Pemerintah Tugaskan Bulog Impor Daging dan Akan Sesuaikan Harga Acuan Gula
Bulog dan badan usaha milik negara yang lain ditugaskan mengimpor 100.000 ton daging kerbau beku dan 20.000 ton daging sapi beku. Di sisi lain, pemerintah akan merevisi harga acuan gula pasir di pasar konsumsi.
Oleh
Hendriyo Widi
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah telah menugaskan Perum Bulog mengimpor daging kerbau dan sapi beku untuk mengendalikan kenaikan harga daging di dalam negeri. Pemerintah juga akan mengubah harga acuan gula kristal putih seiring dengan kenaikan biaya produksi.
Hal itu menyusul kenaikan harga sapi dan gula di tingkat internasional dan upaya mengantisipasi lonjakan harga pada masa Ramadhan dan Lebaran. Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat, harga gula impor untuk kontrak pembelian Maret 2022 mencapai 492,8 dollar AS per ton atau lebih tinggi dari Februari 2022 yang senilai 490 dollar AS per ton.
Sementara harga sapi hidup untuk kontrak pembelian Maret 2022 sudah tembus 4,53 dollar AS per kilogram (kg). Gejolak harganya mulai terjadi sejak November 2021 yang waktu itu harganya 3,65 dollar AS per kg.
Di pasar dalam negeri, harga rata-rata nasional gula pasir dan daging sapi pada Jumat (4/3/3022), merujuk pada data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, masing-masing Rp 14.200 per kg dan Rp 130.650 per kg. Angka itu di atas harga acuan di tingkat konsumen yang ditentukan pemerintah, yaitu Rp 12.500 per kg untuk gula pasir dan Rp 105.000 per kg untuk daging sapi.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan mengatakan, pemerintah telah meminta Bulog dan badan usaha milik negara (BUMN) yang lain untuk mengimpor 100.000 ton daging kerbau beku dan 20.000 ton daging sapi beku pada tahun ini. Hal itu terutama untuk memberikan alternatif ketersediaan daging selain daging sapi di pasar dalam negeri, sekaligus mengendalikan harga daging.
Pemerintah telah meminta Bulog dan badan usaha milik negara yang lain untuk mengimpor 100.000 ton daging kerbau beku dan 20.000 ton daging sapi beku pada tahun ini.
Pada Februari 2022, daging kerbau beku yang diimpor Bulog sudah tiba sebanyak 10.000 ton. Pada Maret ini, daging kerbau beku impor yang akan datang sebanyak 10.000 ton. Selanjutnya akan menyusul 40.000 ton daging beku yang akan diimpor BUMN selain Bulog.
Adapun sapi bakalan hidup, terutama dari Australia, akan diimpor oleh swasta dengan jumlah setara 59.000 ton daging segar. Namun, lantaran harga sapi impor masih tinggi, mereka khawatir konsumen tidak banyak yang membeli daging sapi karena daya belinya belum benar-benar pulih.
”Fokus utama kami adalah mengantisipasi kenaikan harga daging pada masa Ramadhan dan Lebaran. Untuk mengendalikan harganya yang naik saat ini, kami akan menggelontorkan daging kerbau beku dan sapi lokal di pasar-pasar tradisional,” kata Oke ketika dihubungi di Jakarta.
Selain lonjakan biaya logistik dan pakan, kenaikan harga sapi bakalan itu terjadi lantaran Pemerintah Australia mengeluarkan program repopulasi sapi. Salah satu kebijakannya adalah membatasi ekspor sapi hidup sebanyak 70.000 ekor per tahun hingga 2024.
Kenaikan harga gula terjadi akibat imbas anomali cuaca di sejumlah negara produsen, hambatan logistik, dan biaya produksi. Kenaikan biaya produksi terutama disebabkan oleh kenaikan harga pupuk.
Untuk mengantisipasinya, pemerintah telah mengeluarkan izin impor gula mentah lebih awal. Pada 2022, pemerintah telah mengalokasikan impor gula sebanyak 4,37 juta ton. Dari jumlah itu, alokasi impor gula mentah untuk gula kristal rafinasi sebanyak 3,48 juta ton dan untuk gula kristal putih sebanyak 891.627 ton.
