Strategi ”Gemoy” Prabowo di Tengah Gempuran Sentimen Negatif
Sebutan ”Gemoy” yang kerap dilekatkan warganet ke capres Prabowo Subianto, diadopsi dan diamplifikasi tim sukses Prabowo-Gibran, untuk menarik atensi publik. Bagian dari penyesuaian strategi gaya berpolitik ke anak muda.
Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN, KURNIA YUNITA RAHAYU
·3 menit baca
Menghadapi Pemilihan Presiden 2024, Prabowo Subianto dan timnya mengambil strategi berbeda untuk memikat pemilih. Prabowo yang sebelumnya dicitrakan keras berubah menjadi dicitrakan sebaliknya. Yang terbaru, terlihat dari diintensifkannya strategi ”gemoy”.
Gemoy merupakan istilah yang kerap digunakan anak muda untuk menggambarkan tingkah laku seseorang yang menggemaskan atau menggelitik. Sebutan gemoy kemudian kerap dilekatkan pada Prabowo oleh warganet setelah melihat tingkah laku Ketua Umum Partai Gerindra itu dalam beberapa kesempatan. Yang terutama, aksi menggemaskannya saat berjoget. Ditambah lagi, pipinya yang chubby dan perawakannya yang tambun.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Soal joget gemoy itu, Prabowo berulang menyampaikan bahwa gaya jogetnya itu muncul begitu saja dari alam bawah sadarnya, dari kenangan di masa lalu. Pada masa lalu, calon presiden nomor urut 2 itu mengaku kerap melihat wayang kulit saat berkunjung ke rumah kakeknya. Gerak para lakon dalam wayang itu yang lantas menginspirasinya saat berjoget.
”Jadi mungkin di bawah sadar saya, setiap ada kabar gembira, ya begitu (joget),” tutur Prabowo dalam Dialog Terbuka Muhammadiyah Bersama Capres Prabowo Subianto di Universitas Muhammadiyah Surabaya, Jumat (24/11/2023).
Laku natural dari Prabowo yang lantas mendapat respons positif dari warganet utamanya di media sosial kemudian diadopsi dan diamplifikasi oleh tim Prabowo sebagai salah satu strategi untuk menarik atensi pemilih, utamanya pemilih muda yang kini banyak ”bermain” di media sosial.
”Ini salah satu strategi penyesuaian gaya berpolitik ke anak muda yang capek melihat konflik antarpolitisi. Mereka berpikir konflik-konflik itu tidak produktif dan tak menguntungkan anak muda. Jadi, kami ingin mengubah paradigma itu dengan politik riang gembira,” ujar Wakil Komandan Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, Fanta, Dedek Prayudi dalam diskusi bertajuk ”Politik Marah-marah Vs Politik Gemoy” di Markas TKN Fanta, Jakarta, Rabu (29/11/2023).
Namun, ditekankannya, strategi ”gemoy” sebatas cara untuk memantik perhatian dari publik, utamanya generasi muda. Setelah atensi itu diperoleh, barulah tim bersama Prabowo dan Gibran menyuntikkan hal-hal yang lebih substansial, seperti visi, misi, dan program dari pasangan yang diusung Koalisi Indonesia Maju tersebut.
”Anak muda itu lebih senang dengan sesuatu yang menggunakan gaya bahasa mereka, gestur mereka. Tidak zamannya lagi yang Anda halangi kami tabrak. Bukan zamannya lagi,” tambah Dedek yang juga menjabat Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Solidaritas Indonesia (PSI).
Strategi itu tampaknya berbuah hasil. Dari analisis Cakra Data, konsultan politik, per 1-21 November 2023, Prabowo-Gibran unggul dalam popularitas percakapan, yakni sebanyak 1,2 juta percakapan. Data dihimpun melalui analisis di kanal Twitter/X, Instagram, Youtube, Facebook, Tiktok, hingga pemberitaan media.
Dari percakapan yang ada tersebut, sentimen positif (36 persen) dan netral (38 persen), tetapi yang sentimen negatif tak terbilang kecil, jumlahnya sebanyak 26 persen. Analisis sentimen ini dilakukan berbasis kata kunci oleh mesin komputer dan manusia dengan tingkat akurasi 92 persen. ”Sorotan negatif itu didominasi kritik warganet terkait putusan Mahkamah Konstitusi dan isu politik dinasti,” katanya.
Kedua isu tersebut terkait dengan pasangan Prabowo, yakni Gibran. Ia bisa maju di Pemilihan Presiden 2024 setelah Mahkamah Konstitusi yang kala itu dipimpin paman Gibran, Anwar Usman, melonggarkan syarat batas minimal usia capres-cawapres.
Sementara isu politik dinasti karena Gibran merupakan putra sulung dari Presiden Jokowi. Keikutsertaan Gibran di Pilpres 2024 lantas membuat adiknya, Kaesang Pangarep, yang menjabat Ketua Umum PSI, ikut mendukung Gibran. Begitu pula Wali Kota Medan Bobby Nasution yang merupakan adik ipar Gibran.
Head of Cakra Data, M Nurdiyansyah, mengatakan, jangkauan konten Prabowo-Gibran dengan gaya berpolitik ”gemoy” berhasil mencuri perhatian publik. Namun, TKN Prabowo-Gibran dinilai perlu menyiapkan narasi tandingan untuk menahan gempuran sentimen negatif serta meningkatkan esensi gagasan dalam strategi ”gemoy”-nya.
Aspek gagasan ini penting karena di Pemilu 2024, hampir 60 persen pemilih berusia muda yang termasuk pemilih rasional. Mereka sangat berhati-hati dan riset terlebih dahulu sebelum menentukan pilihan. Gagasan dan program dari para capres-cawapres jadi salah satu hal esensial sebelum keputusan memilih dijatuhkan.
Direktur Eksekutif Algoritma Research and Consulting Aditya Perdana, beberapa hari lalu, juga menegaskan pentingnya kandidat mengampanyekan dan mengejawantahkan gagasan-gagasannya alih-alih menunjukkan joget-joget atau hal ”receh” lain yang menegasikan narasi kampanye.
Survei Algoritma terbaru, kata Aditya, juga memperlihatkan bahwa publik cenderung memilih kandidat berdasarkan program yang ditawarkan. ”Soal ketokohan dan figur masih diperhitungkan, tetapi program paling utama. Dengan demikian, setiap calon bisa melaksanakan tugas edukasi politik kepada publik. Jadi, pertarungannya menjadi adu narasi dan gagasan, bukan joget-joget atau lucu-lucuan,” tuturnya.