Harga Pangan Dunia Kian Melambung Tinggi
FAO menyebutkan, indeks harga pangan kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah. Risiko inflasi tinggi tak terelakkan dan bakal dipengaruhi juga harga energi, pupuk, dan pakan.
JAKARTA, KOMPAS — Harga pangan dunia kian melambung tinggi. Indeks Harga Pangan Organisasi Pangan dan Pertanian atau FFPI berada di level tertinggi sepanjang masa. Minyak nabati, sereal, susu, dan daging mendominasi lonjakan harga.
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Jumat (4/3/2022), merilis, FFPI pada Februari 2022 sebesar 140,7, naik 3,9 persen secara bulanan dan 20,7 persen secara tahunan. Angka tersebut berada di atas puncak FFPI pada Februari 2011 yang sebesar 137,6.
Pada kelompok minyak nabati, lonjakan harga minyak kelapa sawit mentah (CPO), kedelai, dan biji bunga matahari menjadi pemicu utama kenaikan indeks. Indeks harga minyak nabati menembus level 201,7 atau naik 8,5 persen secara bulanan dan 26,87 persen secara tahunan. Indeks tersebut juga mencatatkan rekor tertinggi baru sepanjang masa.
FAO menyebutkan, harga CPO melonjak tinggi lantaran berlanjutnya permintaan global yang bertepatan dengan berkurangnya ketersediaan ekspor dari Indonesia. Harga kedelai dunia juga terus meningkat seiring dengan memburuknya prospek produksi kedelai di Amerika Selatan.
Sementara harga minyak biji bunga matahari juga meningkat tajam akibat kekhawatiran pasar atas konflik Rusia-Ukraina yang bakal berimbas pada arus perdagangan di Laut Hitam. Konflik Rusia-Ukraina itu juga telah memicu kenaikan harga minyak mentah sehingga turut memicu lonjakan harga minyak nabati.
Indeks harga pangan FAO pada Februari 2022 sebesar 140,7, naik 3,9 persen secara bulanan dan 20,7 persen secara tahunan.
Konflik dua negara produsen gandum nomor tiga dan delapan dunia ini juga menyebabkan harga gandum dunia naik 2,1 persen. Hal ini membuat indeks harga sereal pada Februari 2022 naik 3 persen secara bulanan dan 14,8 persen secara tahunan menjadi 144,8.
Tak hanya itu, ketatnya stok sapi siap potong Brasil dan kebijakan repopulasi sapi Australia menyebabkan harga daging sapi naik. Indeks harga daging 112,8 atau naik 1,1 persen secara bulanan dan 15,3 persen secara tahunan. Hal itu semakin menambah deretan persoalan stok dan harga pangan dunia akibat hambatan logistik dan imbas anomali cuaca.
Ekonom FAO, Upali Galketi, mengatakan, inflasi harga pangan tidak akan terelakkan. Selain faktor-faktor itu, ada penyebab lain yang turut memengaruhi harga pangan, yaitu kenaikan harga energi, pupuk, dan pakan.
”Semua faktor ini cenderung menekan margin keuntungan produsen makanan. Hal ini bisa membuat mereka enggan berinvestasi dan meningkatkan produksi,” ujarnya melalui siaran pers.
Inflasi harga pangan tidak akan terelakkan. Selain faktor-faktor itu, ada penyebab lain yang turut memengaruhi harga pangan, yaitu kenaikan harga energi, pupuk, dan pakan.
Baca juga :
Perdagangan terganggu
President of International Fund for Agricultural Development (IFAD) Gilbert F Houngbo berpendapat, konflik yang berkelanjutan akan menjadi bencana besar bagi dunia. Perang dapat membatasi pasokan dan melambungkan harga pangan pokok dunia, seperti gandum dan minyak nabati.
”Selama ini, wilayah Laut Hitam memainkan peran penting dalam sistem pangan global. Wilayah tersebut mengekspor setidaknya sekitar 12 persen dari total komoditas pangan yang diperdagangkan di dunia,” kata Houngbo.
