Menguatnya Daya Tarik Prabowo Subianto
Daya tarik Prabowo Subianto menguat beberapa pekan terakhir. Ia intens dikunjungi sejumlah elite dari partai politik lain. Akankah daya tarik ini langgeng hingga Pilpres 2024?
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2018%2F08%2F26%2F349c8606-f5ed-4be8-9b1d-97dc7aa2c673_jpg.jpg)
Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto mengepalkan tangan seusai berpidato dalam acara temu kader nasional Partai Gerindra di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, Minggu (31/10/2010).
> Elite dari sejumlah partai politik bergantian mengunjungi Prabowo Subianto dalam beberapa pekan terakhir.
> Prabowo mencoba meyakinkan bahwa dirinya tepat untuk menjadi pemimpin Indonesia selanjutnya.
> Pengamat melihat ada sejumlah hal yang membuat daya tarik Prabowo menguat.
Memasuki April 2023, Jalan Kertanegara IV, Jakarta, seolah tak pernah lengang. Setiap menjelang sore, rombongan mobil dengan pengawalan pasukan pengamanan sudah mulai memenuhi jalan. Penumpangnya pun bergantian memasuki rumah besar bercat putih dan berpagar hitam dengan ciri khas pohon rindang di tengahnya.
Rabu (5/4/2023) sore, misalnya, Ketua Umum Perindo Hary Tanoesoedibjo bersama jajaran pengurus partainya mendatangi rumah itu. Keesokan harinya, giliran Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar yang baru saja dilantik sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo, serta Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra yang datang.
Pada akhir pekan, Sabtu (8/4), Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) yang juga Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengajak sejumlah petinggi partai berlambang matahari itu untuk bertandang ke Kertanegara. Selanjutnya pada Senin (10/4), Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar hadir bersama dengan para pengurus DPP PKB.
Tujuan mereka sama, menemui sang empunya rumah, Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra. Mereka pun sama-sama membicarakan tentang wacana pembentukan koalisi besar, gabungan partai politik (parpol) dalam jumlah besar untuk menghadapi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F04%2F08%2F3ae65c89-4d8c-43f0-b2d0-ac1b78ade198_jpg.jpg)
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) saaat jumpa pers dengan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan (kanan), di kediaman Prabowo Jalan Kertanegara, Jakarta, Sabtu (8/3/2023).
Sejumlah pertemuan itu memang hanya berselang beberapa hari sejak gagasan pembentukan koalisi besar mengemuka saat ketua umum lima parpol bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Kantor DPP PAN, Jakarta, Minggu (2/4). Kelima parpol dimaksud saat ini tergabung dalam dua koalisi, yakni Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Partai Golkar, PAN, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP), serta Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR), yang merupakan gabungan Partai Gerindra dan PKB.
Kendati belum ada keputusan yang signifikan, para elite parpol mengungkapkan hal senada setelah bertemu Prabowo. Baik Perindo, PBB, PAN, maupun PKB sepakat bahwa koalisi besar merupakan kebutuhan nasional untuk mengurus bangsa yang besar. Mereka juga melihat bahwa lewat cara ini bisa dihasilkan pemimpin nasional yang bakal melanjutkan pembangunan yang telah dilakukan Presiden Jokowi.
Pembicaraan mengenai koalisi besar tak hanya berlangsung di Kertanegara. Sepekan setelah pertemuan berturut-turut itu, Ketua Umum Partai Golkar yang juga Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menemui Menteri Pertahanan itu di kantornya. Sejumlah elite Golkar mengakui, pembentukan koalisi besar merupakan salah satu yang dibahas oleh Airlangga dan Prabowo.
Meyakinkan elite lain
Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra Andre Rosiade bersyukur Prabowo bisa memikat banyak elite parpol lain. Silaturahmi Prabowo dengan banyak tokoh publik lain juga terus berjalan. Sebagai sosok yang telah diputuskan partai untuk diusung sebagai calon presiden (capres) 2024, sudah semestinya Prabowo mendekatkan diri dengan banyak pihak.
Baca Juga: Ikhtiar Keempat Prabowo Subianto
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2019%2F01%2F08%2Ff8191800-0490-4536-8982-604deeb5418c_jpg.jpg)
Andre Rosiade
”Pak Prabowo, kan, memang harus banyak bertemu tokoh-tokoh masyarakat dan elite partai politik dalam rangka meningkatkan elektabilitas beliau,” kata Andre dihubungi dari Jakarta, Rabu (18/4/2023).
Hasil survei sejumlah lembaga pun menunjukkan tren kenaikan elektabilitas Prabowo dalam beberapa waktu terakhir. Survei Indikator Politik Indonesia periode 8-13 April yang dirilis pada Rabu, misalnya, merekam elektabilitas Prabowo mencapai 22,2 persen atau naik dari hasil survei pada Maret yang 21,9 persen dan November 2022 yang sebesar 19,1 persen.
