Ukraina Bingung Cari Lumbung
Belasan juta ton hasil panen pertanian dan perkebunan di Ukraina terancam tak bisa disimpan. Hal ini disebabkan oleh rusaknya sebagian lumbung karena perang dan masih menumpuknya hasil panen tahun lalu.
KYIV, KOMPAS — Ukraina cemas karena tidak mempunyai cukup lumbung untuk menyimpan sebagian hasil panen tahun 2022. Banyak lumbung yang dimiliki negara itu, tetapi masih menyimpan hasil panen dari tahun-tahun sebelumnya.
Perdana Menteri Ukraina Denys Shmyhal mengatakan, hingga 15 juta ton hasil panen tahun 2022 belum diketahui akan disimpan di mana. Kementerian Kebijakan Agraria sedang mencari solusi penyimpanan gandum, buah kering, jagung, hingga sereal itu. ”Kami mempertimbangkan pengadaan lumbung bergerak,” katanya, sebagaimana disiarkan kantor Perdana Menteri Ukraina, Minggu (12/6/2022).
Kebijakan tersebut dikaji karena sebagian lumbung Ukraina hancur dalam perang Ukraina-Rusia. Sementara lumbung yang tersisa masih berisi hasil panen periode lalu. Perang Ukraina-Rusia membuat Kyiv tidak bisa mengekspor 20 juta ton hasil panennya.
Blokade dan pendudukan Rusia atas pelabuhan-pelabuhan Ukraina menjadi penyebab utama kondisi tersebut. Laut Hitam juga tidak aman dilayari karena Ukraina dan Rusia sama-sama memasang banyak ranjau laut. Selain itu, Rusia juga terus membombardir Odesa, satu-satunya pelabuhan Ukraina yang tersisa.
Baca juga: Indonesia Terus Dorong Koridor Aman
Rusia tengah berunding dengan Turki untuk menyediakan koridor aman bagi kapal-kapal pengangkut hasil panen Ukraina ke pasar global. Perancis juga menyatakan akan terlibat dalam penyediaan koridor aman itu.
Ukraina marah terhadap mekanisme tersebut. Sebab, Kyiv tidak dilibatkan dalam perundingan dan menuding aset mereka sedang dijarah. Ukraina menuding Rusia mengambil hasil panen mereka di wilayah timur dan selatan yang sudah dikuasai Moskwa. Hasil panen itu sedang diupayakan untuk dijual ke sejumlah negara.
Baca juga : Turki-Rusia Bergandengan Ajukan Syarat Pembukaan Koridor Logistik di Laut Hitam
Kepala Otoritas Zaporizhzhia yang ditunjuk Rusia, Yevgeny Balitsky, mengungkapkan bahwa 11 gerbong pengangkut aneka biji-bijian meninggalkan Melitopol menuju Semenanjung Crimea. Seluruh biji-bijian itu akan dikapalkan ke sejumlah negara di Afrika melalui Pelabuhan Sevastopol. ”Sekarang sedang ada perundingan tentang kontrak penjualan dengan Turki,” katanya, sebagaimana dikutip oleh media Rusia, Ria Novosti dan TASS.
Titik serangan
Pelabuhan Sevastopol sekaligus menjadi pangkalan tentara Rusia di Laut Hitam. Sevastopol adalah salah satu titik serangan Rusia di Odesa. Dari sana, kapal-kapal perang Rusia yang berada di Laut Hitam mendapatkan perbekalan agar bisa terus beroperasi.
Baca juga : Perang Bisa sampai Musim Dingin
Panglima Komando Operasi Ukraina Selatan, dalam pernyataan pada Sabtu malam, menyebut total ada 40 kapal perang Rusia di Laut Hitam. Selain itu, ada empat kapal pendarat dan empat kapal selam disiagakan di Laut Hitam.
Kyiv menyatakan, Moskwa mempunyai total enam kapal selam di Laut Hitam. Walakin, Ukraina hanya memiliki informasi keberadaan empat dari enam kapal selam tersebut. Hal yang jelas, semua kapal jelajah dan kapal selam itu bisa menembakkan rudal dari laut ke darat.
Selain dari Sevastopol dan Laut Hitam, Rusia juga bisa menembakkan roket dan rudal dari Pulau Ular. Pulau kecil itu sudah diduduki Rusia sejak hari pertama serangan ke Ukraina pada 24 Februari 2022. Hanya dijaga belasan tentara Ukraina, pulau tersebut dengan mudah direbut oleh Rusia.
Berdasarkan citra satelit, Rusia diduga telah menempatkan rudal di sana. Dengan demikian, kini praktis Rusia mempunyai pangkalan peluncur rudal untuk menutup total akses ke Odesa. Pulau Ular berjarak 270 kilometer dari Sevastopol dan 131 kilometer dari Odesa. Rusia mempunyai banyak rudal berjangkauan di atas 300 kilometer.
