Pertarungan Alot ”Amendemen” dan ”Amandemen”
Kredibilitas bahasa Indonesia sangat ditentukan, di antaranya, oleh penulisan kata yang ajek dalam penggunaannya. Kenyataannya, di masyarakat beredar banyak kosakata yang penulisannya berbeda, padahal hakikatnya sama.
Penulisan kata yang tepat antara amendemen atau amandemen ini memang alot, sealot apakah diperlukan amendemen atau perubahan konstitusi seperti pemberitaan akhir-akhir ini. Kenapa alot?
Secara otomatis, banyak penulis baik buku maupun artikel berita akan memilih diksi amandemen. Tentu saja tanpa mengecek terlebih dahulu di Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Meski sudah jelas tertulis di KBBI bahwa yang tepat adalah amendemen, mengapa masih banyak pengguna bahasa Indonesia yang lebih banyak menuliskan atau menggunakan kata amandemen?
Pengaruh buku
Ternyata, banyak buku menggunakan kata amandemen, alih-alih amendemen dalam penulisan judulnya. Buku-buku yang menggunakan kata amandemen tersebut, antara lain, Pembatasan Kekuasaan Presiden: Pergeseran Kekuasaan Presiden Pasca Amandemen UUD 1945 (Kamis Margarito, Setara Press, 2014); Naskah Amandemen Komprehensif Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Kelompok DPD DI MPR RI, 2009); dan Himpunan Keputusan dan Notulen Sidang Raya Istimewa Pengesahan Amandemen Tata Dasar & Tata Rumah Tangga & Sidang MPL Pra SR XV Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, 2009).
Baca juga: Telaah Kata "Auto" yang Digemari Anak Muda
Ada pula buku Problematik & Solusi Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 (Dimyati Hastono, Gramedia Pustaka Utama, 2009); Potret Konstitusi Pasca Amandemen UUD 1945 (AM Fatwa dan Hidayat Nur Wahid, Penerbit Buku Kompas, 2009); Amburadulnya Amandemen UUD 1945 (Muhammad Ridwan Indra, Trisula, 2006); Pendidikan Pancasila: Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa, Dilengkapi dengan Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen (Pandji Wibowo Setijo dan Abubakar Arif, Grasindo, 2006); Amandemen Undang Undang Dasar 1945: Perubahan Pertama, Kedua, Ketiga, dan Keempat (Interaksara, 2002); UUD RI 1945 Setelah Amandemen Ketiga Tahun 2001 (Sinar Grafika, 2002); dan Amandemen Konstitusi dan Pergulatan Pakar Ekonomi (Mubyarto, Aditya Media, 2001). Paling tidak, berdasarkan basis data perpustakaan Litbang Kompas, terdapat 55 koleksi buku dengan judul buku menggunakan kata amandemen.
Baca juga: Kata Terpopuler dan Hiruk Pikuknya
Versus versi dalam kamus
Dalam bahasa Inggris, kata amendment (kata benda), didefinisikan sebagai a minor change or addition designed to improve a text, piece or legislation, etc (perubahan kecil atau tambahan yang digunakan untuk memperbaiki tulisan, pasal, atau undang-undang, dan sebagainya).
Amendment (kata benda) merupakan kata turunan dari amend (kata kerja). Amend diartikan sebagai makes minor changes to (a text, piece of legislation, etc) in order to make it fairer or more accurate (melakukan perubahan kecil pada teks, undang-undang, dan lain-lain untuk membuat lebih adil atau lebih akurat).
Lebih jauh lagi, berdasarkan Oxford Dictionary of English Edisi Ketiga tahun 2010 yang diterbitkan Oxford University Press, amendment merupakan serapan dari bahasa Latin, emendare (sebagai bentuk infinitif, ’membebaskan dari kesalahan’).
Amendment (kata benda) merupakan kata turunan dari amend (kata kerja).
Adapun dalam Kamus Latin-Indonesia yang disusun Prent, Poerwadarminta, dan Adisubrata terbitan Jajasan Kanisius tahun 1969 tersurat amendemen, ’usul perubahan undang-undang yang dibicarakan di Dewan Perwakilan Rakyat’.
