Inflasi bakal meningkat terutama akibat tekanan harga energi dan pangan yang bakal berlangsung lama. Pada 2022, harga minyak mentah akan meningkat 12 persen, gas alam 58 persen, dan pangan 4,5 persen.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA, Hendriyo Widi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dana Moneter Internasional atau IMF memperkirakan inflasi global pada tahun ini bakal tinggi. Setiap negara perlu mewaspadai dan mengantisipasi peningkatan inflasi itu agar tidak membebani masyarakat, terutama penduduk miskin.
Dalam tinjauan perekonomian dunia bertajuk “Lonjakan Kasus, Disrupsi Pemulihan dan Inflasi Tinggi“ yang dipublikasikan pada 25 Januari 2022, IMF memperkirakan, inflasi di negara-negara maju pada 2022 sekitar 3,9 persen dan negara-negara berkembang sekitar 5,9 persen. Inflasi itu disebabkan disrupsi rantai pasok, pengetatan kebijakan moneter, lonjakan harga energi dan pangan, serta peningkatan permintaan.
First Deputy Managing Director of IMF Gita Gopinath mengatakan, inflasi bakal meningkat, terutama akibat tekanan harga energi dan pangan yang bakal berlangsung lama. Pasar bursa mengindikasikan, pada 2022, harga minyak mentah akan meningkat 12 persen, gas alam 58 persen, dan pangan 4,5 persen.
Gangguan rantai pasok perdagangan akibat penyebaran virus korona varian Omicron di sejumlah negara juga diperkirakan masih terjadi. Hal itu telah berimbas pada kenaikan biaya logistik dan produk-produk impor.
“Di tengah tekanan itu, jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem di seluruh dunia diperkirakan sekitar 70 juta jiwa,“ ujarnya melalui siaran pers.
Inflasi itu disebabkan disrupsi rantai pasok, pengetatan kebijakan moneter, lonjakan harga energi dan pangan, serta peningkatan permintaan.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menuturkan, BI menargetkan inflasi dapat terkendali pada level 2-4 persen. Target itu sama seperti tahun lalu. Namun, realisasi inflasi sepanjang tahun lalu berada pada level 1,87 persen.
“Tingkat inflasi yang terjaga mendukung stabilitas perekonomian dan pemulihan ekonomi di tahun ini,” ujar Perry saat memberikan sambutan pada peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia, Laporan Tahunan Bank Indonesia, dan Laporan Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia, Rabu (26/1/2022).
BI menargetkan inflasi dapat terkendali pada level 2-4 persen.
Dari lima instrumen kebijakan moneter BI, lanjut Perry, satu di antaranya akan fokus menjaga stabilitas inflasi dan nilai tukar. BI akan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) guna menjaga inflasi sesuai kisaran target.
Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Teuku Riefky, saat dihubungi Rabu (26/1/2022) berpendapat, inflasi meningkat seiring kian pulihnya aktivitas masyarakat beberapa bulan terakhir. Situasi itu diyakini meningkat di 2022. Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai dan cukai hasil tembakau serta kenaikan harga minyak goreng dan elpiji diperkirakan berdampak pada inflasi.
Di sisi lain, produsen dan pedagang telah lama menghadapi kenaikan biaya karena gangguan pasokan. ”Dengan pertimbangan itu, pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) mesti mewaspadai tekanan inflasi tahun ini,” ujarnya.
Minyak goreng satu harga
Imbas kenaikan harga pangan global sudah mulai tertransmisi di dalam negeri. Lonjakan harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) global turut mengerek kenaikan harga minyak goreng di dalam negeri. Minyak goreng curah, kemasan sederhana, dan premium yang semula bisa diperoleh dengan harga Rp 9.500-Rp14.000 per liter, kini harganya Rp 18.000-Rp 20.000 per liter.
Komoditas pokok itu juga berkontribusi terhadap inflasi nasional. Pada Desember 2021, misalnya, inflasi di Indonesia 0,57 persen. Minyak goreng menjadi salah satu komoditas yang dominan memberikan andil inflasi, yaitu 0,08 persen.
Kementerian Perdagangan berupaya menstabilkan harga minyak goreng dengan menggelontorkan 1,5 miliar liter minyak goreng satu harga atau bersubsidi seharga Rp 14.000 per liter selama enam bulan. Minyak goreng berjenis kemasan sederhana dan premium itu disediakan di toko dan gerai ritel modern serta pasar-pasar tradisional.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan, Rabu, mengemukakan, minyak goreng satu harga sudah mulai disediakan di sejumlah pasar tradisional. Rata-rata para pedagang pasar mendapatkan harga minyak goreng dari distributor Rp 13.000 per liter sehingga mereka masih untung Rp 1.000 per liter.
“Penyediaan minyak goreng satu harga di pasar tradisional akan terus ditambah secara bertahap. Berapa banyak minyak goreng yang akan disediakan saat ini masih bergantung pada para pemasok karena mereka masih banyak urusan administrasi yang ribet, mulai dari tingkat produsen minyak goreng hingga sampai pedagang," ujarnya.