Kyai Batua, harimau sumatera yang menjadi korban jerat pemburu pada 2019, menjalani konservasi eksitu di Lembaga Konservasi Lembah Hijau, Bandar Lampung.

Strategi konservasi harimau secara eksitu sedang diupayakan dengan mendatangkan Vidi, harimau sumatera dari Taman Satwa Taru Jurug, Kota Solo, Jawa Tengah.

Harimau sumatera berhasil ditangkap dan dievakuasi setelah konflik dengan masyarakat di desa penyangga hutan di Kabupaten Tapanuli Selatan. Kondisinya malnutrisi diduga karena kekurangan pakan di habitat.

Perburuan kukang makin masif. Hal itu disebabkan sebagian masyarakat masih menganggap satwa dilindungi tersebut sebagai hewan peliharaan.

Upaya konservasi harimau sumatera didorong ke arah pencegahan konflik dengan manusia. Penyelesaian akar masalah pemicu konflik dinilai lebih hemat dan efektif sebagai upaya konservasi satwa terancam punah ini.

Perawatan Harimau di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra Dharmasraya di Nagari Lubuk Besar, Kecamatan Asam Jujuhan, Dharmasraya, Sumatera Barat.

Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya menunggu survei lokasi untuk pelepasliaran harimau. Sebagian harimau sumatera yang direhabilitasi di tempat ini sudah siap untuk kembali ke habitat alaminya.

Harimau sumatera yang ditangkap di Padang Pariaman, Sumatera Barat, disiapkan untuk segera lepas liar. Harimau itu diperkirakan bisa berburu secara mandiri.

Harimau sumatera berusia remaja kembali tertangkap di daerah penyangga kawasan hutan di Sumatera Barat. Selama Juni-Juli 2020, sudah tiga ekor harimau muda masuk dalam perangkap di Sumbar.

Selama Juni, ada dua kasus harimau sumatera mati diracun, satu ekor direlokasi, dan dua ekor direhabilitasi. Si raja hutan itu kini makin terusir dari rimbanyanya, bahkan mati diracun serangga.