Poros Koalisi Masih Solid
Seusai pertemuan selama sekitar 2,5 jam, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh sepakat untuk saling menghormati keputusan politik partai masing-masing.
> Elite parpol lintas koalisi intens bertemu beberapa pekan terakhir. Yang terbaru, Ketum Nasdem Surya Paloh menemui Ketum Gerindra Prabowo Subianto.
> Pertemuan lintas koalisi tak menggoyahkan soliditas koalisi.
> Menurut pengamat, koalisi yang kini tampak solid, masih bisa berubah ke depan.
BOGOR, KOMPAS - Sejumlah pertemuan elite partai politik dalam beberapa pekan terakhir tidak mengubah poros koalisi yang kini telah terbentuk. Tak terkecuali pasca-kunjungan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh ke Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Minggu (5/3/2023). Kedua belah pihak sepakat untuk menghormati keputusan politik masing-masing.
Pertemuan Prabowo dan Paloh berlangsung selama sekitar 2,5 jam di kediaman Prabowo di Hambalang, Bogor, Jawa Barat. Kunjungan ini disebut sebagai kunjungan balasan setelah pada awal Juni 2022 Prabowo berkunjung ke Nasdem Tower, menemui Paloh. Meski demikian, di dalamnya turut dibahas menyangkut Pemilihan Presiden 2024. Salah satunya, kedua belah pihak menyepakati untuk saling menghormati keputusan politik partai masing-masing.
Prabowo menegaskan, partainya telah memutuskan akan mengusungnya sebagai bakal calon presiden (capres) dalam Pilpres 2024. Ia pun menghormati keputusan dari Nasdem untuk mengusung mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai bakal capres.
”Kami sepakat bahwa kami ingin suasana bangsa dan negara selalu dalam keadaan damai, dalam keadaan rukun, dalam keadaan bersatu. Bahwa persaingan, rivalitas itu perlu. Bahwa juga kita tidak boleh takut dengan oposisi, tetapi oposisi yang selalu konstruktif, selalu damai, dan selalu dalam kerangka NKRI (negara kesatuan Republik Indonesia) dan selalu dalam kerangka Pancasila, selalu dalam kerangka Bhinneka Tunggal Ika,” kata Prabowo.
Paloh juga menyatakan menghormati keputusan Prabowo yang menerima mandat dari Gerindra untuk mengusungnya sebagai bakal capres. Ia menghormati Prabowo sebagai sahabat.
”Bersikaplah untuk betul-betul mampu memberikan spirit semangat bagi Mas Prabowo sebagai satu sumbangsih persahabatan. Menang kalah itu nanti urusan kedua,” katanya.
ia juga berharap dukungan yang sama diberikan kepada Anies. Ia menginginkan agar Anies dipandang dan diterima dengan semangat pertemanan. Hal itu dibutuhkan agar tidak ada kesalahpahaman sekaligus meluruskan bahwa para tokoh yang berniat untuk berkontestasi di Pilpres 2024 sama-sama membawa misi besar bagi perjalanan kehidupan bangsa.
Hingga kini, Gerindra telah berkoalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Hanya saja koalisi ini belum bersepakat soal capres yang akan diusung karena PKB pun mengajukan ketua umumnya, Muhaimin Iskandar. Adapun koalisi Nasdem dengan Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) telah memutuskan mengusung Anies sebagai capres, sedangkan mengenai siapa cawapresnya diserahkan kepada Anies.
Baca juga: Dukungan Jokowi dan Safari Prabowo Saat Elektabilitas Tergerus
Kunjungan elite lintas koalisi, seperti Paloh yang menemui Prabowo, juga kerap terlihat beberapa pekan belakangan. Paloh, misalnya, sempat pula menemui Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto. Kemudian, sejumlah elite PKS juga pernah menemui elite Golkar. Golkar telah memutuskan berkoalisi dengan Partai Amanat Nasional dan Partai Persatuan Pembangunan dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Selain itu, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar pun pernah bertemu Airlangga.
Namun, setelah pertemuan-pertemuan tersebut, bangunan koalisi tidak berubah meski di sejumlah pertemuan sempat muncul ajakan untuk bergabung dalam koalisi.
