Trauma Seusai Ratusan Kali Gempa Dangkal Guncang Jayapura
Akibat gempa, saya tidak berani tidur terlalu nyenyak. Selama hampir sepekan saya juga memilih tidur di poskamling karena di dinding kamar kos muncul retakan. Pada awal 2023, terjadi lebih dari 1.500 kali gempa dangkal.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F11%2F23%2F13000916-449a-4198-9a56-d07e8dbf4751_jpeg.jpg)
Pemandangan pusat Kota Jayapura dari bukit di daerah Polimak, Distrik Jayapura Selatan, Sabtu (30/5/2015). Jayapura yang dijuluki ”Port Numbay” merupakan pusat pemerintahan Provinsi Papua.
Gempaaaa!
Awal tahun 2023 dilalui dengan penuh ketakutan dan trauma oleh warga Jayapura. Pada saat itu, terjadi fenomena ratusan kali gempa bumi dangkal dengan pusat berada di wilayah Distrik (kecamatan) Jayapura Utara dan Jayapura Selatan.
Selama hampir 10 tahun tinggal di Kota Jayapura, baru kali ini saya merasakan gempa besar yang terus-menerus terjadi selama berbulan-berbulan. Bunyi gemuruh dari dalam tanah selalu terdengar ketika gempa terjadi.
Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah V Jayapura menyebut fenomena ini sebagai black swan earthquakes. Artinya, berbeda dari gempa bumi lain, fenomena gempa bumi yang terjadi hingga ratusan bahkan ribuan kali di ibu kota Provinsi Papua ini tidak diketahui penyebabnya.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F02%2F06%2F2a6878f5-7e22-4d44-b8db-3cd4a6dcdf6b_jpg.jpg)
Koordinator Bidang Observasi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah V Jayapura Danang Pamuji saat ditemui di Kota Jayapura, Papua, Senin (6/2/2023).
Berdasarkan catatan BBMKG Wilayah V Jayapura, sejak 1 Januari hingga 20 April 2023 terjadi 1.551 kali gempa. Sebanyak 233 gempa di antaranya dapat dirasakan oleh masyarakat, terlebih yang bermukim di Distrik Jayapura Utara dan Jayapura Selatan.
Saya bermukim di Distrik Jayapura Utara, yang menjadi salah satu pusat zona gempa di Jayapura. Akibat goyangan gempa selama berbulan-bulan, saya mengalami trauma berupa sulit tidur dan cemas.
Fenomena gempa di kota berjuluk ”Port Numbay” ini pertama kali terjadi tanggal 2 Januari 2023. Gempa berkekuatan magnitudo (M) 5,4 itu mengusik tidur warga karena terjadi pukul 03.34 WIT. Gempa yang berlangsung sekitar lima detik ini berpusat di daratan dengan kedalaman 10 kilometer.
Sesaat setelah gempa terjadi, saya hanya bisa terpaku di tempat tidur sambil menyaksikan kaca jendela yang bergetar. Akibat gempa, sejumlah bangunan fasilitas publik di Jayapura, seperti rumah sakit dan hotel, dilaporkan mengalami retak-retak pada bagian dinding.
Baca juga : Gempa yang Memicu Trauma di Gerbang Tanah Papua (12)
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F02%2F10%2F5d5e3701-1fe8-4ce3-a4fe-e5721708bfab_jpg.jpg)
Tampak Mal Jayapura, salah satu pusat perbelanjaan di Kota Jayapura, Papua, yang mengalami kerusakan akibat gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,2 pada Kamis (9/2/2023).
Pascagempa tersebut, aktivitas warga kembali berjalan seperti biasa dengan semangat baru menyambut awal tahun 2023. Saya pun kembali dengan tugas-tugas saya sebagai wartawan Kompas dengan wilayah tugas mencakup enam provinsi di Pulau Papua.
Kami tidak tahu, ternyata gempa 2 Januari itu adalah awal dari serangkaian gempa-gempa berikutnya yang datang bagai teror dalam kehidupan keseharian.
Gempa berkekuatan M 5,4 ini juga seperti menjadi pemicu terjadinya ribuan gempa setelahnya. Berdasarkan pantauan pihak BBMKG Wilayah V Jayapura, gempa paling banyak berpusat di daerah pegunungan yang masuk wilayah Angkasa, Distrik Jayapura Utara.
