G7 Desak China untuk Menekan Rusia Akhiri Perang di Ukraina
Desakan kepada China mencuat lantaran Beijing menolak untuk mengecam invasi Rusia ke Ukraina. G7 pun mempertimbangkan ulang ketergantungan perekonomian mereka kepada China.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
ELMAU, SELASA — Para pemimpin negara anggota G7 mendesak China menggunakan pengaruhnya pada Rusia untuk menghentikan invasi ke Ukraina. Mereka meminta China menekan Rusia agar segera menarik pasukan dari Ukraina tanpa syarat.
Pertemuan puncak pemimpin tujuh negara terkaya di dunia selama tiga hari di Jerman telah selesai, Selasa (28/6/2022). G7 terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jerman, Jepang, Italia, dan Kanada. Dalam komunike seusai pertemuan, G7 juga secara khusus menyoroti klaim maritim China di Laut China Selatan.
Desakan kepada China mencuat lantaran Beijing menolak untuk mengecam invasi Rusia ke Ukraina. Presiden China Xi Jinping bahkan telah menelepon Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menyatakan dukungan China kepada Rusia dan mempererat kerja sama.
Untuk itu, negara-negara Barat, termasuk Jerman, mempertimbangkan ulang ketergantungan perekonomian mereka kepada China. Mereka berupaya memperkuat diversifikasi dan ketahanan terhadap krisis ekonomi guna mengurangi ketergantungan tersebut.
Bagian terkait China pada komunike KTT G7 sekaligus menyasar isu hak asasi manusia di China, situasi di Tibet dan Xinjiang, perkembangan di Hong Kong, juga isu Taiwan.
Selain mendesak China, para pemimpin G7 juga mengeksplorasi langkah lebih jauh untuk memotong pendapatan Rusia dari penjualan minyak yang membiayai invasinya ke Ukraina. Komunike itu menegaskan niat G7 untuk menjatuhkan ”kerugian ekonomi besar dan segera” atas Rusia. ”Kami tetap berpegang pada komitmen kami untuk menjatuhkan sanksi selama diperlukan dan bertindak serentak dalam setiap tahap,” sebut pernyataan G7.
Tak hanya sanksi atas sektor minyak Rusia, G7 juga sepakat untuk melarang impor emas Rusia, mendukung Ukraina selama diperlukan, serta meningkatkan bantuan kepada negara-negara yang mengalami krisis pangan akibat blokade ekspor gandum Ukraina. Ini semua dilakukan agar Rusia ”tidak menang perang”.
”Kami sepakat Presiden Putin tidak boleh memenangi perang ini. Kami akan terus meningkatkan harga politik dan ekonomi yang harus dibayar Presiden Putin dan rezimnya. Untuk itu, penting sekali kita berdiri bersama dalam jangka panjang,” kata Kanselir Jerman Olaf Scholz, tuan rumah KTT.
AS telah memblokade impor minyak Rusia yang jumlahnya memang kecil. Uni Eropa juga memutuskan untuk melarang 90 persen impor Rusia lewat laut, tetapi baru berlaku akhir tahun ini. Artinya, Eropa masih terus mengirimkan uang berkat pasokan energi Rusia meski tetap mengecam perang. Sementara meningkatnya harga minyak global turut meringankan kerugian Rusia.
Selain China dan perang Ukraina-Rusia, persoalan energi juga menjadi salah satu isu utama dalam KTT G7. Eropa tengah berjuang mencari sumber energi baru setelah perusahaan gas raksasa Rusia, Gazprom, memutuskan pasokan ke Eropa. Beberapa negara mulai melirik kembali batubara sebagai sumber energi, yang semula telah ditinggalkan atas pertimbangan pengurangan pemanasan global. Scholz membela keputusan G7 untuk memperlunak komitmen pengurangan investasi sektor bahan bakar fosil. (AFP/REUTERS)