Sementara dalam Kamus Umum Belanda-Indonesia (Wojowasito, Ichtiar Baru-Van Hoeve, 1981) tertulis amendement, ’usul perubahan/perbaikan’.
Singkat kata, berkebalikan dengan buku-buku tersebut, semua kamus dari beberapa bahasa menggunakan a/emen-. Tampak terjadi perbedaan yang alot antara buku dan kamus.
Baca juga: Tepatkah ”Kok Bersarang di Net”?
Pedoman pengindonesiaan
Menurut kaidah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia dalam hal penulisan unsur serapan, e tetaplah e. Pedoman tersebut mencontohkan effect menjadi efek, description menjadi deskripsi, dan synthesis menjadi sintesis.
Jelas bahwa amendemen yang merupakan serapan dari bahasa Inggris, amendment, atau mungkin serapan dari bahasa Belanda, amendement, dan boleh jadi juga serapan dari bahasa Latin, emendare, e tetap e dan tidak berubah menjadi a. Amendemen!
Lalu, dari mana munculnya kata amandemen ini?
Kemungkinan besar produksi penulisan saat ini mengacu pada buku-buku yang menggunakan judul besar amandemen,seperti contoh beberapa buku di atas. Judul buku menjadi acuan dan rujukan dalam penulisan ejaan tanpa melihat terlebih dahulu mana kata baku yang sesuai KBBI.
Dalam KBBI Edisi Kedua yang terbit tahun 1994 dan KBBI Edisi Ketiga tahun 2001 yang diterbitkan Balai Pustaka tersurat amendemen alias yang baku adalah amendemen.
Baca juga: Rusia Versus Ukraina, ”Invasi” atau ”Perang”?
Versi Google
Google, sebagai mesin pencari yang paling banyak digunakan masyarakat, kadang kala dijadikan rujukan dalam memilih kata yang benar atau salah/kurang tepat. Marilah kita lihat mesin pencari populer ini dalam memperlakukan sebuah kata.
Ada perbedaan perlakuan oleh Google terhadap bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Saat kita mencari lema atau kosakata bahasa Inggris, secara otomatis Google akan melakukan koreksi dengan adanya garis bawah merah yang menandakan bahwa ejaan itu salah.
Salah satu contoh kata atau lema yang tidak ada dalam bahasa Inggris adalah pruy. Google akan memberikan notifikasi bahwa lema pruy bergaris merah yang artinya terjadi salah tulis.
Ada perbedaan perlakuan oleh Google terhadap bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.
Kemudian, muncullah saran atau koreksi dengan beberapa kata yang terdekat dengan pruy, yakni pray, pray for me, pray for Ukraine, ataupun ”Did you mean” prey, pruwey, pray, prubuy.
Selanjutnya, apabila kita menulis kata atau lema resiko/risiko, amandemen/amendemen, mesin pencari Google tidak memberikan koreksi atau garis bawah merah di bawah keempat kata tersebut. Yang muncul adalah definisi dan pemberitahuan tentang penggunaan antara kata baku dan tidak baku dengan acuan KBBI versi daring.
Tarik-menarik antara mana yang dijadikan acuan dalam penulisan kata baku dan tidak baku terlihat ”alot” apabila kita tidak sering-sering membuka dan membaca KBBI.
Baca juga: ”Ngethrift”, ”Ngetrif”, atau ”Ngetrip”?
Banyaknya buku yang memilih kata amandemen agaknya telah memengaruhi alam bawah sadar pembaca yang kemudian menjadikannya acuan. Berlakulah adagium seeing is believing.
Sebab, tidak dimungkiri buku mempunyai pengaruh besar, pun mesin pencari dalam jaringan. Sayangnya, kekurangtepatan itu kemudian ”mendarah daging” dan berlangsung sampai sekarang.
Amandemen dan resiko merupakan murni salah eja, tidak ada kemungkinan lain. Jangan pernah lelah untuk selalu menggunakan ejaan yang tepat. Pun saya sebagai anggota ”satuan pengamanan ejaan”, merasa lebih nyaman dan yakin dengan istilah ”salah eja” daripada ”baku dan tidak baku”, seperti halnya perlakuan mesin pencari Google terhadap bahasa asing.
(Antonius Galih Rudanto, Penyelaras Bahasa Kompas)