Perbedaan pendapat secara tidak langsung terjadi antara Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan tim Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Oleh
HARRY SUSILO DAN KRIS MADA DARI KYIV, UKRAINA
·3 menit baca
KYIV, KOMPAS — Presiden Amerika Serikat Joe Biden terlibat perang mulut dengan tim Kepresidenan Ukraina. Biden menuding Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy tidak mau mendengar peringatan soal potensi serangan Rusia.
Juru bicara Istana Kepresidenan Ukraina, Sergiy Nikiforov, dan Staf Khusus Zelenskyy, Mikhailo Podolyak, menuding Biden tersesat. Nikiforov dan Podolyak mengatakan itu setelah Biden secara terbuka menyatakan bahwa Zelenskyy tidak mau mendengar peringatan soal potensi serangan Rusia ke Ukraina.
”Saya tahu bagi beberapa orang mungkin ini berlebihan. Namun, saya tahu dan kami punya data pendukung. Mereka (Rusia) akan masuk (Ukraina) dan tidak ada keraguan soal itu. Zelenskyy tidak mau mendengar itu atau pendapat banyak orang,” ujar Biden dalam kegiatan penggalangan dana Partai Demokrat, Jumat (10/6/2022) malam waktu Los Angeles atau Sabtu siang WIB.
Pernyataan terbuka Zelenskyy menjelang perang memang membingungkan. Dalam sejumlah kesempatan, ia secara terbuka mengkritik pemerintahan Biden soal potensi serangan Rusia. Peringatan berulang selama berbulan-bulan dari Washington disebutnya malah mengganggu perekonomian Ukraina.
Selepas pernyataan Biden, Podolyak menyanggah Kyiv mengabaikan potensi serangan Moskwa. ”Volodymyr Zelenskyy selalu mendapatkan telaah situasi di mejanya, kajian berdasarkan informasi akurat. Presiden selalu berhati-hati menanggapi semua pernyataan mitra. Pertanyaannya dulu: seberapa besar serangannya? Tidak diragukan lagi, serangan 24 Februari mengejutkan banyak negara, termasuk mitra kami,” tuturnya, Sabtu (11/2/2022) malam waktu Kyiv atau Minggu dini hari WIB.
Setelah empat bulan berperang, sangat tidak masuk akal apabila tetap ada yang menyalahkan Ukraina. ”Selama lebih dari 100 hari, kami telah berperang total menghadapi lawan yang lebih kuat. Sementara negara-negara lain telah gagal mengendalikan nafsu militer Rusia meski tahu soal itu,” kata Zelenskyy.
Adapun Nikiforov mengatakan, Zelenskyy bolak-balik meminta AS dan sekutunya menjatuhkan sanksi kepada Rusia. Sanksi diharapkan mencegah Rusia menyerbu Ukraina. ”Justru para mitra Ukraina tidak mau mendengarkan,” ujarnya.
Sebelum perang meletus, Zelenskyy dan Biden berkali-kali berbincang melalui telepon. Dalam percakapan itu, mereka selalu membahas perkembangan. ”Karena itu, pernyataan ’tidak mau mendengar’ (yang dilontarkan Biden di Los Angeles) harus dijelaskan,” ujarnya.
Rangkaian sanksi dijatuhkan AS dan sekutunya menyusul serangan Rusia ke Ukraina per 24 Februari 2022. Sejauh ini Uni Eropa telah menjatuhkan enam paket sanksi. AS dan mitra serta sekutunya juga menjatuhkan aneka sanksi kepada berbagai pihak di Rusia. Tidak hanya pejabat sipil dan militer. Sejumlah warga Rusia juga jadi sasaran sanksi karena dituding dekat dengan pemerintah.
Bahkan, sanksi dijatuhkan kepada warga biasa yang benar-benar tidak jelas hubungannya dengan pemerintah. Para atlet, musisi, hingga penari Rusia dilarang tampil di Eropa. Kucing Rusia sekalipun dilarang ikut kontes.
Namun, Ukraina dan sejumlah negara tetap merasa tidak puas dengan aneka sanksi itu. Sebab, Brussels tetap membayar miliaran dollar AS ke Moskwa sejak perang meletus untuk impor komoditas energi dan mineral dari Rusia. AS juga masih mengimpor sejumlah komoditas dari Rusia.
Oleh karena itu, dalam pernyataan melalui video yang disiarkan pada Sabtu sore, Zelenskyy kembali meminta UE menerapkan sanksi paket ketujuh. ”Perang terus berlanjut, jadi paket ketujuh diperlukan,” ujarnya.
Kali ini, ia berharap seluruh pejabat dan hakim Rusia yang terlibat dalam serangan ke Ukraina harus masuk daftar sanksi. Perusahaan yang terindikasi membantu Rusia, apa pun caranya, juga harus dijatuhi sanksi.
Seperti dalam kesempatan sebelumnya, ia kembali mendesak UE sepenuhnya menghentikan impor energi dari Rusia. ”Demi kepentingannya, UE harus sepenuhnya menghentikan impor energi dari Rusia. Hal ini adalah isu keamanan pokok bagi semua,” ujarnya. Rusia memasok lebih dari 20 persen minyak dan hampir 40 persen gas dari kebutuhan UE. Berbulan-bulan perundingan tetap gagal menyepakati larangan total impor energi dari Rusia. (REUTERS/ILO/RAZ)