Koalisi Masih Sarat dengan Ketidakpastian
Koalisi pada Pemilu 2024 masih cukup landai dan sarat dengan ketidakpastian. Ketidakpastian itu terjadi karena tidak ada satu kekuatan konfigurasi elektoral yang dominan.
Pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden tinggal empat bulan lagi. Namun, koalisi yang sejauh ini terbentuk masih belum ada kepastian. Bahkan, ada partai yang masih menjajaki partai yang bisa diajak bekerja sama demi memenangi Pemilu 2024.
Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), misalnya, belum menentukan bakal capres dan cawapres yang diusung. Masing-masing partai memperjuangkan figur jagoannya.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
PPP malah justru berkoalisi dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) untuk mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden (capres) di Pemilihan Presiden 2024. Mereka juga telah menyampaikan nama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno sebagai bakal cawapres Ganjar. Di sisi lain, PAN terus mengusung nama Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir sebagai bakal cawapres.
Sementara itu, Anies Baswedan yang diusung sebagai capres oleh Partai Nasdem bersama Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) juga tak kunjung mengumumkan cawapresnya. Begitu pula yang terjadi pada Prabowo Subianto yang diusung oleh Partai Gerindra sebagai bakal capres meskipun Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) telah membentuk Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).
Baca juga: Ikatan Koalisi Masih Rapuh
PDI-P yang bisa mengusung capres dan cawapresnya sendiri pun masih terus berkomunikasi dengan kekuatan politik lain. Setelah bekerja sama dengan PPP dan partai-partai nonparlemen, mereka masih menyambut baik keinginan parpol lain untuk bekerja sama.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, PDI-P sudah bekerja sama dengan PPP dengan mengadakan rapat rutin dalam rangka pemenangan Ganjar. Selain dengan PPP, mereka telah bekerja sama dengan Partai Persatuan Indonesia (Perindo) dan Partai Hanura.
”Komunikasi politik terus dilakukan (PDI-P) dengan Golkar. Kami terus lakukan komunikasi dengan PAN. Kemudian, bahkan dengan Demokrat pun kami menjalin komunikasi dengan baik. Juga dengan PKB dan Gerindra,” kata Hasto dalam acara bincang-bincang Satu Meja The Forum bertajuk ”Koalisi, Atas Nama Visi atau demi Kursi?” yang disiarkan Kompas TV, Rabu (12/7/2023) malam. Acara ini dipandu Wakil Pemimpin Umum Kompas Budiman Tanuredjo.
Komunikasi politik terus dilakukan (PDI-P) dengan Golkar. Kami terus lakukan komunikasi dengan PAN. Kemudian, bahkan dengan Demokrat pun kami menjalin komunikasi dengan baik. Juga dengan PKB dan Gerindra. (Hasto Kristiyanto)
Acara bincang-bincang ini juga dihadiri Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani, Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia, Sekjen PKB M Hasanuddin Wahid, Pelaksana Tugas Sekjen Partai Nasdem Hermawi Taslim, Sekjen PKS Aboe Bakar Al Habsyi, Sekjen Demokrat Teuku Riefky Harsya, Sekjen PAN Eddy Soeparno, dan Sekjen PPP M Arwani Thomafi. Acara ini dihadiri pula oleh budayawan Sujiwo Tejo dan pengamat politik Ahmad Khoirul Umam.
Baca juga: Bentuk Rumah Aspirasi Relawan, Ganjar: Ikhtiar Satukan Parpol dan Sukarelawan
Menurut Hasto, semangat persaudaraan dan gotong royong sangat penting untuk terus dibangun meskipun antarparpol berkontestasi. Setiap parpol harus menampilkan gagasan terbaiknya untuk Indonesia.
Sebagai langkah selanjutnya, PDI-P pada Juli hingga Agustus menggodok sepuluh bakal cawapres yang sudah disampaikan oleh Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri. Cawapres tersebut diharapkan sudah siap pada September. Pengumumannya akan didiskusikan antara Megawati, ketua umum parpol pengusung Ganjar, dan Presiden Jokowi.
Ketika PDI-P masih menjalin komunikasi dengan parpol lain, Partai Nasdem telah mempersiapkan cawapres yang mendampingi Anies. Meskipun demikian, Hermawi Taslim mengungkapkan, pengumuman cawapres dari Anies tidak terburu-buru. Sebab, Nasdem sudah menjadi partai pertama yang mengumumkan capres.
