Dukungan dan Harapan bagi Misi Diplomasi Presiden Jokowi
Litbang ”Kompas” melakukan analisis wacana dengan pantauan media sosial dan media massa digital terkait pertemuan Presiden Jokowi di G7, Ukraina, dan Rusia.
Oleh
Yohanes Mega Hendarto
·6 menit baca
Pemberitaan media massa dan perbincangan di media sosial tersorot pada kehadiran Presiden Joko Widodo dalam Konferensi Tingkat Tinggi G7 serta kunjungannya ke Ukraina dan Rusia. Kunjungan Presiden Jokowi di kedua negara yang tengah berkonflik itu membawa misi diplomasi perdamaian guna menyelesaikan penyebab krisis dunia.
Fokus masyarakat terhadap agenda kunjungan Presiden tersebut terpantau dalam percakapan di media sosial (medsos) dan pemberitaan media digital. Hasil analisis percakapan warganet yang dilakukan Litbang Kompas melalui aplikasi Talkwalker menghasilkan 300.800 perbincangan dengan jumlah interaksi lebih dari 1,4 juta pengguna medsos. Angka ini berasal dari obrolan warganet dan pemberitaan media massa terkait kata ”Jokowi”. Pemantauan ini dilakukan selama empat hari (27-30 Juni 2022) dan disesuaikan dengan zona waktu Indonesia saat kedatangan Presiden Jokowi di KTT G7 hingga pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Topik perbincangan di medsos dan media massa daring tersebut selanjutnya terbagi menjadi tiga bagian besar dengan puncak percakapan di setiap bagian. Pertama, pada 27 Juni 2022 pukul 23.00-24.00 WIB, puncak percakapan didorong oleh sejumlah akun medsos pimpinan negara dan tokoh dunia yang hadir di KTT G7 yang mengunggah foto serta teks soal pertemuannya dengan Presiden Jokowi. Misalnya, Perdana Menteri India Narendra Modi, mantan Presiden Bank Dunia David Malpass, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, dan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.
Dalam dua hari, video singkat yang memperlihatkan Presiden Jokowi dan para peserta KTT G7 berfoto bersama menjadi unggahan populer di kalangan warganet. Nuansa yang dihadirkan begitu optimistis, terlihat nyaris tidak ada ketegangan, dan kesan itulah yang ditangkap oleh pengguna medsos. Dukungan dan apresiasi warganet cenderung lebih tampak dibandingkan cibiran sinis atas kehadiran Jokowi di KTT G7.
Bagian yang kedua, yakni pada Jumat, 24 Juni 2022 pukul 09.00-10.00 WIB. Perbincangan di medsos dan pemberitaan daring cenderung menyoroti perjalanan Presiden Jokowi menuju Ukraina. Mulai dari mobil antipeluru, pengawalan ketat, hingga sorotan pada interior kereta api yang digunakan Presiden Jokowi dan rombongan.
Meskipun sorotan warganet terlihat pada hal remeh-temeh, dalam sejumlah unggahan dan komentar di situs berita terlihat dukungan dan harapan dituliskan oleh warganet kepada Presiden Jokowi agar selamat sampai di Ukraina. Kesan perang yang mengerikan masih melekat di masyarakat Indonesia mengingat kondisi perang di Ukraina yang tampak belum mereda.
Di hari yang sama pukul 21.00-22.00 WIB, percakapan kembali meningkat dengan unggahan di medsos terkait pertemuan Presiden Jokowi dengan Presiden Ukraina Zelenskyy di Istana Mariinsky, Kyiv. Foto kedua pemimpin negara yang bersalaman dan kemudian duduk berdialog berhadapan menjadi unggahan populer warganet dan situs berita.
Selain kedua foto itu, potret Ibu Negara Iriana Joko Widodo yang memeluk seorang pasien korban perang di Pusat Ilmiah dan Bedah Endokrin Ukraina (Ukrainian Centre of Endocrine Surgery) menjadi sorotan tersendiri bagi warganet. Foto yang dibagikan oleh BPMI Sekretariat Presiden ini mendapat sekitar 300.000 interaksi dari warganet (like, share, retweet, repost). Warganet menaruh respek tinggi kepada Ibu Iriana yang setia mendampingi Presiden Jokowi selama menjalani agenda kunjungan.
Bagian terakhir terjadi di Kamis, 30 Juni 2022 pukul 09.00-10.00 WIB dan pukul 22.00-23.00 WIB. Di pagi hari, perbincangan salah satunya dipicu oleh akun Twitter @yusuf_dumdum yang membagikan gambar tangkapan layar halaman depan harian Kompas edisi 20 Juni 2022. Judul utama bertuliskan ”Indonesia Siap Jadi Pendamai Ukraina-Rusia” cenderung disambut positif oleh warganet dengan harapan bahwa kedamaian akan sungguh tercapai.