Terjadi tiap hari
Gempa susulan terus melanda Jayapura, menyebabkan warga waswas dan mulai mengungsi ke sejumlah lokasi. Saya memilih bertahan di Jayapura sembari terus berkomunikasi dengan kantor dan menyampaikan perkembangan terkini kondisi saya.
Saat malam tiba, sejumlah warga memilih mengungsi demi mengantisipasi kembali terjadinya gempa. Pelayanan pasien di Rumah Sakit Dok II juga dipindahkan ke halaman untuk menghindari kemungkinan tertimpa bangunan yang roboh akibat gempa.
Baca juga : 15 Jam yang Mendebarkan di Atas Kapal Tunda

Infografik peristiwa gempa bumi dengan kedalaman dangkal di Kota Jayapura, Papua, sejak tanggal 2 hingga 11 Januari 2023 yang mencapai 1.174 kali.
Gempa juga berdampak pada sektor ekonomi Kota Jayapura. Sejumlah pusat perbelanjaan dan hotel menjadi sepi. Padahal, 70 persen pembangunan ekonomi Kota Jayapura ditopang oleh sektor jasa.
Memasuki bulan Februari, intensitas gempa susulan dengan kedalaman dangkal di Jayapura semakin meningkat. Hanya, kekuatannya sudah menurun, berkisar M 3 hingga M 4.
Meski demikian, karena mayoritas gempa terjadi pada malam hari, saya tidak berani tidur terlalu nyenyak. Setiap malam saya hanya bisa memejamkan mata selama 4-5 jam. Warga lain rasanya juga begitu.
Penantian kami akan gempa yang segera reda seakan tak berujung. Bahkan, di luar bayangan kami, gempa dengan dampak terparah sedang mengintai.
Pada Kamis siang (9/2/2023), saya mendengar informasi plafon Masjid Nurul Iman di daerah Dok V, Distrik Jayapura Utara, roboh akibat gempa yang terjadi berulang kali pada sehari sebelumnya. Tercatat, terjadi 17 kali gempa pada tanggal 8 Februari. Beruntung, saat itu tak ada korban jiwa.
Baca juga : Gempa Dangkal Masih Guncang Jayapura, 2.500 Orang Mengungsi
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F08%2F07%2F29869ff4-c9b8-4854-a7b4-67e6a0414de6_jpg.jpg)
Puing plafon Masjid Nurul Iman yang runtuh setelah terjadi serangkaian gempa di Kota Jayapura, Papua, pada 8 Februari 2023. Pada hari itu terjadi 17 kali gempa dengan kedalaman dangkal.
Saya bersama rekan jurnalis Faisal Narwawan segera mendatangi masjid tersebut. Kami pun mewawancarai Ketua Pengurus Masjid Nurul Iman, Alwi Tian Lean, dan memotret kondisi plafon yang roboh.
Dari masjid, saya kemudian pergi ke ruang wartawan yang berada di kantor Bidang Humas Markas Polda Papua untuk numpangngadem sambil mengetik hasil laporan. Matahari siang itu bersinar sangat terik. Di sana juga ada tiga rekan wartawan lain dari media televisi.
Dampak terparah
Siang itu, antara pukul 14.00 dan 15.00 WIT, tercatat terjadi tiga kali gempa bumi. Sambil menulis berita, perasaan saya diselimuti kekhawatiran karena getaran gempa sangat terasa meskipun kekuatannya di bawah M 5.
”Gempaaaa!” teriakan saya membahana di ruangan. Goyangan gempa yang kali ini terasa lebih keras spontan membuat saya berteriak. Gempa yang terjadi tepat pukul 15.28 itu kemudian diketahui berkekuatan M 5,2.
Baca juga : Pertaruhan antara Emas-Olimpiade Owi/Butet dan ”Iklan Jaket”

Ruang wartawan yang disediakan pihak Polda Papua. Tempat ini menjadi saksi bisu terjadinya gempa berkekuatan M 5,2 yang mengguncang Kota Jayapura, Papua, 9 Februari 2023.
Secepat kilat saya bersama tiga rekan wartawan meninggalkan ruangan dan berlari ke arah lapangan demi menyelamatkan diri.
Meski hanya berdurasi lima detik, karena pusat gempa yang dangkal di kedalaman 10 kilometer tak jauh dari daerah itu, getaran terasa begitu kuat. Kalau kita sedang berada di jalan, akan terasa seperti berada di atas feri yang diguncang gelombang laut.
