuel Macron, sementara Perdana Menteri Italia Mario Draghi (kiri) dan Kanselir Jerman Olaf Scholz berdiri di samping mereka di Istana Mariyinsky Palace, Kyiv, Ukraina, Kamis (16/6/2022).
Sejak perang meletus pada 24 Februari 2022, Zelenskyy amat jarang terlihat mengenakan kemeja. Kala menghadiri berbagai forum internasional secara virtual pun, ia memakai kaus hijau lengan panjang. Para pejabat Ukraina, sipil, dan aparat bersenjata hampir selalu mengenakan kaus serupa.
Seragam itu untuk menunjukkan kedaruratan yang sedang melanda Ukraina. Kedaruratan juga terlihat di ruangan jumpa wartawan. Tentara Ukraina di dalam ruangan itu tetap menyandang pistol dan mengenakan rompi berisi beberapa magasin senapan. Mereka tidak membawa senapan.
Baca juga : Menggunakan Kereta, Presiden Jokowi ke Kyiv
Zelenskyy mengapresiasi lawatan Jokowi sebagai kunjungan pertama oleh kepala negara Asia ke Ukraina sejak perang meletus. Lawatan itu amat penting untuk menunjukkan dukungan kepada Ukraina.
Zelenskyy memandang posisi Indonesia amat penting karena beberapa faktor. Setelah menjadi Ketua Bergilir G20 pada 2022, Indonesia akan menjadi Ketua Bergilir ASEAN pada 2023. Organisasi itu sama-sama dinilai penting oleh Zelenskyy.
Undangan ke KTT G20
Ia juga bersyukur karena Jokowi secara pribadi mengantarkan undangan agar Zelenskyy menghadiri KTT G20 di Bali pada November 2022. ”Saya sangat berterima kasih, Pak Presiden, karena mengundang saya menghadiri langsung pertemuan itu,” kata Zelenskyy.
”Tentu saja saya menerima undangan ini. Kehadiran Ukraina akan bergantung pada kondisi keamanan di Ukraina dan komposisi peserta pertemuan,” ujarnya.
Zelenskyy juga mengharapkan dukungan Indonesia pada upaya pengakhiran blokade jalur perdagangan laut. Perang membuat ekspor Ukraina terhambat karena kapal-kapal niaga tidak bisa merapat di kedua pelabuhan utama Ukraina.
Selain itu, ada kapal perang Ukraina yang ditenggelamkan angkatan bersenjata Rusia di Pelabuhan Odesa. Kapal itu merintangi rute masuk Pelabuhan Odesa.
Jokowi mengatakan, hambatan ekspor Ukraina-Rusia harus segera diakhiri. ”Penting bagi semua pihak memberikan jaminan keamanan bagi kelancaran ekspor pangan Ukraina, termasuk melalui pelabuhan laut. Saya mendukung upaya PBB dalam hal ini,” ujarnya.
Baca juga : G7 dan G20 Perlu Berkolaborasi Mencegah Ancaman Kelaparan
Dalam wawancara eksklusif dengan Kompas seusai pertemuan dengan Zelenskyy, Presiden memaparkan, persoalan besar saat ini yang terdampak perang Ukraina-Rusia adalah persoalan pangan. Sebab, ada 22 juta ton gandum yang tidak bisa keluar dari Ukraina ditambah 55 juta hasil panen ke depan dari petani.
”Kalau ini enggak bisa keluar artinya yang bisa impor dari sini kan jadi pusing semuanya. Jumlah yang sangat gede sekali 77 juta ton. Bayangkan kalau tidak bisa keluar,” ucap Presiden Joko Widodo.
Menlu Retno Marsudi menambahkan, kesulitan saat ini adalah jalur untuk gandum keluar hanya dari Pelabuhan di Odessa. Namun, ranjau lautnya sangat banyak. ”Kalau ini tidak dibuka harus lewat darat,” ucap Retno.

Presiden RI Joko Widodo didampingi Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung (kiri) saat sesi wawancara khusus dengan wartawan Kompas, Harry Susilo (kanan), di Kyiv, Ukraina, Rabu (29/2/2022).
Menurut Retno, jika hasil panen gandum di Ukraina juga tidak bisa dijual, petani akan mengalami demoralisasi. ”Kalau petani mengalami yang terjadi adalah masalah availaibiliy (ketersediaan) kalau sudah tidak mau tanam isunya adalah scarcity (kelangkaan),” ucap Retno.
Lihat kerusakan akibat perang
Sebelum bertemu Zelenskyy, Presiden Jokowi didampingi Ibu Iriana dan rombongan berkunjung ke kota Irpin, kota kecil berjarak sekitar 30 kilometer dari kota Kyiv. Mereka melihat runtuhan apartemen Lypky, salah satu bangunan yang hancur terkena serangan rudal Rusia di awal perang.
”Sangat menyedihkan sekali banyak rumah yang rusak, kemudian juga infrastruktur yang rusak,” kata Jokowi.
Baca juga : Sejak Meletus Perang Ukraina, Etha Selalu Tidur Bersama Senjata (Bagian 12)
Dari Irpin, rombongan bergeser kembali ke Kyiv dan mengunjungi Rumah Sakit Pusat Ilmiah dan Bedah Endokrin, Transplantasi Organ, dan Jaringan Endokrin Ukraina. Di rumah sakit itu, Jokowi bertemu para dokter dan memberikan bantuan kemanusiaan berupa obat-obatan dan alat-alat kesehatan secara simbolis kepada Menteri Kesehatan Ukraina Viktor Liashko dan Direktur RS Pusat Ilmiah dan Bedah Endokrin, Transplantasi Organ, dan Jaringan Endokrin Ukraina dr Oleksandr Tovkai. Jokowi dan Iriana juga menemui korban perang dan dokter yang merawat.

