Lima harimau mati di Medan Zoo dalam tiga bulan ini. Belum ada evaluasi dan sanksi dari BBKSDA Sumut.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Krisis keuangan yang belum ada jalan keluarnya diduga ikut memicu matinya lima harimau di Kebun Binatang Medan atau Medan Zoo dalam tiga bulan terakhir. Terkait ini, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara tidak kunjung mengevaluasi dan mengambil langkah cepat. Pemerintah Kota Medan, sebagai pemilik badan usaha, juga belum memberi perhatian ideal.
Di tengah kematian beruntun lima harimau di Medan Zoo, Wali Kota Medan Bobby A Nasution, Kamis (15/2/2024), justru menyebut penyebabnya adalah faktor umur. ”Masa kebun binatang hewannya enggak ada yang boleh mati. Kebun binatang bukan untuk memperpanjang umur,” kata Bobby.
Bobby mengakui, kematian harimau di Medan Zoo bukan hanya disebabkan faktor umur. Ada penyebab lain, yakni pola pakan, perawatan, dan kondisi kandang satwa.
Namun, Bobby menyebut hidup harimau berkisar 15-20 tahun. Harimau yang mati, kata Bobby, umurnya berkisar itu. Persoalannya, harimau mati saat belum mempunyai keturunan.
Ke depan, Bobby menyebut, Medan Zoo akan segera direvitalisasi. Pemkot Medan sedang mempertimbangkan, apakah satwa di Medan Zoo akan direlokasi atau tetap di sana selama revitalisasi.
”Kami masih akan melihat relokasi satwanya kemana. Apakah tetap di Medan Zoo tapi dipindahkan kandangnya atau apakah bisa direlokasi. Tetapi, harus dihitung jaraknya, berapa jauh maksimal,” kata Bobby.
Terkait kematian harimau sumatera terakhir, Pejabat Sementara Direktur Utama Perusahaan Umum Daerah Pembangunan Medan Bambang Hendarto, sebagai pengelola Medan Zoo mengatakan, pihaknya belum bisa memberikan keterangan terkait hal tersebut. ”Nanti akan ada pers rilisnya,” katanya.
Sebelumnya, Bambang menyebut, harimau sumatera jantan bernama Bintang Sorik Marapi (13) sakit dan sulit disembuhkan. Di awal Januari, Sorik tampak lesu dan kurus.
Harimau itu lantas mati pada Selasa (13/2/2024). Gejala penyakitnya sama dengan empat harimau yang mati sebelumnya, yakni gangguan ginjal, pernapasan, dan pencernaan.
Kematian beruntun harimau di Medan Zoo terjadi sejak November, diawali harimau sumatera Erha. Awal Desember, giliran harimau benggala Avatar mati.
Kematian lalu terjadi pada harimau sumatera Nurhaliza pada 31 Desember 2023. Dengan kondisi Medan Zoo yang terbengkalai, harimau benggala bernama Wesa juga mati pada Senin (22/1/2024).
Dengan demikian, saat ini hanya tersisa delapan individu harimau di Medan Zoo. Sebanyak tiga di antaranya harimau sumatera dan lima lainnya harimau benggala.
Pantauan Kompas, kondisi Medan Zoo sangat terbengkalai. Hampir semua kandang rusak berat, berkarat, dan bolong-bolong. Rumput dibiarkan tumbuh di dalam dan luar kandang, Kandang harimau yang merupakan satwa utama dan ikon Medan Zoo juga luput dari perawatan.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut Rudianto Saragih Napitu dan juga Kepala Bidang Teknis BBKSDA Sumut Fifin Nopiansyah tidak merespons permintaan wawancara Kompas terkait kematian harimau itu. BBKSDA Sumut tidak menjawab apakah mereka sudah mengevaluasi dan menjatuhkan sanksi setelah kematian lima harimau dan kondisi lembaga konservasi yang terbengkalai.
Sebelumnya, Fifin menyebut, harimau yang tersisa kondisinya kurus, lemas, dan sakit. Medan Zoo juga tidak mempunyai tenaga medis kesehatan hewan.
Manajemen Medan Zoo menyebut, kebun binatang itu mengalami krisis keuangan. Karyawan Medan Zoo sudah lima bulan tidak digaji. Pakan satwa juga belum dibayar selama empat bulan.
Kini, Medan Zoo hanya mendapat sekitar Rp 36 juta per bulan dari retribusi pengunjung. Padahal, biaya pakan mencapai Rp 80 juta dan gaji karyawan Rp 60 juta per bulan. Jumlah bisa membengkak bila menghitung biaya kebersihan, listrik, dan air.
Kondisi yang minim perawatan membuat pengunjung Medan Zoo menurun. Bila sebelumnya tercatat sedikitnya 10.000 per bulan, kini hanya ada lebih kurang 2.000 orang per bulan.