Tak lama, kami mendengar kabar sebuah restoran di pinggir laut bernama Cirita yang desainnya seperti rumah panggung roboh akibat gempa. Sejumlah pegawainya jatuh dan tenggelam. Jarak saya ke lokasi itu hanya sekitar 100 meter.
Saya bergegas ke sana. Di sepanjang jalan, warga yang masih bekerja di kantor atau berada di rumah terlihat berhamburan ke jalan. Aktivitas masyarakat pun lumpuh total.
Baca juga : Penuh Kesan dalam 15 Menit Bersama Miss K di Mandalika
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F08%2F07%2F5d0bc0ac-406d-4d2f-9db4-d62c3c0311bf_jpg.jpg)
Warga berhamburan ke jalan setelah gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,2 mengguncang Kota Jayapura pada 9 Februari 2023. Sebanyak 900 keluarga terdampak gempa ini.
Saat tiba di lokasi restoran, saya masih sempat menyaksikan proses evakuasi empat pekerja yang tenggelam. Sayang, nyawa keempatnya tak tertolong. Sedih sekali melihatnya. Saya membayangkan betapa kehilangan keluarga mereka. Sama seperti saya, mereka jauh-jauh merantau ke Papua demi pekerjaan.
Dari Cirita, saya bergeser memantau kondisi pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Dok Jayapura. Di sana ada sekitar 300 pasien yang tengah dirawat, baik di ruang instalasi gawat darurat maupun di ruang perawatan. Akibat gempa, para pasien kemudian dipindahkan ke halaman rumah sakit.
Pikiran saya tak menentu, harus memikirkan keselamatan diri sekaligus mengumpulkan bahan liputan. Setelah agak tenang, saya mulai menulis berita tentang gempa dan perkembangan terakhir Kota Jayapura. Setelah gempa besar itu, hingga tengah malam terjadi 26 kali lagi gempa susulan.
Data Pemerintah Kota Jayapura mencatat, gempa ini menyebabkan 4 orang meninggal dan 20 orang luka-luka. Sebanyak 990 keluarga terdampak dan 4.400 warga mengungsi. Selain itu, sejumlah bangunan pusat perbelanjaan, kantor, dan hotel mengalami keretakan pada dinding.
Baca juga : Bagaikan Kurcaci Hobbit di Hadapan Gunung Anak Krakatau
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F08%2F07%2F38ed8fce-f465-43c7-a0fc-73414140a6ac_jpg.jpg)
Salah satu fasilitas publik di Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura yang terdampak gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,2 di Kota Jayapura pada 9 Februari 2023. Gempa terjadi pada kedalaman 10 kilometer di kawasan tersebut.
Warga segera mengungsi, antara lain di lahan kosong samping Bank BTN Jayapura dan lapangan Kantor Wali Kota Jayapura.
Sementara saya selama hampir sepekan memilih tidur di poskamling di dalam kompleks perumahan. Saya tidak berani tidur di kamar kos karena di dinding kamar muncul sejumlah retakan.
Sejumlah ruas jalan umum di daerah pusat gempa juga terlihat retak dan merekah. Pemkot Jayapura mendata, sebanyak 252 rumah terdampak gempa, selain 54 fasilitas pendidikan, 22 fasilitas publik, 11 fasilitas pemerintahan, dan 10 fasilitas ibadah.
Sepekan setelahnya, intensitas gempa mulai berkurang drastis. Saya pun telah kembali ke rumah kos. Setelah beberapa pekan, warga berangsur-angsur meninggalkan lokasi pengungsian dan kembali ke rumah masing-masing.
Baca juga : Waspada Sembilan Sesar Pemicu Gempa di Papua dan Papua Barat
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F08%2F07%2F52a5f7bb-ddce-4acc-ad44-2790e2af81f9_jpg.jpg)
Poskamling yang menjadi tempat tidur wartawan harian Kompas, Fabio Maria Lopes Costa, saat terjadi gempa di Kota Jayapura, Papua, pada awal Februari 2023. Fabio tidur di poskamling hampir sepekan.
Kini gempa bumi sudah jarang dirasakan di Kota Jayapura. Aktivitas perekonomian kembali menggeliat. Meski demikian, pengalaman berbulan-bulan ”diteror gempa ini masih sulit saya lupakan. Rasanya akan terus teringat seumur hidup.
Peristiwa ini meninggalkan trauma bagi saya dan rasanya juga bagi warga lain di daerah pusat gempa. Ke depan, semoga upaya mitigasi gempa akan lebih baik demi mencegah jatuhnya korban akibat gempa bumi.