Polisi Menahan Lima Tersangka Pembakaran Kantor Resort Suoh di Lampung Barat
Lima orang ditetapkan jadi tersangka pembakaran kantor Resort Suoh Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung Barat.
Oleh
VINA OKTAVIA
·4 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Polisi menetapkan lima tersangka, AF, S, T, B, dan M, yang diduga terlibat dalam pembakaran kantor Resort Suoh Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung Barat, Lampung. Sementara itu, hingga Sabtu (23/3/2024), petugas gabungan masih terus berupaya mencari harimau sumatera yang menerkam tiga warga di Lampung Barat.
Kepala Bidang Humas Polda Lampung Komisaris Besar Umi Fadillah Astutik mengatakan, mereka ditetapkan sebagai tersangka setelah polisi melakukan serangkaian penyelidikan. Kelima petani asal Kecamatan Suoh, Lampung Barat, itu ditahan di rumah tahanan Polres Lampung Barat.
”Setelah serangkaian penyelidikan dan diperiksa, Polres Lampung Barat akhirnya menetapkan lima orang sebagai tersangka atas kasus pembakaran Kantor Balai Perlindungan dan Pelestarian Alam (PPA) Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Resort Suoh,” kata Umi.
Kepada polisi, para tersangka mengaku membakar secara spontan setelah mendengar adanya warga yang diserang harimau sumatera. Mereka mengaku tersulut emosi karena petugas belum juga dapat menangkap harimau yang menerkam warga.
Padahal, sudah ada dua warga yang tewas dan satu orang lainnya terluka akibat diserang harimau. Hal itulah yang membuat para pelaku nekat merusak dan membakar kantor milik pemerintah tersebut.
Atas perbuatannya, para tersangka dijerat dengan Pasal 187 atau Pasal 406 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), dengan ancaman hukuman penjara maksimal 12 tahun.
Insiden pembakaran kantor Resort Suoh TNBBS di Kecamatan Bandar Negeri Suoh, terjadi pada Senin (11/3/2024) sore. Kejadian bermula ketika seorang warga Pekon (Desa) Sukamarga, Kecamatan Suoh, bernama Samanan (41) diserang harimau saat beraktivitas di kebun yang masuk dalam kawasan hutan TNBBS.
Samanan adalah korban ketiga yang diserang harimau. Sebelumnya, dua warga Lampung Barat tewas akibat diterkam harimau selama Februari 2024. Akibat serangan itu, Samanan mengalami luka pada bagian kepala dan dibawa ke puskesmas.
Ratusan warga kemudian berdatangan ke puskesmas untuk menanyakan kejadian itu kepada petugas. Massa yang marah kemudian bergerak menuju kantor Resort Suoh TNBBS dan membakar kantor milik pemerintah tersebut.
Masih dicari
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu Hifzon Zawahiri menyatakan, petugas gabungan masih berupaya mencari harimau yang telah menerkam warga di Lampung Barat. Pencarian dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari memasang kandang jebak dan kamera trap hingga menggunakan drone.
Menurut Hifzon, upaya pencarian harimau dilakukan sejak 8 Februari 2024 saat pertama kali ada korban yang tewas akibat diterkam satwa liar tersebut. BKSDA Bengkulu mengerahkan dua tim yang bekerja bergantian secara simultan.
Saat ini, tim kedua yang terdiri dari petugas BKSDA, TNBBS, bersama aparat TNI dan Polri berupaya menangkap harimau sumatera tersebut. Selain itu, pemerintah juga mendatangkan tim rescue harimau dari Taman Safari Indonesia untuk membantu mengevakuasi harimau tersebut.
Tim rescue harimau itu terdiri dari empat orang, yakni pawang harimau, petugas penembak obat bius, dokter hewan, dan ahli peta hutan. Mereka akan bertugas bersama instansi terkait hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Hifzon menyebut, tim telah mengambil strategi baru dengan membuat kandang jebak dari papan kayu. Langkah itu dilakukan karena penggunaan kandang jebak dari besi yang telah dicoba selama satu bulan terakhir dianggap kurang efektif. Kandang jebak dari kayu terlihat lebih natural bagi satwa liar.
Masyarakat pun diminta bersabar karena petugas masih terus bekerja keras di lapangan. Masyarakat juga diharapkan tidak beraktivitas di dalam hutan selama upaya penangkapan harimau berlangsung.
Selain itu, warga juga diharapkan tidak mudah terprovokasi dengan informasi bohong yang menyebut bahwa pemerintah sengaja melepasliarkan harimau di wilayah itu. Hifzon menyebut, harimau yang menerkam warga itu sudah diidentifikasi sebagai populasi asli di TNBBBS.
Analisis foto
Ketua Forum Harimau Kita Erni Suyanti Musabine mengungkapkan, harimau yang menerkam warga itu diperkirakan berjenis kelamin jantan dengan usia sekitar 8-10 tahun. Harimau itu merupakan populasi asli TNBBS.
Ia menjelaskan, data tersebut diperoleh setelah petugas menganalisis foto harimau yang tertangkap kamera trap yang terpasang di dekat lokasi korban diterkam harimau di Kecamatan Suoh. Data tersebut kemudian dicocokkan dengan data yang sudah tersimpan di pangkalan data TNBBS.
Masyarakat juga diharapkan tidak beraktivitas di dalam hutan selama upaya penangkapan harimau dilakukan.
Menurut Erni, harimau tersebut pernah terekam kamera jebak pada tahun 2019. Kala itu, harimau jantan tersebut terlihat di kawasan hutan TNBBS di wilayah Sukaraja, Kabupaten Tanggamus, dan daerah Pemerihan, Kabupaten Pesisir Barat.
Petugas lalu menyematkan kode Male 13 pada harimau tersebut. Harimau itu menjelajah sejauh 20 kilometer dan kini sering terlihat di Suoh.
Erni menyebut, daerah jejalah harimau itu masih berada di dalam kawasan hutan TNBBS yang merupakan habitat aslinya. Lokasi tempat dua warga diterkam harimau di Lampung Barat, yakni di Pekon Sukamarga dan Pekon Bumi Hantatai, merupakan kawasan hutan TNBBS. Selama ini, warga beraktivitas di habitat harimau dengan membuka kebun kopi di dalam kawasan hutan.
Adapun lokasi tempat seorang warga diterkam harimau yang berada di Pekon Sumber Agung merupakan tanah marga. Namun, lokasi kebun warga tersebut hanya berjarak sekitar 500-600 meter dari batas hutan TNBBS.
Kepala Dinas Kehutanan Lampung Yanyan Ruchyansyah mengatakan, pemerintah daerah memberikan pembinaan kepada petani hutan di Lampung agar dapat berbagi ruang dengan satwa liar.
Program Perhutananan Sosial yang saat ini sudah berjalan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat yang bermukim di dalam hutan untuk menjaga kelesatarian hutan, termasuk flora dan fauna di dalamnya.