Dengan capaian itu, Prabowo kini berada di posisi teratas capres pilihan publik. Ia unggul atas dua capres pilihan publik lainnya, yakni Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (19,8 persen) dan bakal capres dari Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anies Baswedan (15,9 persen).
Andre tidak menampik, dalam pertemuan demi pertemuan itu, pihaknya juga berupaya meyakinkan bahwa Prabowo merupakan figur yang tepat untuk menjadi pemimpin di 2024. Hal itu didasarkan pada pertimbangan rasional dari berbagai hasil survei serta ketokohan Prabowo. Upaya tersebut penting karena, meski komunikasi antarparpol untuk membentuk koalisi besar sudah semakin intensif, belum ada kesepakatan ihwal capres yang bakal diusung.
Baca Juga: Wacana Koalisi Besar Berembus, Apa Plus Minusnya?

Wartawan meliput pertemuan antara Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (ketiga dari kanan) dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar (kedua dari kanan) di Jalan Kertanegara, Jakarta, Senin (10/4/2023).
”Kami optimistis, (dengan) komunikasi yang intens dengan seluruh pimpinan parpol, insya Allah pasti akan ada jalan keluar dan titik temu. Para pimpinan parpol itu, kan, sudah sepakat bahwa pengambilan keputusan akan dilakukan secara musyawarah untuk mufakat tanpa voting,” tutur Andre.
Upaya dimaksud setidaknya terlihat seusai pertemuan Prabowo dengan Yusril Ihza Mahendra. Saat itu, Prabowo mengungkapkan, telah mengenal Yusril sejak 40 tahun silam. Sekalipun hubungan persahabatan di antara mereka mengalami pasang surut, kata Prabowo, keterlaluan jika Yusril tak mendukung dirinya pada 2024.
”Kalau PBB kali ini enggak dukung saya, ya, kebangetan,” ujar Prabowo sambil berkelakar.
Menanggapi itu, Yusril pun tertawa. Ia memastikan akan bersikap terbuka jika sewaktu-waktu Prabowo memanggilnya.
Baca Juga: Ganjar, Prabowo, dan Intensi Presiden Jokowi untuk Jadi ”King Maker”
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F04%2F06%2F11c12f37-315e-470f-8da1-495043ba3b3c_jpg.jpg)
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (tengah) mengantar Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra (depan) seusai pertemuan di kediaman Prabowo Jalan Kertanegara, Jakarta, Kamis (6/3/2023).
Masih dinamis
Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes melihat, daya tarik Prabowo kian kuat di hadapan elite politik lain setelah muncul ide pembentukan koalisi besar. Gagasan tersebut menguntungkan Prabowo karena dia menjadi satu-satunya figur yang paling memungkinkan untuk diusung oleh lima parpol yang berencana membangun koalisi tersebut.
”Prabowo juga semakin kuat karena ia berulang kali mendapatkan sinyal dukungan sebagai figur yang didukung oleh Presiden Jokowi untuk menjadi penerusnya di 2024,” ujarnya.
Selain itu, dalam tiga pekan terakhir, terjadi perubahan peta elektoral yang menempatkannya di puncak klasemen capres pilihan publik. Bahkan, Prabowo sudah mengungguli Ganjar yang sebelumnya selalu berada di posisi teratas.
Kendati demikian, kondisi tersebut masih dinamis karena akan sangat dipengaruhi oleh manuver Ganjar dan PDI-P. Sebab, kenaikan elektabilitas Prabowo ditengarai terjadi karena ada perpindahan dukungan dari pemilih Jokowi pada Pemilu 2019 yang selama ini mendukung Ganjar menjadi mendukung Prabowo. Perpindahan dukungan merupakan imbas kekecewaan para pemilih lantaran sikap Ganjar dan PDI-P terhadap penyelenggaraan Piala Dunia U-20.
Baca Juga: Bukan Kepentingan Elektoral, Ini Alasan Kader PDI-P Tolak Tim Israel
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2019%2F08%2F29%2F7a9cfee0-e1d5-427f-b3dd-2f64213d8785_jpeg.jpg)
Arya Fernandes
”Efek ini bisa berlangsung lama kalau Presiden Jokowi secara bertahap dan terus-menerus mempertegas posisi politiknya kepada Prabowo. Selain itu juga kalau Prabowo bisa memberikan pesan atau kesan kepada pemilih bahwa dia adalah sosok yang didukung oleh Jokowi,” kata Arya.
Ibarat gula yang selalu dikerubungi semut, saat ini Prabowo dengan segala daya tariknya memang tengah menarik banyak pihak untuk mendekatinya. Kondisi tersebut sebenarnya bisa menguntungkan Prabowo untuk memuluskan langkahnya sebagai capres di Pilpres 2024.
Baca juga: Usung Ganjar Jadi Capres, Megawati Perintahkan Kader Menangi Pemilu
Namun, seberapa kuat ia bisa mempertahankan daya tarik dan mencegah semut-semut berpindah mengerubungi gula lain? Terlebih setelah PDI-P telah memutuskan untuk mengusung Ganjar Pranowo sebagai capres di Pilpres 2024.