Ia menjelaskan, Tim Delapan yang bertugas memberikan masukan terkait bakal cawapres yang akan mendampingi Anies sudah menyelesaikan tugasnya. Mereka telah menyerahkan beberapa kandidat dengan reputasi masing-masing. Sesuai dengan piagam kerja sama partai pendukung, Anies akan mengumumkan cawapresnya.
Baca juga: Sudah Mengerucut ke Satu Nama, Bakal Cawapres Anies Baswedan Diumumkan Sebelum 16 Juli
Politik kebersamaan
Sementara itu, Gerindra menegaskan masih berhubungan baik dengan PKB. Ahmad Muzani menuturkan, hubungan Gerindra dengan PKB sangat baik. Itu menjadi pesan dari para ulama di berbagai daerah supaya Prabowo tidak meninggalkan PKB dan begitu juga sebaliknya.
”Pak Prabowo pada prinsipnya bisa bekerja sama dengan partai politik mana pun dan tradisi yang kita bangun sekarang ini, kan, sudah sangat bagus. Ada sebuah tradisi menjelang Pilpres 2024 ini, yakni semua partai merasa perlu ada koalisi. Yang sekarang kita kembangkan adalah politik kebersamaan, politik kerja sama, politik gotong royong, politik bareng-bareng,” kata Muzani.
Ia menjelaskan, Indonesia adalah negara yang sangat besar dari sisi jumlah penduduk dan luas wilayah dengan persoalan yang begitu beragam. Masalah negara harus dikelola secara bersama-sama. Karena itu, Prabowo terus merangkul dan berusaha meyakinkan bahwa Indonesia akan kuat apabila bersama-sama menjaga persatuan dan kesatuan.
Prabowo terus merangkul dan berusaha meyakinkan bahwa Indonesia akan kuat apabila bersama-sama menjaga persatuan dan kesatuan.
Ketika KPP, KKIR, dan PDI-P fokus pada pemenangan masing-masing capresnya, KIB justru belum memiliki capres yang diusung. Bahkan, PAN menawarkan kepada koalisi lain yang ingin meminang Erick Thohir sebagai cawapres.
Baca juga: Poros Koalisi Masih Solid
Eddy Soeparno mengungkapkan, PAN bisa bergabung dengan koalisi mana saja asalkan cawapresnya Erick Thohir. PAN telah menawarkan Erick Thohir sebagai cawapres kepada Megawati dan Prabowo.
”Jadi, berbeda mungkin dengan teman-teman yang lain. Ketika masing-masing membahas dan mengusung kandidat capres, kami mengusung dan mendorong kandidat cawapres. Dan itu konsisten sejak satu tahun lalu, Pak Erick Thohir,” kata Eddy.
Dengan naiknya elektabilitas Erick Thohir, Eddy berharap PDI-P dan Gerindra segera menghubungi PAN. Itu yang bisa ditawarkan PAN kepada bakal capres.
Ahmad Khoirul Umam melihat jumlah koalisi masih cukup landai dan sarat dengan ketidakpastian jelang 25 November 2023 sebagai batas akhir pendaftaran pasangan capres dan cawapres. Ada yang sangat percaya diri, ada yang masih agak galau, dan ada yang seperti layangan putus. Layangan putus artinya partai tersebut masih terus menimbang untuk bergabung dengan koalisi mana.
Baca juga: PAN Gencarkan Manuver untuk Loloskan Erick Thohir ke Bursa Cawapres
Menurut Umam, salah satu faktor yang membuat ketidakpastian itu terjadi adalah tidak adanya satu kekuatan konfigurasi elektoral yang dominan sehingga semua terasa datar. Akibatnya, semua partai mencari titik temu yang menyebabkan proses negosiasi menjadi alot.
Ia mencontohkan, PAN bisa bergabung dengan koalisi mana saja. Itu menjadi sebuah cara pandang yang seolah mengonfirmasi bahwa koalisi dibentuk atas dasar visi, kursi, atau kompensasi. Ini menjadi sebuah evaluasi dalam proses demokrasi bahwa visi bukanlah sesuatu yang monoton dalam berkoalisi.
Salah satu faktor yang membuat ketidakpastian itu terjadi adalah tidak adanya satu kekuatan konfigurasi elektoral yang dominan sehingga semua terasa datar.
Menurut Sujiwo Tejo, koalisi bisa mudah terbentuk ketika ada satu keseragaman yang boleh dipakai oleh semuanya. Sebagai contoh, tidak hanya PDI-P yang menggunakan tokoh Presiden Soekarno sebagai alat peraga pemilu, tetapi partai lain juga bisa menggunakannya.