Baca juga: Adu Siasat Mengikat Koalisi Partai Politik
Wakil Sekjen PKB Syaiful Huda mengatakan, agenda dan keputusan yang dihasilkan dalam pertemuan Prabowo dengan Paloh sebelumnya telah dibicarakan dengan Muhaimin Iskandar. Sejauh ini belum ada perubahan konfigurasi capres yang akan diusung Gerindra dan PKB. Konfigurasi dimaksud adalah Prabowo yang diusung oleh Gerindra, sedangkan PKB berdasarkan hasil Muktamar 2019 memberikan mandat kepada Muhaimin untuk menjadi capres 2024. Akan tetapi, keputusan pasangan yang akan diusung koalisi masih menunggu keputusan dan kesepakatan antara Prabowo dan Muhaimin.
Ia menambahkan, Koalisi Gerindra—PKB memang masih membuka peluang kerja sama dengan parpol lain. Kemungkinan untuk menambah anggota koalisi pun masih tetap ada. “Prinsipnya kami memang masih membuka komunikasi dengan parpol-parpol lain, tetapi semangatnya tidak mengubah konfigurasi yang telah dirintis oleh Gerindra dan PKB,” kata Huda.
Koalisi Indonesia Bersatu juga memastikan masih solid dan bergerak sesuai dengan kesepakatan awal. Pihaknya menghormati pilihan dan langkah politik Nasdem. Golkar juga terus berkomunikasi secara positif dengan PKS, begitu juga dengan Gerindra.
Namun, komunikasi itu belum mengarah pada perubahan komposisi koalisi. Setiap parpol menghormati inisiatif membangun gabungan parpol yang telah dilakukan masing-masing.
“Soal figur capres dan cawapres di KIB pada saatnya akan segera dibahas dan ditentukan. Partai Golkar masih konsisten dengan keputusan mengusung Pak Airlangga (Ketua Umum Golkar) sebagai capres,” kata Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily.
Sementara itu, Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Demokrat Herzaky Mahenda Putra mengapresiasi pertemuan Prabowo dengan Surya. Menurut dia, pihaknya bersama Nasdem dan PKS berupaya membangun kembali budaya kolaborasi antarkekuatan bangsa. Sekalipun berbeda pandangan, pilihan koalisi dan capres, tetapi komunikasi dan silaturahmi harus tetap dijalin.
Sekretaris Jenderal PKS Aboe Bakar Alhabsyi menambahkan, politik silaturahim yang ditunjukkan Prabowo dan Surya perlu dikembangkan. Komunikasi antartokoh bangsa diperlukan untuk menurunkan tensi politik dan menyelesaikan berbagai persoalan dalam nuansa yang lebih santai.
Baca juga: Bertarung Mengejar Posisi Terkuat
Arah koalisi
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia sekaligus pengajar politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, mengatakan, konsistensi koalisi parpol dalam mengusung capresnya masing-masing memperlihatkan bahwa arah koalisi sudah semakin tegas. Sekalipun masih membuka peluang kerja sama dengan parpol lain, koalisi cenderung ingin berjalan sesuai dengan kubu yang telah dibentuk berdasarkan sosok capres yang akan diusung. “Sejauh ini setiap poros ingin maju sendiri, walaupun ke depan situasi masih bisa berubah,” ujarnya.
Menurut Adi, beberapa hal yang bisa mempengaruhi arah koalisi ke depan di antaranya adalah penentuan sosok cawapres dan konsolidasi para elite. Di tengah situasi ini, Adi juga melihat bahwa Nasdem memegang peran kunci dalam menentukan konstelasi koalisi. Sebab, hingga saat ini Nasdem masih menjadi bagian dari koalisi pemerintahan sekaligus partai pendukung Presiden Joko Widodo, sehingga sikapnya bisa berubah kapan saja sesuai dengan dinamika di koalisi pemerintahan. Di sisi lain, Nasdem memegang peran kunci pada poros bakal Koalisi Perubahan.
Terlepas dari itu, Adi menambahkan, pertemuan Prabowo dan Surya membawa pesan penting bahwa sekeras apa pun persaingan politik, persahabatan harus terus dirawat. Masyarakat perlu memahami, politik seharusnya dimaknai secara biasa-biasa saja.
“Pemilu tidak perlu dianggap sebagai perang antaragama, antarelite saja bisa akur meski beda pilihan politik, tidak lucu jika rakyatnya terbelah hanya karena beda jagoan di pilpres,” kata Adi.