Setengah Tahun Berkonflik, Harimau Sumatera di Pasaman Dievakuasi
Harimau sumatera betina berusia remaja itu direhabilitasi di TMSBK Bukittinggi sebelum dilepasliarkan kembali.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Balai Konservasi Sumber Daya Alam atau BKSDA Sumatera Barat mengevakuasi seekor harimau sumatera di Kabupaten Pasaman. Satwa liar dilindungi tersebut terpaksa dievakuasi karena berkonflik dengan masyarakat setempat sekitar setengah tahun terakhir.
Harimau betina dengan panjang sekitar 160 cm dan berat 70 kg itu masuk kandang jebak yang dipasang di kebun warga di Nagari Binjai, Kecamatan Tigo Nagari, Pasaman, Minggu (4/2/2024) pukul 05.43. Satwa selesai dievakuasi ke Taman Marga Satwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Bukittinggi pada Minggu malam.
”Kami melakukan rehabilitasi dulu. Untuk rilis, kami memperhatikan rekomendasi dari tenaga medis. Sembari menunggu, kami menyiapkan lokasi-lokasi alternatif untuk pelepasliaran,” kata Pelaksana Harian Kepala BKSDA Sumbar Antonius Vevri, Senin (5/2/2024).
Antonius melanjutkan, kondisi satwa secara umum harimau tersebut dalam kondisi baik. Pergerakannya saat di kandang sudah normal. Dari pemantauan saat evakuasi, satwa tidak mengalami cedera.
BKSDA Sumbar menamakan harimau tersebut Puti Malabin. Puti berarti putri dalam bahasa Minangkabau. Sementara Malabin merupakan kepanjangan dari Malampah, Ladang Panjang, dan Binjai, yaitu nagari-nagari tempat harimau itu muncul.
Dokter hewan TMSBK Bukittinggi, Yoli Zulfanedi, mengatakan, kondisi Puti Malabin pada Senin pagi sudah stabil pascapembiusan dalam proses evakuasi dari Pasaman. Pun tidak ada gangguan nafsu makan.
”Harimau masuk perangkap, bukan jerat. Jadi, saya lihat sepintas tidak ada masalah pada fisiknya. Tidak ada cacat. Cuma memang kondisinya kemarin agak sedikit kurus,” kata Yoli, yang juga Ketua Tim Konservasi Fauna dan Flora TMSBK Bukittinggi.
Yoli melanjutkan, harimau yang diperkirakan berusia 3-5 tahun atau remaja ini dalam masa karantina. Harimau tidak bisa dilihat pengunjung dan ditempatkan terpisah serta tertutup dari harimau lainnya.
”Posisi dia sekarang posisi waspada. Biasanya, satwa liar masuk ke areal baru, posisinya waspada. Namun, waspadanya dalam artian bagus, bukan stres,” ujarnya.
Konflik dengan manusia
Antonius menjelaskan, Puti Malabin berkonflik dengan warga di Kecamatan Tigo Nagari sejak Juni 2023. Harimau berulang kali muncul di perkebunan warga, termasuk kebun sawit dan persawahan, serta permukiman yang berada di pinggir kawasan hutan itu. Satwa juga mengincar ternak warga.
Dari Juni hingga Desember tahun lalu, balai berupaya menghalau harimau agar kembali ke hutan. Namun, ketika memasuki Januari, harimau tetap muncul. Pada 2 Januari lalu, misalnya, harimau dilaporkan warga telah memangsa seekor ternak sapi.
Biasanya, satwa liar masuk ke areal baru, posisinya waspada. Namun, waspadanya dalam artian bagus, bukan stres.
Akibat konflik yang berkepanjangan, kata Antonius, BKSDA Sumbar memutuskan untuk mengevakuasi harimau tersebut. Harimau terpantau muncul di beberapa titik dalam nagari-nagari di Kecamatan Tigo Nagari. Tim balai pun memasang tiga kandang jebak.
Sejak 31 Januari, kata Antonius, tim melakukan isolasi pergerakan satwa pada satu titik di Nagari Binjai. Pada 2 Februari, satwa sempat masuk ke kandang jebak, tetapi lepas kembali. ”Setelah sebulan, baru kami bisa berhasil menangkap harimau ini,” ujarnya.
Menurut Antonius, kemungkinan besar harimau tersebut keluar dari Suaka Margasatwa Malampah Alahan Panjang. Balai belum mengetahui dan mengkaji penyebab pasti harimau keluar dari habitatnya.
Akan tetapi, kata Antonius, harimau biasanya keluar dari habitatnya ada tiga faktor. Pertama, satwa sakit dan lemah sehingga mesti keluar hutan mencari mangsa yang mudah ditangkap, seperti ternak. Kedua, harimau mengikuti satwa buruannya yang masuk ke perkebunan.
”Ketiga, bisa jadi juga, ada kawasan-kawasan tertentu yang dulu merupakan habitatnya sekarang sudah berubah fungsi. Kami belum tahu kasus ini karena faktor yang mana,” ujarnya.