Melihat Pesona Ibu Kota Baru Mesir
Kompleks ibu kota baru Mesir dirancang sebagai model kota dengan menggunakan teknologi tinggi. Kompleks itu dirancang menggunakan teknologi pintar, dilengkapi universitas, fasilitas hiburan, dan kawasan diplomatik.
Pembangunan ibu kota baru Mesir menjadi bagian dari megaproyek paling ambisius Presiden Abdel Fattah el-Sisi dalam upaya melahirkan "Mesir baru" dengan tata kota untuk menjadi model bagi wilayah-wilayah lain di negaranya. Pembangunannya diluncurkan pada Maret 2015, kompleks ibu kota baru Mesir itu dijadwalkan akan mulai dibuka pada akhir tahun 2021 ini.
Wujud ibu kota baru Mesir sudah semakin nyata. Pada hari Minggu, 28 Maret 2021, dalam kunjungan ke lokasi ibu kota baru Mesir–sekitar 45 kilometer sebelah timur kota Kairo–Kompas menyaksikan geliat pembangunan di area tersebut berlangsung luar biasa.
Rupanya pemerintah Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi tidak main-main dan semakin besar bertekad menyelesaikan megaproyek ibu kota baru itu sesegera mungkin. Megaproyek tersebut pertama kali diluncurkan sendiri oleh Presiden Sisi dalam forum konferensi “Mendukung Pembangunan Ekonomi Mesir” pada Maret 2015 di kota Sharm el-Sheikh, Mesir.
Baca juga: Ibu Kota Baru Impian Mesir
Biaya pembangunan ibu kota baru Mesir itu cukup fantastis, yakni sekitar 45 miliar dollar AS. Dengan biaya sebesar itu, megaproyek ibu kota baru Mesir tersebut merupakan megaproyek paling ambisius pemerintah Sisi saat ini.
Pemerintah Mesir memilih opsi memindahkan ibu kota, meski harus memikul beban biaya yang fantastis, dalam upaya meringankan beban kepadatan penduduk kota Kairo saat ini. Dengan penduduk yang sudah mencapai 21 juta jiwa dan kondisi infrastruktur yang sudah tidak memadai lagi, beban kota Kairo sebagai ibu kota negara terlalu berat.
Telusuri lebih lanjut tentang edisi khusus ini
- Menakar Asa Ibu Kota Baru
- Mencermati Dampak Pemindahan Ibu Kota
- Pesan Presiden, Tolong Dihitung Benar
- Menanti di Tengah Pandemi
- Kawal Implementasi Pindah Ibu Kota Negara
Pemerintah Mesir mencanangkan sekitar 5 juta hingga 7 juta jiwa dari penduduk kota Kairo saat ini akan berpindah ke ibu kota baru. Dengan luas sekitar 700 kilometer persegi, ibu kota baru Mesir nanti bakal seluas Singapura.
Dari segi tata kota, ibu kota baru Mesir dirancang seperti kota Dubai, Uni Emirat Arab, bak oasis hijau di tengah gurun pasir. Di jantung ibu kota baru itu, akan dibangun Central Park terluas di dunia dengan panjang 10 kilometer atau luas 4.047.000 meter persegi.
Baca juga: Mesir, Era Piramida hingga Pencakar Langit
Kepala Proyek Ibu Kota Baru Mesir, Mayor Jenderal Ahmed Zaki Abidin mengungkapkan, sebanyak 180.000 pekerja kini terlibat dalam pembangunan ibu kota baru itu. Mereka bekerja secara intensif. Proses pemindahan kantor-kantor pemerintah ke ibu kota baru direncanakan akan dimulai secara bertahap pada akhir tahun 2021 ini.
Pandemi Covid-19 memperlambat pembangunan. Pembangunan tahap pertama dari tiga tahap yang direncanakan, mencakup 168 kilometer persegi, diperkirakan belum selesai saat aparatur sipil negara pemerintah Mesir mulai boyongan ke ibu kota baru, Juli mendatang. Pembukaan resmi ibu kota dijadwalkan berlangsung pada akhir tahun ini.
Dikebut siang-malam
Suasana keberadaan ibu kota baru Mesir sudah terasa di gerbang memasuki kawasan itu melalui jalan tol dari Kairo. Kondisi jalan sangat mulus dan lebar. Jalan tol dua arah dari Kairo menuju ibu kota baru memiliki masing-masing enam lajur dan terasa lega.