Al Jazeera memberitakan, pada Kamis (3/3/2022) waktu setempat, Rusia telah menguasai sejumlah pelabuhan strategis Ukraina di wilayah Laut Hitam. Dua kapal kargo milik Bangladesh dan Estonia juga terkena imbas invasi militer Rusia itu.
Kapal kargo Bangladesh dikabarkan terkena rudal saat bersandar di Pelabuhan Olvia, Ukraina. Beberapa jam setelahnya, kapal kargo Estonia tenggelam di Laut Hitam tak jauh dari Pelabuhan Odessa, Ukraina. Situasi itu membuat banyak perusahaan menangguhkan pelayaran ke pelabuhan-pelabuhan di kawasan Laut Hitam Ukraina.
Selama ini wilayah Laut Hitam memainkan peran penting dalam sistem pangan global. Wilayah tersebut mengekspor setidaknya sekitar 12 persen dari total komoditas pangan yang diperdagangkan di dunia.
Baca juga : Rusia Putus Akses Ukraina dari Laut Hitam
Transmisi kenaikan harga bahan pangan pokok di Indonesia mulai terjadi pada awal triwulan IV-2021, jauh sebelum invasi Rusia ke Ukraina. Komoditas pangan domestik yang terpengaruh adalah minyak goreng, kedelai, daging sapi, dan gula.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menuturkan, dalam sebulan terakhir, harga minyak goreng turun dari sekitar Rp 20.000 per liter menjadi Rp 15.000 per liter. Hal ini seiring dengan penerapan kebijakan kewajiban memasok kebutuhan pasar dalam negeri (DMO) dan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng baru.
”Kami sudah mendistribusikan sekitar 306 juta liter minyak goreng curah dan kemasan sederhana di 34 provinsi, baik melalui jalur ritel modern, pemerintah daerah, maupun pasar tradisional,” ujarnya, Minggu (6/3/2022).
Saat ini harga CPO masih bergejolak dan tinggi. Bursa Derivatif Malaysia mencatat, per 3 Maret 2022, harga CPO untuk kontrak pengiriman Mei 2022 sebesar 6.710 ringgit Malaysia per ton.
Menurut Oke, Kementerian Perdagangan terus mencermati pergerakan harga CPO dan pangan dunia, terutama menjelang Ramadhan-Lebaran. Kebijakan menstabilkan pasokan dan harga minyak goreng masih akan terus berlanjut hingga harga CPO global kembali normal atau sudah mencapai titik keseimbangan baru.
Pemerintah juga berupaya mengendalikan harga pangan lain, seperti daging sapi, gula, dan kedelai. Salah satunya dengan mempercepat realisasi impor guna mengantisipasi lonjakan harga ketiga komoditas global itu.
Badan Pangan Nasional juga menyebutkan, Perum Bulog telah mendatangkan 12.000 ton daging kerbau beku. Sebelumnya Kementerian Perdagangan menyatakan, Perum Bulog dan badan usaha milik negara yang lain telah diminta mengimpor 100.000 ton daging kerbau beku dan 20.000 ton daging sapi beku pada tahun ini.
Baca juga :
- Pemerintah Tugaskan Bulog Impor Daging dan Akan Sesuaikan Harga Acuan Gula
- 12.000 Ton Daging Kerbau Impor Tiba, Stok Daging Dipastikan Aman Jelang Ramadhan
Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu pertama Maret 2022, Bank Indonesia (BI) menyebutkan, perkembangan harga selama pekan pertama tersebut tetap terkendali. Meski begitu, pada Maret 2022, diperkirakan terjadi inflasi sebesar 0,32 persen secara bulanan.
Penyumbang utama inflasi selama pekan pertama Maret 2022, antara lain, cabai merah (0,07 persen); cabai rawit, tempe, tahu, bawang merah, dan emas perhiasan masing-masing sebesar (0,03 persen); serta bahan bakar rumah tangga (0,01 persen).
”Minyak goreng telah mengalami deflasi, yaitu 0,04 persen,” kata Erwin Haryono, Kepala Departemen Komunikasi BI melalui siaran pers, Jumat (4/3/2022).
Baca juga : Waspadai Inflasi Tinggi Tahun Ini