Baca juga : Perang Mulut Biden-Tim Zelenskyy
Rudal-rudal Rusia dilaporkan terus menyasar berbagai lokasi di Ukraina. Kepala Otoritas Militer Tornipil Volodymyr Trush menyebutkan bahwa rudal Rusia menyasar kota Chortkiv, Sabtu malam. Ia tidak menyebut lokasi yang menjadi sasaran.
Sementara Kementerian Pertahanan Rusia menyebut, rudal Kalibr Rusia meledakkan gudang senjata di Chortkiv. Gudang itu disebutkan berisi tank, rudal panggul antipesawat, dan peluru artileri.
Moskwa menuding isi gudang tersebut merupakan kiriman Amerika Serikat dan sekutunya. Chortkiv berjarak sekitar 347 kilometer sebelah barat daya Kyiv dan 158 kilometer tenggara Lviv. Rudal pada Sabtu malam itu meledak hampir dua bulan sejak terakhir kali Rusia menyasar kota tersebut.
Rusia memang memusatkan serangan di Ukraina timur dan selatan. Meski demikian, sesekali Rusia juga mengarahkan rudal ke kota-kota di Ukraina barat.
Baca juga : Sekutu Barat Mulai Kelelahan
Lviv merupakan provinsi paling barat dari Ukraina barat dan menjadi pintu masuk utama pasokan persenjataan dari negara-negara Barat ke Ukraina. Dari Lviv, pasokan persenjataan itu mengalir ke timur, antara lain, melalui Ternopil.
Dampak ekonomi
Serangan Rusia selama berbulan-bulan telah menimbulkan kerugian bernilai ratusan miliar dollar AS bagi Ukraina. Kyiv School of Economic (KSE) menaksir paling tidak Ukraina menanggung kerugian hingga 600 miliar dollar AS.
Kerugian ditimbulkan oleh penurunan produk domestik bruto (PDB), penundaan dan penarikan investasi, kehilangan tenaga kerja, kerusakan aneka fasilitas, serta belanja tambahan akibat perang.
Baca juga : Akibat Perang, Krisis Biaya Hidup Global Memburuk
Menurut KSE, dampak langsungnya saja bernilai 103,9 miliar dollar AS. Sebagai pembanding, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia setara 190 miliar dollar AS. Adapun APBN Ukraina rata-rata hanya 40 miliar dollar AS.
KSE menyebut, nilai sementara untuk kerusakan infrastruktur mencapai 2,6 miliar dollar AS. Banyak jalan, jembatan, rel kereta, hingga saluran telepon yang hancur selama perang.
Dunia usaha Ukraina ditaksir menanggung kerugian 11,5 miliar dollar AS. Kerugian di sektor pendidikan dan kesehatan masing-masing 2,2 miliar dollar AS dan 1,1 miliar dollar AS. Jumlah rumah yang rusak 44,8 juta meter persegi. Selain itu, ada 256 tempat usaha, 656 fasilitas kesehatan, 1.177 sekolah, 668 taman kanak-kanak, 198 gudang, 20 pusat perbelanjaan, dan 28 depo minyak rusak dengan skala beragam.
Baca juga : Rusia Klaim Kuasai Donbas
Ada pula catatan kerusakan pada 141 tempat ibadah dan 203 bangunan kebudayaan. Nilai propertinya mencapai 272 juta dollar AS. Kharkhiv dan Donetsk menjadi pusat lokasi kerusakan.
Seruan Paus
Dari Vatikan, pemimpin umat Katolik Paus Fransiskus kembali mengajak jemaat yang menghadiri misa di Lapangan Santo Petrus untuk berdoa dan berjuang mengupayakan perdamaian di Ukraina. Diawali serangan Rusia pada 24 Februari 2022, perang antara Ukraina dan Rusia telah berlangsung 109 hari.
”Berlalunya waktu tidak mendinginkan penderitaan kita dan keprihatinan kita tertuju pada penduduk yang terkena serangan,” kata Paus Fransiskus, Minggu (12/6/2022). ”Mari kita jangan menganggap biasa realitas tragis ini. Simpanlah dekat sanubari.”
Institut Studi Perang, kelompok pemikir (think tank) yang berbasis di Washington DC, AS, mengatakan, penilaian terbaru oleh intelijen Ukraina memperkirakan, militer Rusia tengah merencanakan ”pertempuran untuk perang yang lebih panjang”.
Baca juga : Dari Garis Depan, Presiden Ukraina Serukan Pasukan Tetap Bertahan
Lembaga itu mengutip wakil kepala badan keamanan nasional Ukraina yang mengungkapkan bahwa Moskwa telah memperpanjang kerangka waktu perang hingga Oktober mendatang atau tergantung pada hasil pertempuran di Donbas.
Intelijen Ukraina, lanjut Institut Studi Perang, ”tampak memberikan indikasi bahwa Kremlin setidaknya mengakui tidak akan mampu mencapai sasaran-sasarannya di Ukraina dengan cepat”.
Moskwa disebutkan tengah mengatur kembali sasaran militernya guna merevisi defisiensi dalam invasi ke Ukraina. (AP/AFP/SAM)