Militer Ukraina mengklaim telah menguasai seluruh wilayah Donbas, yang selama ini menjadi pusat perlawanan kelompok separatis dukungan Kremlin. Sementara, upaya Ukraina menyeret pelaku kejahatan perang, berlanjut.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
KYIV, RABU – Militer Rusia mengklaim telah menguasai sekitar 98 persen dua provinsi yang membentuk Donbas, yaitu Luhansk dan Donetsk. Klaim ini membuat militer Rusia sedikit lagi mencapai tujuannya, merebut jantung industri wilayah timur Ukraina yang memiliki banyak tambang batubara dan industri manufaktur.
Klaim itu disampaikan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, Selasa (7/6/2022). Dia mengklaim, pasukan Rusia menguasai semua wilayah di Provinsi Luhansk dan telah menguasai separuh dari Provinsi Donetsk.
Shoigu mengatakan pasukannya telah merebut kawasan pemukiman di Sievierodonetsk dan terus berupaya untuk menguasai zona industri di kota tersebut, yang terletak di pinggiran kota, serta kota-kota di sekitarnya. Shoigu juga menyatakan bahwa pasukan Rusia telah menguasai Kota Lyman, Sviatohirs dan 15 kota lainnya di wilayah tersebut.
Setelah mengalami kesulitan untuk menaklukkan Ibu Kota Ukraina, Kyiv, Rusia menggeser target utamanya menjadi menguasai wilayah Donbas. Wilayah ini telah menjadi lokasi utama kehadiran kelompok separatis dukungan Kremlin sejak tahun 2014.
Gubernur Luhansk Serhiy Haiday mengakui bahwa pasukan Rusia saat ini telah mengendalikan pinggiran kawasan industri Sievierodonetsk. “Pertempuran jalanan, jarak dekat, terus berlanjut. Situasinya terus berubah. Akan tetapi Ukraina berupaya untuk menangkis serangan,” kata Haiday.
Haiday juga mengatakan, pasukan Rusia terus menggempur Lysychansk dengan artileri berat mereka. Pasar, gedung perguruan tinggi hingga sekolah menjadi sasaran tembak artileri berat militer Rusia.
“Kehancuran total kota tengah berlangsung. Serbuan pasukan Rusia telah meningkat signifikan selama 24 jam terakhir. Rusia tampaknya menggunakan taktik bumi hangus,” kata Haiday.
Situasi tidak menguntungkan Ukraina tersebut membuat Penasehat Presiden Ukraina Mykhailo Podolyak meminta agar rakyat tidak berkecil hati. “Jangan biarkan berita membuat Anda takut. Jelas bahwa manuver taktis sedang berlangsung. Kami menyerahkan sesuatu, kami mengambil sesuatu kembali,” kata Podolyak dalam pesan video.
Keyakinan yang sama juga disampaikan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Dia mencoba meyakinkan rakyatnya bahwa para pejuang dan militer Ukraina bisa membalikkan situasi tersebut. Dia menyatakan, tidak ada kemajuan yang diraih signifikan oleh militer Rusia di Donbas. “Upaya mempertahankan Donbas terus berlanjut,” ujarnya.
Sementara itu, militer AS mulai melatih sejumlah anggota militer Ukraina agar bisa menggunakan Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS), yang telah disetujui penggunaannya oleh pemerintahan Presiden AS Joe Biden. Pentagon mengatakan pelatihan sedang berlangsung di sebuah pangkalan di Jerman dan di tempat lain di Eropa. Sejumlah petinggi Pentagon mengatakan pelatihan akan memakan waktu sekitar tiga pekan sebelum mereka terjun ke lokasi pertempuran.
Kejahatan Perang
Presiden Zelenskyy di hari yang sama mengumumkan rencana peluncuran Book of Executioners, sebuah sistem yang digunakan oleh Ukraina untuk mengumpulkan bukti kejahatan perang. Jaksa Ukraina mengatakan mereka telah mendaftarkan lebih dari 12.000 dugaan kejahatan perang yang melibatkan 600 tersangka, terutama para pejabat militer dan petinggi Kremlin, sejak Rusia memulai serangannya ke wilayah Ukraina pada 24 Februari lalu.
"Minggu depan, sebuah publikasi khusus akan diluncurkan - 'The Book of Executioners' - sebuah sistem informasi untuk mengumpulkan konfirmasi data tentang penjahat perang, penjahat dari tentara Rusia," kata Zelenskyy.
Zelenskyy menyatakan, sistem dokumentasi ini akan menjadi elemen kunci untuk mengadili anggota militer Rusia yang diduga telah melakukan apa yang oleh pihak berwenang Ukraina digambarkan sebagai pembunuhan, pemerkosaan, dan penjarahan.
"Ini adalah fakta konkret tentang individu nyata yang bersalah atas kejahatan kejam yang nyata terhadap Ukraina," kata Zelenskyy
Dia mengutip kasus di Bucha di pinggiran kota Kyiv, di mana penyelidik menemukan apa yang mereka katakan sebagai bukti pembunuhan massal. Pemerintah Ukraina sendiri telah berkoordinasi dengan Pengadilan HAM Internasional untuk memulai penyelidikan dugaan adanya kejahatan perang.
Rusia sendiri telah berusaha keras untuk menghindari penargetan warga sipil dalam perang ini. Para pejabat Rusia membantah foto-foto peristiwa di Bucha dan menyebutnya sebagai tindakan rekayasa, yang dibuat oleh pihak berwenang Rusia. Kremlin mengatakan tindakan pembunuhan itu terjadi setelah militer Rusia meninggalkan Bucha, bukan terjadi saat mereka tengah berada di kota tersebut. (AP/FP/Reuters)