Jika melihat ke arah kanan, saat perjalanan sudah mencapai antara KM 35 hingga KM 45, gedung-gedung menjulang tinggi di area ibu kota baru itu sudah terlihat mencolok. Itulah gedung-gedung yang akan menjadi pusat bisnis dan keuangan (CBD) di ibu kota baru nanti.
Ada tiga pintu tol menuju ibu kota baru dari arah jalan tol Kairo-Kota Suez. Yaitu, pintu tol menuju Masjid Raya Al Fattah al Alim di ibu kota baru, pintu tol menuju kompleks utama olahraga, dan pintu tol menuju kompleks pemerintahan dan CBD. Begitu keluar pintu tol menuju kompleks utama olahraga, di kiri-kanan jalan sudah dipasang pagar seng proyek yang menandakan tanah di balik pagar seng itu sudah dikuasai pengembang dan akan segera dibangun.
Baca juga: Wajah Belgia di Kairo
Sepanjang jalan dari pintu tol hingga area ibu kota baru, masih terlihat pemandangan cukup masif truk-truk proyek yang mengangkut pasir dan bahan-bahan bangunan lalu lalang di jalanan. Sejauh mata memandang di kiri kanan jalan, terlihat ribuan pekerja bangunan tampak sibuk menyelesaikan proyek-proyek pembangunan secara masif, baik perumahan, apartemen, sekolah, pusat bisnis, dan gedung-gedung pemerintahan.
Semakin jauh masuk sekitar 7 hingga 10 kilometer menuju area ibu kota baru, mulai terlihat kompleks utama olahraga yang sudah berdiri megah. Di dalam kompleks tersebut, sudah berdiri aneka gedung olahraga, seperti stadion sepak bola, gedung lapangan tenis, gedung lapangan voli, kolam renang, dan aneka cabang olahraga lainnya. Tampak jelas kompleks olahraga di ibu kota baru Mesir sudah sangat siap menjadi tuan rumah pertandingan berbagai cabang olahraga.
Tidak jauh dari kompleks olahraga itu, sudah mulai terlihat pula beberapa kompleks perumahan berbentuk aparteman yang sudah jadi dan tinggal dihuni saja. Namun, masih banyak juga kompleks apartemen yang masih dalam proses pembangunan.
Terlihat pula kompleks Masjid Raya Al Fattah al Alim yang sudah berdiri megah. Masjid ini berdiri di atas lahan seluas 436.800 meter persegi dengan daya tampung sekitar 12.300 jamaah shalat. Di dalam kompleks masjid, terdapat museum, perpustakaan, rumah sakit, ruang pertemuan, supermarket, dan perkantoran.
Baca juga: Terkesima Melihat Kemegahan Masjid Ibn Thulun yang Tetap Kokoh 1.000 Tahun
Ada pula kompleks seperblok megah Al-Masah yang berdiri megah. Di dalam kompleks ini terdapat hotel bintang lima, pusat perbelanjaan, gedung pertemuan, dan aneka main anak-anak. Terlihat juga gedung Katedral yang megah di atas lahan seluas 63.000 meter persegi. Katedral tersebut merupakan yang terbesar di Mesir dan di Timur Tengah.
Pemandangan yang cukup mencolok di ibu kota baru adalah proyek pembangunan pusat bisnis dan keuangan (CBD) yang tampak sedang dikebut siang malam.
Patungan dengan China
Proyek CBD tersebut merupakan proyek patungan Mesir-China. Kontraktor utama proyek CBD itu adalah China State Construction Engineering Corporation Ltd (CSCEC). Direncanakan, kompleks CBD itu terdiri dari 20 tower.
“Ini megaproyek CBD yang merupakan patungan Mesir dan China senilai 3 miliar dollar AS (sekitar Rp 42 triliun). Nanti kompleks CBD ini terdiri dari 20 tower, yakni 10 tower perkantoran, 5 tower apartemen, 4 tower ritel dan hotel, serta 1 tower ikonik,” ungkap Kepala Keamanan Proyek CBD, Sayid Said, kepada Kompas.
Menurut Said, tower ikonik akan terdiri dari 85 lantai dengan ketinggian 385 meter yang akan menjadi tower tertinggi di Afrika dan tower tertinggi kedua di Timur Tengah setelah tower Burj al-Khalifa (829,8 meter) di Dubai. “Adapun tower-tower yang lain terdiri dari 30 lantai hingga 40 lantai. Ini akan menjadi CBD terbaik dan termodern di Afrika dan Timur Tengah,” lanjut Said.