Presiden RI Joko Widodo bersama ibu negara Ny Iriana Widodo menyerahkan bantuan obat-obatan dan alat kesehatan secara simbolis kepada Menteri Kesehatan Ukraina Viktor Liashko (kiri, mengenakan jas) dan Direktur Rumah Sakit Pusat Ilmiah dan Bedah Endokrin, Transplantasi Organ, dan Jaringan Endokrin Ukraina dr Oleksandr Tovkai (kedua dari kiri) di rumah sakit tersebut, di Kota Kyiv, Ukraina, Rabu (29/6/2022).
Sejumlah kalangan di Tanah Air menilai kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia adalah momentum yang baik untuk mengumandangkan berbagai pesan perdamaian.
Dipercaya
Menurut Profesor Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dewi Fortuna Anwar, Indonesia merupakan negara netral yang tidak memiliki kepentingan politik, baik Ukraina maupun Rusia. Ini bisa menjadikan Indonesia sebagai pihak yang dipercaya kedua negara yang tengah bertikai.
Adapun dosen Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada, Muhadi Sugiono, memaparkan, Indonesia memiliki kemampuan untuk merangkul semua pihak yang terlibat dan mengajak mereka untuk duduk bersama. Masalah membahas pihak yang salah ataupun benar adalah urusan belakangan karena hal terpenting ialah melakukan gencatan senjata agar tidak ada lagi korban berjatuhan.
”Negara-negara Barat mengambil sikap mengisolasi dan menghukum Rusia. China bersikap mendukung Rusia. Indonesia memiliki kearifan untuk tidak melakukan keduanya karena kita harus belajar dari sejarah. Mengisolasi dan membangkrutkan pihak yang dianggap bersalah, seperti kasus Jerman setelah Perang Dunia I justru membangkitkan ekstremisme luar biasa yang melahirkan konflik lebih besar, yaitu Perang Dunia II,” terangnya.
Baca juga : G7 Desak China untuk Menekan Rusia Akhiri Perang di Ukraina
Muhadi menuturkan, dalam sebuah perundingan, semua pihak harus duduk bersama dan mengetahui bahwa tidak ada hasil zero-sum atau satu pihak yang dinyatakan sepenuhnya bersalah. Perang adalah fenomena yang kompleks. Penyebab, proses, dan akibat peperangan ini harus dibahas secara mendalam. Artinya, hasil dari perundingan adalah kesepakatan yang didalamnya mencakup kompromi. Rusia harus dilibatkan dalam proses mencari jalan keluar agar perdamaian bisa tercapai.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi XIV BRICS yang digelar secara virtual dari Moskwa, 23 Juni 2022.
Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, Indonesia mempunyai kelebihan, yakni bukan negara yang terlibat langsung dengan konflik Ukraina-Rusia. Posisi bebas aktif Indonesia diharapkan dapat memberi jalan keluar dan sementara waktu meredakan konflik.
”Jika misi Presiden (Jokowi) berhasil, nama Indonesia akan harum di mata dunia dan meningkatkan trust (kepercayaan) bagi para investor maupun pelaku usaha karena dianggap Indonesia pro terhadap terjaganya stabilitas politik, baik di dalam maupun luar negeri,” katanya.
Baca juga : Putin Akan Hadiri KTT G20 di Indonesia
Adapun Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menilai kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan selanjutnya ke Rusia dipengaruhi kepentingan politik, terutama karena Indonesia menjadi Ketua G20 pada tahun ini. Namun, kunjungan tersebut juga jelas sangat berhubungan dengan kepentingan ekonomi Indonesia.
Sebagai Ketua G20, Indonesia perlu memastikan bahwa Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang akan diselenggarakan di Bali pada tahun ini sukses. ”Melihat konflik yang terjadi pada tahun ini antara Rusia dan Ukraina, dan kemudian direspons oleh negara-negara NATO yang merupakan negara-negara kuat dalam G20, nah ini menjadi masalah ketika kemudian dihubungkan dengan kesuksesan penyelenggaraan (KTT) G20,” kata Faisal.

Di Jakarta, Duta Besar Selandia Baru untuk Indonesia, Kevin Burnett, berharap, kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia bisa meredakan tensi ketegangan kedua belah pihak dan bisa mendorong mereka untuk duduk bersama dan bernegosiasi.
”Terkait kunjungan Presiden Jokowi ke Eropa, ke Rusia dan Ukraina, kami berharap bisa berhasil dan membawa efek baik atas konflik kedua pihak. Agar, kedua pihak bisa duduk bersama dan berdiskusi untuk mendapatkan solusi. Meskipun tentu hal ini akan banyak tantangan,” kata Burnett. (NINA SUSILO/LARASWATI ARIADNE ANWAR/CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO/DAHLIA IRAWATI)