Standar ”Langit” Ciptaan Guardiola
Pep Guardiola telah menciptakan standar baru bagi persaingan juara Liga Inggris. Capaian luar biasa Guardiola bersama Manchester City menuntut para pesaing untuk tampil tanpa cela.
MANCHESTER, SENIN — Di liga mana pun Pep Guardiola berpijak, ia selalu menciptakan standar ”langit” dalam persaingan menuju tangga juara. Guardiola tidak sekadar membentuk tim dengan identitas yang kuat, tetapi juga menghadirkan konsistensi yang sulit ditandingi oleh tim lain.
Itu telah ia buktikan bersama Barcelona di Liga Spanyol, Bayern Muenchen di Liga Jerman, serta Manchester City yang menjadi simbol kedigdayaan baru di Liga Inggris.
Baca juga : “Deja Vu” Terindah Manchester City
Bersama tiga tim itu, Guardiola sukses memberikan gelar liga dengan capaian melebihi 90 poin. Bahkan, pada musim 2017-2018, City meraih gelar liga dengan catatan 100 poin yang menjadi koleksi poin tertinggi dalam satu musim Liga Primer Inggris.
Sebelum Guardiola menangani City mulai musim 2016-2017, hanya ada tiga tim yang bisa menyentuh 90 poin untuk merengkuh trofi liga terbaik di dunia itu. Manchester United, Arsenal, dan Chelsea adalah tim yang pernah mencatatkan perolehan poin monumental itu.
”Setan Merah” menandai dominasi mereka dengan raihan 92 poin pada musim 1993-1994. Kemudian, MU kembali mengoleksi lebih dari 90 poin pada musim 1999-2000 dan 2008-2009.
Adapun Arsenal menjadi tim kedua yang mencatat capaian poin itu pada musim 2003-2004. Sementara itu, Chelsea mengoleksi lebih dari 90 poin untuk menjadi juara pada musim 2004-2005, 2005-2006, dan 2016-2017.
Baca juga : Tak Ada Kata Gugup
Keberhasilan menaklukkan Inggris untuk pertama kali pada empat tahun silam menjadi cetak biru yang dipegang Guardiola untuk menjadi juara liga di musim-musim selanjutnya. Hal itu membuatnya bisa mempertahankan satu generasi skuad City untuk meraih empat titel dalam lima musim terakhir dengan torehan melebihi 90 poin.
Capaian itu tentu berbeda dengan keberhasilan Sir Alex Ferguson yang membutuhkan tiga generasi skuad berbeda untuk mengulang catatan lebih dari 90 poin per musim. Di sisi lain, Chelsea butuh dua manajer, yaitu Jose Mourinho pada musim 2004-2005 dan 2005-2006, lalu Antonio Conte yang memberikan trofi di edisi 2016-2017.
Jamie Redknapp, mantan gelandang tim nasional Inggris, menilai, gelar Liga Inggris yang dipastikan City melalui kemenangan dramatis 3-2 atas Aston Villa, Minggu (22/5/2022) WIB, tidak bisa tercipta tanpa sosok kuat di balik kursi manajer. Ia menambahkan, Guardiola telah menyuntikkan mentalitas juara kepada City yang bisa melampaui batasan yang pernah tercipta di Liga Inggris sebelumnya.
Melihat tim ini membuat saya kagum atas apa yang telah dikerjakan oleh klub dan sang manajer. Sebuah tim tidak akan bisa bangkit dari ketertinggalan di sebuah laga penuh tekanan besar apabila tidak memiliki manajer yang istimewa.
”Melihat tim ini membuat saya kagum atas apa yang telah dikerjakan oleh klub dan sang manajer. Sebuah tim tidak akan bisa bangkit dari ketertinggalan di sebuah laga penuh tekanan besar apabila tidak memiliki manajer yang istimewa,” kata Redknapp kepada Sky Sports.
Baca juga : Satu Tangan Manchester City Menggenggam Trofi
Memotivasi pesaing
Standar tinggi yang dicanangkan juru taktik berusia 51 tahun itu terbukti memotivasi para pesaingnya. Juergen Klopp, Manajer Liverpool, adalah rival utama Guardiola di tanah Britania Raya.
Sebelumnya, Guardiola juga ”memaksa” Real Madrid tampil sempurna di Liga Spanyol edisi 2011-2012. Kala itu, Real di bawah asuhan Mourinho menjadi tim pertama yang mencatatkan 100 poin di La Liga Spanyol demi mengungguli Barcelona.
