Misi Jokowi ke Ukraina-Rusia Beri Efek Positif, Perlu Terobosan Lanjutan di G20
Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Eropa, termasuk ke Ukraina dan Rusia, perlu ditindaklanjuti dengan berbagai terobosan. Forum G20 memberikan ruang terbuka untuk tujuan itu.
Oleh
DAHLIA IRAWATI, MUHAMMAD SAMSUL HADI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia selaku Ketua G20 diharapkan terus mendorong upaya perdamaian Ukraina dan Rusia sambil meredam dampak perang di antara dua negara itu pada krisis pangan dan disrupsi rantai pasok global. Setelah kunjungan Presiden Joko Widodo ke Ukraina dan Rusia, upaya itu perlu dilanjutkan lewat G20.
Presiden Jokowi telah menyelesaikan lawatan ke dua negara yang tengah berperang itu dalam dua hari beruntun, 29-30 Juni 2022. Kunjungan, seperti terpantau dari laporan berbagai media internasional, mendapat perhatian dunia.
Laman media The Wall Street Journal, misalnya, menyebutkan kunjungan pertama pemimpin Asia ke Ukraina-Rusia sejak invasi Rusia, 24 Februari 2022, itu sebagai ”simbol upaya dari kelompok luas negara-negara berkembang guna menghindari mengkritik Rusia terang-terangan atau memihak salah satu kubu”.
Kantor berita AFP, dalam laporan, Jumat (1/7/2022), menggambarkan peran Presiden Jokowi yang menjadi penyambung pesan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy kepada Presiden Rusia Vladimir Putin telah membuka kemungkinan cairnya hubungan Barat-Rusia. Hal ini berlangsung di tengah kondisi hubungan Barat-Rusia, yang menurut deskripsi Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, menyerupai ”kembali tertutupnya Tirai Besi”.
Beberapa pengamat di Tanah Air melihat, upaya positif Presiden Jokowi mendorong perdamaian Ukraina-Rusia dan meredam dampak perang kedua negara ditindaklanjuti dengan terobosan konkret melalui G20. ”Sebagai pemegang Presidensi G20, upaya Indonesia diharapkan tak berhenti pada kunjungan ini, tetapi juga melakukan terobosan konkret untuk mengatasi dampak perang melalui G20,” kata Andrew Matong, peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), di Jakarta, Jumat.
”G20 diharapkan menjadi media komunikasi tepat untuk menjadi titik temu antara kelompok G7, Ukraina, dan Rusia. Beberapa contohnya terkait agenda menjaga keamanan pangan dan energi, bantuan kemanusiaan, rekonstruksi di Ukraina, serta normalisasi hubungan ekonomi G7 dengan Rusia pascaperang,” kata Andrew.
Saat bertemu Zelenskyy dan Putin, Jokowi mengangkat pentingnya pemulihan pasokan pangan global dan pupuk yang terdampak perang. Kepada Jokowi, Zelenskyy berharap dukungan Indonesia untuk mengakhiri blokade jalur perdagangan laut negaranya. Adapun Putin, menurut Jokowi, menjamin keamanan pasokan pangan dan pupuk tak hanya dari Rusia, tetapi juga dari Ukraina.
Perang di Ukraina menyebabkan disrupsi besar pada perdagangan global. Harga gandum melonjak akibat blokade atas pelabuhan-pelabuhan di Ukraina. Hal serupa terjadi pada harga minyak, gas, dan pupuk menyusul sanksi Barat terhadap Rusia.
Hierarki tujuan
Dalam briefing media oleh CSIS, yang juga dihadiri peneliti Dandy Rafitrandi dan M Waffaa Kharisma, lawatan Jokowi ke Eropa memperlihatkan hierarki tiga tujuan yang ingin diraih. Pertama, terciptanya solusi atas masalah yang sangat mendesak, yakni dampak gangguan pasokan pangan global dan guncangan harga komoditas dunia.
Kedua, kembali terintegrasinya bibit, bahan pangan, dan pupuk asal Ukraina dan Rusia ke dalam rantai pasokan dunia. Ketiga, kelancaran penyelenggaraan forum G20 yang tahun ini diketuai Indonesia.
Terkait peran Presidensi G20, kehadiran para pemimpin negara anggota dalam KTT G20 akan memiliki arti penting. Beberapa pemimpin G20 telah mengonfirmasi kehadiran mereka pada pertemuan di Bali, November mendatang. Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau di Madrid, Kamis (30/6/2022), menyatakan akan hadir meski Putin datang.
”Kami berharap Kanada dan semua anggota G7 akan hadir di G20,” kata Trudeau dalam konferensi pers seusai KTT NATO. ”Pembicaraan tentang ekonomi global sangat penting. Amat krusial bagi kita berada di sana, untuk melawan suara dan kebohongan yang mungkin akan diajukan Rusia. Masih ada beberapa bulan lagi sebelum itu dan apa pun bisa terjadi.”
Selain Kanada, G7 juga beranggotakan Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, dan Amerika Serikat. PM Inggris Boris Johnson pun mengingatkan para koleganya agar tak memboikot KTT G20. ”Apakah kita sebagai negara-negara Barat akan membiarkan kursi kita kosong di G20 dan menyerahkan seluruh pembahasan kepada China, kepada Rusia,” ujar Johnson, Rabu lalu.
Sebelumnya, staf kepresidenan Rusia, Yury Ushakov, mengonfirmasi kehadiran Putin di KTT G20 meski belum diputuskan apakah akan hadir secara langsung atau daring. Presiden Zelenskyy dari Ukraina juga telah menerima undangan menghadiri KTT G20, tetapi kehadirannya akan bergantung pada kondisi keamanan di Ukraina dan komposisi peserta KTT.
Kanselir Jerman Olaf Scholz, Senin (27/6/2022), mengatakan kepada televisi ZDF bahwa negara-negara Barat tak mempunyai niat ”menorpedo” G20. Sebelumnya, PM Australia Anthony Albanese saat melawat ke Jakarta, awal Juni, mengonfirmasi akan hadir di Bali.
”Kehadiran itu merupakan tambahan komitmen bagi negara-negara G20 dan G7, dengan semangat multikulturalisme, mereka hadir tak hanya untuk kepentingan ekonomi negara-negara G20, tetapi juga untuk dunia,” kata Dandy Rafitrandi dari CSIS. ”Krisis pangan, pupuk, dan energi tak hanya persoalan G20, tetapi juga seluruh dunia.”
Waffaa Kharisma menambahkan, G20 dibentuk untuk merespons krisis 1998. Forum tersebut beranggotakan negara-negara dengan kepemilikan sumber daya yang dibutuhkan untuk menghadapi krisis. Diharapkan, muncul solusi atas berbagai persoalan global tersebut dalam KTT G20. (AFP/REUTERS)