Menjelang tengah malam, pemberitaan media digital menjadi sumber informasi terkait pertemuan Presiden Jokowi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Kremlin, Moskwa, Rusia. Dapat dikatakan, inilah momen puncak yang ditunggu-tunggu publik. Jumpa pers yang diadakan kedua presiden tersebut menjadi penutup pertemuan yang meninggalkan kesan baik diplomasi kedua negara.
Dukungan warganet
Tentu saja tidak semua warganet mengerti urusan diplomasi ataupun perkara hubungan internasional yang menjadi agenda Presiden Jokowi dalam serangkaian kunjungannya. Hal ini terlihat dari jumlah tayangan video berita akun-akun media massa daring yang diunggah di Youtube dan Twitter.
Warganet terlihat antusias untuk mengikuti pemberitaan kunjungan Presiden Jokowi melalui kanal-kanal media daring tersebut. Dari 10 top influencers yang tercatat, lima di antaranya berasal dari akun media massa daring dan satu akun Sekretariat Presiden di platform Youtube. Konten video beserta narasi yang diunggah di Youtube menjadi rujukan utama warganet, tetapi perbincangan dominan dilakukan di Twitter.
Narasi negatif, unggahan berbau sinisme, dan tudingan pencitraan tetap ditemukan di antara konten-konten media sosial terkait peristiwa itu. Meskipun demikian, apresiasi dan dukungan warganet tampak jauh lebih besar dibandingkan narasi negatif yang beredar.
Salah satu parameternya terlihat dari analisis sentimen dari Talkwalker yang menilai konten-konten medsos dan media massa daring cenderung positif dibandingkan negatif. Sebanyak 25,7 persen konten dinilai positif; 61,2 persen konten dinilai netral; dan 13,1 persen konten dinilai negatif. Secara keseluruhan, linimasa penilaian sentimen dari Talkwalker terkait peristiwa tersebut dominan positif dari waktu ke waktu selama empat hari.
Dukungan dan apresiasi positif lain juga terlihat dari percakapan terpopuler (top conversations) yang terekam dari unggahan warganet di medsos. Konten video berita singkat di Tiktok yang diunggah Tribun Jawa Barat mendapat interaksi tertinggi dengan 1.100 komentar, 105.000 likes, 78 shares, dan lebih dari 1,7 juta kali ditonton. Konten itu memperlihatkan antusiasme warga Indonesia di Jerman yang menyambut kedatangan Presiden Jokowi beserta rombongan ketika sampai di Jerman.
Representasi bangsa
Sejumlah perwakilan negara Eropa di KTT G7, Presiden Ukraina Zelenskyy, dan Presiden Rusia Vladimir Putin telah selesai ditemui Presiden Jokowi. Misi perdamaian memang masih panjang mengingat kompleksitas konflik antara Rusia dan Ukraina. Setidaknya, harapan perdamaian masih dapat ditautkan pada pertemuan KTT G20 nanti di Bali pada 15-16 November 2022.
Di KTT G7, Presiden tampil sebagai negara mitra G7 bersama India, Senegal, Argentina, dan Afrika Selatan. KTT G7 diikuti tujuh negara kaya di dunia, yakni Jerman, Kanada, Perancis, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat. Rusia pernah bergabung dalam kelompok yang awalnya bernama G8 ini sampai akhirnya keanggotaannya ditangguhkan pada 2014 terkait penguasaan Crimea.
Bersama Presiden Ukraina Zelenskyy, Presiden Jokowi menawarkan menjadi pembawa pesan perdamaian kepada Presiden Rusia Vladimir Putin. Bersamaan dengan hari kedatangan Presiden Jokowi di Ukraina, sinyal baik datang dari konflik Rusia dan Ukraina. Kedua negara bertukar tahanan dalam jumlah besar, termasuk 144 tentara Ukraina yang sebagian besar ditahan ketika mempertahankan pabrik baja Azovstal di kota pelabuhan selatan Mariupol.
Kepada Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Jokowi menyampaikan pesan perdamaian dan sejumlah pembicaraan strategis. Salah satunya terkait terganggunya rantai pasok pangan dan pupuk yang dapat berdampak pada ratusan juta warga masyarakat dunia, terutama di negara berkembang. Presiden Putin sepakat menjamin keamanan bagi jalur ekspor pangan Ukraina.
Selain mewakili presidensi G20, di mata warganet, Presiden Jokowi juga tampil sebagai representasi bangsa Indonesia. Suatu kebanggaan menyaksikan pemimpin bangsa dapat tampil ambil bagian dalam diplomasi perdamaian dunia sesuai amanat UUD 1945. Semangat multilateralisme, semangat damai, dan semangat kerja sama menjadi tiga poin penting yang disampaikan Presiden Jokowi demi tercapainya perdamaian serta membaiknya kondisi global saat ini. (LITBANG KOMPAS)