Di akhir musim 2021-2022, ”The Citizens” meraih titel kedelapan dalam sejarah klub atau keenam di era Liga Primer dengan selisih satu poin dari Liverpool. City mencatatkan 93 poin, sedangkan ”Si Merah” mengoleksi 92 poin.
Sebelum rivalitas Guardiola dengan Klopp mengemuka di edisi 2018-2019, tidak ada dua tim yang mengoleksi poin lebih dari 90 poin dalam satu musim. Hal itu telah dilakukan City dan Liverpool dalam dua musim pada 2018-2019 dan musim ini.
Baca juga : Asa Kuadrupel Liverpool Terus Menyala
Pada tiga tahun lalu, kedua tim juga hanya berjarak satu poin di papan klasemen akhir. The Citizens menjadi juara dengan 98 poin, lalu Liverpool membuntuti dengan 97 poin.
Pada musim 2019-2020, giliran Liverpool menjadi juara dengan mencatatkan 99 poin. Itu adalah perolehan poin terbanyak Liverpool dalam satu musim kompetisi.
Meski begitu, Liverpool juga menjadi satu-satunya tim yang mengoleksi lebih dari 90 poin, tetapi gagal menjadi juara Liga Inggris. Padahal, raihan 90 poin seakan menjadi jaminan bagi klub untuk menjadi penguasa liga.
”Sebelumnya Anda membutuhkan 82 atau 83 poin (untuk juara), sekarang Anda membutuhkan 90 poin untuk titel liga (Inggris) ini. Ini adalah suatu capaian luar biasa bagi saya dan Klopp serta pemain kami yang selalu mencoba dan tak pernah menyerah dalam lima tahun terakhir,” kata Guardiola.
Baca juga : Evolusi Kevin De Bruyne di Manchester City
Guardiola menolak menyebut Liverpool sebagai tim yang gagal di Liga Inggris musim ini. Menurut dia, persaingan titel juara yang diperagakan City dan Liverpool adalah buah usaha keras kedua tim untuk menjadi tim terbaik.
”Satu tim hanya sedikit, mungkin satu inci lebih baik dari yang lain, tetapi mereka (Liverpool) tetaplah pemenang. Liga ini semakin sulit dimenangi karena lawan Anda yang amat kuat sehingga Anda harus menciptakan level yang lebih tinggi,” ucap Guardiola yang telah mengoleksi 10 trofi liga dalam 13 tahun karier kepelatihannya.
Liverpool memang gagal juara liga, tetapi hal itu tidak membuat Klopp dan suporter Si Merah bersedih. Tepuk tangan meriah tetap dihadirkan sekitar 50.000 pendukung di akhir laga pamungkas Liverpool di Stadion Anfield, Minggu, kontra Wolverhampton Wanderers.
”Anak-anak memainkan musim yang luar biasa. Perjalanan kami di seluruh musim 2021-2022 sejauh ini benar-benar mengagumkan. Selamat untuk Manchester City dan Pep Guardiola, semua staf dan pemain City, yang menjadi juara,” ujar Klopp.
Baca juga : Hadapi Southampton, Klopp Dirundung Dilema
Setelah gagal meraih gelar liga untuk menciptakan kuadrupel atau empat trofi di musim ini, Klopp tidak ingin terlalu lama meratapi kegagalan itu. Si Merah langsung mengalihkan fokus untuk menghadapi Real Madrid pada laga final Liga Champions Eropa, Minggu (29/5/2022) dini hari WIB.
”Kekalahan di liga meningkatkan hasrat kami untuk menang, akhir pekan depan. Kami akan mengerahkan seluruh kemampuan kami untuk menjadi juara,” kata manajer berkebangsaan Jerman itu.
Salah satu tim yang bertekad bisa menjadi pesaing City dan Liverpool dalam perebutan gelar liga musim depan adalah Chelsea. Di musim ini, ”Si Biru” hanya bisa mengimbangi duo penguasa itu sampai bulan November. Chelsea mengakhiri liga dengan selisih 18 poin dari Liverpool dan 19 poin dari City, sang juara.
”Kami sekarang berpikir untuk membangun ulang tim karena kami banyak kehilangan pemain kunci,” kata Manajer Chelsea Thomas Tuchel merujuk perginya dua bek andalan, Antonio Ruediger dan Andreas Christensen, karena kontrak yang kedaluwarsa, 30 Juni mendatang. (AFP)