”Jumlah stok gula kristal putih dan gula rafinasi per 2 Maret 2022 masing-masing 622.718 ton dan 14.284 ton. Sementara jumlah stok gula Bulog 2.247 ton. Stok itu cukup untuk memenuhi kebutuhan dua bulan mendatang,” ujar Oke.
Menurut Oke, kenaikan harga gula itu memang tidak bisa dihindarkan. Di dalam negeri, kenaikan harga pupuk juga turut mendorong kenaikan biaya produksi tebu sehingga berpengaruh pula terhadap kenaikan harga gula.
”Pemerintah akan mengevaluasi harga acuan gula di tingkat pasar konsumsi. Saat ini masih dalam tahap pengkajian,” ujarnya.
Berdasarkan hasil rapat koordinasi terbatas tingkat menteri pada 7 Februari 2022, ritel modern diizinkan menjual gula di atas harga acuan yang sebesar Rp 12.500 per kg menjadi Rp 13.000 per kg-Rp 13.500 per kg. Sementara dalam rapat terbatas pada 30 Desember 2021, harga acuan gula di pasar konsumsi diusulkan diubah dari Rp 12.500 per kg menjadi Rp 13.500 per kg.
Harga acuan gula di pasar konsumsi diusulkan diubah dari Rp 12.500 per kg menjadi Rp 13.500 per kg.
Penentu inflasi
Sejumlah harga komoditas pangan dan energi global kembali naik sejak invasi Rusia terhadap Ukraina terjadi pada 24 Februari 2022. Sebelumnya, harga sejumlah komoditas pangan dan energi sudah bergejolak sebelum invasi tersebut lantaran bencana alam, lonjakan biaya logistik, serta kebijakan pangan dan energi yang digulirkan sejumlah negara.
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) menyebutkan, konflik Rusia-Ukraina akan menjadi salah satu faktor penentu kenaikan harga pangan dan energi selama beberapa bulan ke depan. Hal itu akan berpangruh terhadap dinamika inflasi di sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Peneliti LPEM FEB UI, Chaikal Nuryakin, mengemukakan, serangan Rusia ke Ukraina telah menyebabkan kenaikan harga minyak menjadi 100 dollar AS per barel. Hal ini akan berdampak besar terhadap kenaikan harga minyak dan berpengaruh terhadap inflasi di Indonesia dalam beberapa bulan mendatang, mengingat bobotnya dalam inflasi sebesar 5 persen.
Di sisi lain, Ukraina merupakan salah satu negara penyuplai gandum Indonesia. Meski porsinya lebih kecil dibandingkan Australia, kondisi ini tetap dapat memengaruhi harga pangan berbahan dasar gandum.
”Melihat kondisi itu dan juga kasus harian Coivd-19 global yang cenderung meningkat, kami memproyeksikan inflasi pada Maret 2022 di kisaran 0,2 persen hingga 0,3 persen secara bulanan dan 1,9 persen-2,25 persen secara tahunan,” ujarnya.
Kami memproyeksikan inflasi pada Maret 2022 di kisaran 0,2 persen hingga 0,3 persen secara bulanan dan 1,9 persen-2,25 persen secara tahunan.
Ke depan, lanjut Chaikal, inflasi akan sangat bergantung dengan upaya stabilisasi harga minyak dan kondisi perekonomian global. Inflasi itu juga bakal bergantung pada upaya pencegahan dan penanggulangan persebaran gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Februari 2022, Indonesia mengalami deflasi 0,02 persen secara bulanan dan inflasi tahun ke tahun 2,06 persen. Kelompok pengeluaran makanan-minuman dan tembakau berkontribusi paling besar terhadap deflasi. Tingkat deflasi kelompok pengeluaran itu sebesar 0,84 persen dan andilnya terhadap deflasi nasional 0,22 persen.
Di tengah deflasi secara nasional tersebut juga terjadi inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga sejumlah komoditas. Inflasi itu terutama terjadi pada kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga.
Pada Februari 2022, kelompok ini mengalami inflasi 0,25 persen. Listrik dan bahan bakar rumah tangga berkontribusi 0,35 persen terhadap inflasi tersebut. Kontribusi bahan bakar rumah tangga, terutama elpiji nonsubsidi, terhadap inflasi tersebut sebesar 0,02 persen.