Baca juga: Napas Kota Kairo Bertumpu pada Denyut Nadi Sungai Nil
Ia menjelaskan, ada 6.000 pekerja dengan komposisi 50 persen dari China dan 50 persen warga Mesir. Mereka bekerja siang malam menyelesaikan proyek CBD.
“Pembangunan konstruksi kompleks CBD ini akan selesai pada Oktober 2021 ini, lalu dilanjutkan pekerjaan finishing yang akan membutuhkan waktu 24 bulan. Jadi, pada akhir tahun 2023 nanti, pembangunan kompleks CBD sudah selesai semua dan sudah bisa mulai digunakan,” ungkap Said.
Kawasan CBD itu akan dilewati monorel. Ibu Kota Pemerintahan Baru, demikian nama baru kompleks ibu kota tersebut, dirancang menggunakan teknologi pintar. Selain dilengkapi universitas-universitas, kompleks itu juga memiliki fasilitas-fasilitas hiburan dan lahan bagi kawasan diplomatik.
Kompleks ibu kota baru Mesir dirancang sebagai model kota dengan menggunakan teknologi tinggi bagi masa depan negara itu. Pusat-pusat pengawasan bakal memonitor infrastruktur dan keamanan secara elektronik, atap-atap gedung ditutup dengan panel-panel bertenaga surya, pembayaran tanpa uang tunai, dan alokasi 15 meter persegi ruang terbuka hijau per penduduk.
Baca juga: Sungai Nil, Mesir, dan Isu Geopolitik Afrika
Selain area CBD, proyek pembangunan yang cukup menonjol lainnya adalah area kompleks pemerintahan yang hampir jadi semua. Di area kompleks pemerintahan ini, terlihat sudah banyak gedung kementerian yang sudah jadi, seperti gedung Kementerian Perdagangan, gedung Kementerian Urusan Penerbangan Sipil, gedung Kementerian Dalam Negeri, gedung Kementerian Sosial, gedung Kementerian Riset dan Teknologi, gedung Kementerian Olahraga, gedung Kementerian Pertahanan, kantor imigrasi dan gedung parlemen,
Di seberang jalan area kompleks pemerintahan itu, dibangun area taman pahlawan tak dikenal yang cukup luas.
“Pengerjaan konstruksi dan finishing gedung parlemen ini sudah selesai semua. Tinggal perapian area sekitar gedung parlemen yang masih berupa tumpukan pasir gurun. Sekitar area ini akan dihijaukan semua,” ujar Ibrahim, Kepala Pengawas Proyek Pembangunan Gedung Parlemen, kepada Kompas.
Menurut Ibrahim, rencana gedung parlemen ini sudah bisa digunakan pada akhir tahun 2021 ini, setelah selesai proses perapian sekitar area gedung dengan proyek penghijauan. Ia menambahkan, gedung-gedung kementerian dan lembaga negara di kompleks pemerintahan ini dibangun dalam kurum waktu dua tahun saja. “Pembangunan konstruksi dan finishing sebagian besar gedung kementerian sudah selesai. Sisa pekerjaan hanya perapian area dengan proyek penghijauan dan juga perapian jalan. Gedung-gedung pemerintahan sudah mulai bisa digunakan pada akhir 2021 ini,” tutur Ibrahim.
Seberapa jauh dan seberapa cepat pusaran daya tarik Mesir bergeser dari Kairo ke ibu kota baru belum diketahui. Menurut Amr Khattab, jubir Kementerian Perumahan yang bertanggung jawab sebagai pelaksana sebagian proyek ibu kota baru, sekitar 5.000 dari 20.000 unit tempat tinggal telah terjual di kawasan permukiman yang akan mulai dibuka, Mei nanti.
Baca juga: Terkesima pada Keindahan Piramida
Sejumlah pejabat menyebutkan, kompleks ibu kota baru itu juga menyediakan area permukiman sosial dengan pembiayaan melalui penjualan lahan. Belum diketahui, berapa estimasi pemasukan yang bisa diraup dari skema tersebut.
Sisi menjanjikan, dengan pembangunan megaproyek ibu kota baru tersebut, pemerintahannya tak mengabaikan wilayah-wilayah lain di negaranya, seperti Kairo, Alexandria, Port Said, dan wilayah-wilayah lain. "Kita melangkah maju bersama (ibu kota) yang lama dan yang baru," kata dia. Pembukaan ibu kota baru nanti, lanjut Sisi, bakal menandai "kelahiran negara baru." (REUTERS/SAM)