Belum adanya kepastian mengenai bakal cawapres yang akan diusung menjadi salah satu sebab sejumlah partai politik, yang tergabung di satu koalisi, masih menjajaki kemungkinan dengan parpol di luar anggota koalisinya.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·3 menit baca
PAN yang sudah tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu menjajaki kemungkinan kerja sama dengan PDI-P yang telah menetapkan Ganjar Pranowo sebagai bakal capres.
PKB yang juga sudah punya komitmen kerja sama dengan Gerindra pun memulai pertemuan informal dengan PDI-P guna membahas peluang kerja sama.
Berbeda dengan koalisi lain, kondisi koalisi Partai Nasdem, Demokrat, dan PKS relatif stabil dan kini tengah memfinalkan nama bakal cawapres pendamping Anies Baswedan.
JAKARTA, KOMPAS - Meski telah berkomitmen dalam satu koalisi untuk menghadapi Pemilu 2024, sejumlah partai politik masih terus berupaya mencari kesamaan dengan partai lain yang bukan anggota koalisinya. Ini menandakan ikatan yang telah terbangun di sejumlah koalisi masih rapuh. Belum adanya titik temu mengenai sosok bakal calon wakil presiden yang akan diusung, menjadi salah satu sebabnya.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Hingga saat ini, sudah ada empat poros koalisi partai politik (parpol) untuk Pemilu 2024. Salah satunya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang beranggotakan Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Namun, belakangan PPP bergabung dengan poros koalisi baru bersama Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) serta Partai Hanura untuk mengusung Ganjar Pranowo sebagai bakal capres.
Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) juga telah membentuk Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR). Meski sudah ada kesepahaman untuk mengusung Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai bakal capres, KKIR belum memutuskan bakal cawapres.
Poros lain adalah Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) yang terdiri dari Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Koalisi ini sudah mendeklarasikan Anies Rasyid Baswedan sebagai bakal capres, tetapi belum resmi memutuskan bakal cawapres untuk Anies. Menurut rencana, bakal cawapres akan diumumkan sebelum 16 Juli ini.
Lobi politik
Meski sudah mengikatkan pada koalisi tertentu, sejumlah partai masih berupaya membangun komunikasi dengan partai di luar koalisi. Sepanjang Jumat (2/6/2023) kemarin, misalnya, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar yang bertemu dengan Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto di kantor DPP PKB, Jakarta.
Selepas pertemuan itu, Hasto mendampingi Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri menerima kunjungan elite PAN yang dipimpin langsung oleh ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, di kantor DPP PDI-P. Ganjar dan juga sejumlah elite PDI-P lain turut hadir dalam pertemuan tertutup dengan jajaran pengurus DPP PAN itu.
Seusai pertemuan, Megawati mengungkapkan, ada banyak kesamaan visi dan misi dari kedua pihak atas berbagai isu. Meski belum sah menjalin kerja sama politik, kedua pihak sepakat untuk melanjutkan pembicaraan ke arah yang lebih teknis dalam upaya memenangi Pilpres 2024. ”Karena ini bertamunya baru satu kali, sudah ada kalau di politik itu prinsip-prinsip politik yang kalau dilihat tadi kesamaannya, sudah sangat-sangat sama,” ujarnya.
Guna menindaklanjuti pertemuan itu, Megawati memerintahkan Ketua DPP PDI-P Puan Maharani yang juga memimpin Tim Pemenangan Ganjar Pranowo untuk menjalin komunikasi sekaligus berkunjung ke kantor DPP PAN.
Terkait pertemuannya dengan pimpinan PKB, Hasto mengungkapkan, itu merupakan pertemuan informal pertamanya dengan Muhaimin. Pertemuan itu akan ditindaklanjuti dengan tiga kali pertemuan informal. Setelah itu, barulah kedua parpol mengatur pertemuan secara resmi sebagaimana yang dilakukan oleh PAN.
Kepastian cawapres
Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes melihat, manuver sejumlah parpol menunjukkan ikatan koalisi yang terbangun saat ini belum kuat. Kondisi itu salah satunya terjadi lantaran belum ada kepastian mengenai cawapres yang akan diusung. Mekanisme penentuan capres-cawapres juga tidak jelas.
Manuver sejumlah parpol menunjukkan ikatan koalisi yang terbangun saat ini belum kuat. Kondisi itu salah satunya terjadi lantaran belum ada kepastian mengenai cawapres yang akan diusung
Selain itu, partai-partai politik juga masih menunggu preferensi politik Presiden Joko Widodo, apakah akan mendukung Ganjar atau Prabowo. Mereka masih berpandangan, sosok yang didukung Jokowi lebih berpeluang memenangi pilpres.
”Ini pula yang membuat partai-partai terutama di KIB atau KKIR itu terdorong untuk mencoba kemungkinan-kemungkinan lainnya,” ujarnya.
Sejauh ini, KIB belum ada kejelasan mengenai capres-cawapres. Hal itulah yang ditengarai membuat PPP merapat ke PDI-P. Sementara PAN kemudian mencoba kemungkinan baru, termasuk menjajaki koalisi dengan PDI-P.
Kondisi serupa dialami KKIR. Belum adanya kepastian siapa capres dan cawapres yang akan diusung, membuat PKB bereksperimen dengan bertemu PDI-P.
Berbeda dengan KIB dan KKIR, kondisi KPP relatif lebih stabil karena sudah bulat sepakat mengusung Anies sebagai bakal capres. Tim 8 yang terdiri dari perwakilan Nasdem, Demokrat, dan PKS juga sudah mengerucutkan satu nama bakal cawapres pendamping Anies. Saat ini, Anies masih terus mendiskusikan sosok calon pendampingnya itu dengan tiga petinggi parpol pendukungnya.
Sementara terkait dengan KIB, Zulkifli menegaskan, masih baik-baik saja, meski PPP telah memutuskan bergabung dengan koalisi PDI-P. Masih terbuka kemungkinan dua parpol KIB akan mengikuti jejak PPP. Namun, jika pada akhirnya jalan yang ditempuh berbeda, akan ada pembicaraan mengenai nasib KIB.
Wakil Sekjen PKB Syaiful Huda Syaiful Huda juga menegaskan, PKB tetap solid dalam koalisi dengan Gerindra. Namun, PKB tetap membangun komunikasi dengan kekuatan politik lain, termasuk PDI-P.