Novak Djokovic mengalami masa sulit pada awal musim 2022 karena tak bisa bertanding. Dia berusaha kembali ke performa terbaik karena percaya diri dengan kemampuannya.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
BELGRADE, SABTU — Novak Djokovic mengalami masa sulit pada awal musim kompetisi 2022. Namun, petenis tunggal putra nomor satu dunia itu percaya pada proses dan kemampuannya untuk kembali ke performa terbaik.
Dua faktor itu membawa permainan yang lebih baik dalam turnamen di tanah kelahirannya, ATP 250 Belgrade, dibandingkan saat dia tampil pada ATP Masters 1000 Monte Carlo. Djokovic melaju ke final setelah mengalahkan Karen Khachanov, 4-6, 6-1, 6-2, pada semifinal yang berlangsung Sabtu (23/4/2022). Kemenangan tiga set, setelah kehilangan set pertama, juga didapat pada dua babak sebelumnya, yaitu atas sesama petenis Serbia, Laslo Djere, pada babak kedua dan Miomir Kecmanovic dalam perempat final.
Hasil tersebut dan apa yang dilakukannya di lapangan memperlihatkan perbaikan permainannya. Gerakannya untuk meluncur di lapangan tanah liat cukup luwes. Dia bisa bertahan dengan baik, jauh di belakang baseline, ketika Khachanov menyerangnya dengan pukulan keras. Pukulan pengembalian servis, yang merupakan salah satu senjata Djokovic, membuat Khachanov kesulitan.
Turnamen di Belgrade hanya menjadi turnamen ketiga Djokovic pada tahun ini setelah Monte Carlo dan ATP 500 Dubai, Februari, dan turnamen di Monte Carlo, dua pekan lalu. Djokovic kalah pada perempat final di Dubai dan babak kedua Monte Carlo setelah mendapat bye pada babak pertama.
Dia kesulitan tampil dalam turnamen sejak awal tahun karena tak pernah divaksinasi Covid-19, padahal ini menjadi syarat untuk memasuki beberapa negara, di antaranya Australia dan Amerika Serikat. Akibatnya, petenis yang akan berusia 35 tahun pada 22 Mei itu urung tampil di Grand Slam Australia Terbuka, untuk menambah 20 gelarnya, serta pada turnamen ATP Masters 1000 Indian Wells dan Miami.
Meski mengalami awal tahun dengan kesulitan, hingga mengganggu mentalnya, Djokovic berkomitmen untuk bertanding saat memiliki kesempatan. Partisipasinya di Monte Carlo dan Belgrade dilatarbelakangi motivasi mempertahankan gelar Grand Slam Perancis Terbuka, 27 Mei-10 Juni, sebagai puncak persaingan di lapangan tanah liat.
Saya memilih bermain. Tak ada yang memaksa saya untuk bertanding kembali. Saya bisa saja berhenti dengan apa yang telah didapat selama 20 tahun berkarier, tetapi saya tetap memiliki motivasi. Saya senang bermain di hadapan banyak orang, apalagi bermain di Serbia. Saya senang berkompetisi.
”Saya memilih bermain. Tak ada yang memaksa saya untuk bertanding kembali. Saya bisa saja berhenti dengan apa yang telah didapat selama 20 tahun berkarier, tetapi saya tetap memiliki motivasi. Saya senang bermain di hadapan banyak orang, apalagi bermain di Serbia. Saya senang berkompetisi,” tuturnya dalam laman resmi ATP.
Hal lain yang mungkin terdengar aneh adalah Djokovic juga ”menikmati” momen kekalahan pada panggung besar. ”Dengan begitu, saya tahu betapa berartinya kemenangan dan berkompetisi dengan atlet top dunia bagi saya,” katanya.
Djokovic beserta dua rival utamanya, Rafael Nadal dan Roger Federer, bersaing untuk menjadi tunggal putra dengan gelar Grand Slam terbanyak. Memasuki musim kompetisi 2022, mereka memiliki jumlah gelar yang sama, yaitu 20. Namun, Nadal berhasil memanfaatkan momen absennya Djokovic hingga saat ini dia unggul dengan 21 trofi juara Grand Slam. Itu menjadi salah satu motivasi Djokovic untuk tetap berkompetisi.
Dari turnamen putri, WTA 500 Stuttgart, Aryna Sabalenka menjadi petenis pertama yang lolos ke final setelah mengalahkan Paula Badosa, 7-6 (5), 6-4. Lawannya pada final adalah antara petenis nomor satu dunia, Iga Swiatek, atau Liudmila Samsonova.
Sementara dari turnamen ATP 500 Barcelona, Carlos Alcaraz tampil pada semifinal untuk keempat kali, dari enam turnamen, pada tahun ini. Petenis Spanyol berusia 18 tahun itu berhadapan dengan Alex De Minaur, sementara semifinal lain mempertemukan Diego Schwartzman dan Pablo Carreno Busta.
Alcaraz berada pada penampilan terbaiknya tahun ini setelah menjuarai ATP 500 Rio de Janeiro, menjadi semifinalis Indian Wells Masters, dan menjadi juara di Miami Masters.
Semifinal di Barcelona dicapai setelah dia melewati dua babak pada Jumat, salah satunya dalam ”big match” perempat final melawan Stefanos Tsitsipas dengan kemenangan 6-4, 5-7, 6-2.
Meski baru bertemu untuk ketiga kalinya, Alcaraz dan Tsitsipas sudah menciptakan rivalitas karena laga yang selalu berlangsung menarik. Saat berhadapan di Real Club de Tenis Barcelona, Jumat, momen ”panas” terjadi ketika Alcaraz mendapat poin terakhir pada set pertama. Ketika Alcaraz bersiap memotong pukulan Tsitsipas, dengan berada di depan net, Tsitsipas memukul bola dengan sangat kencang ke arah tubuh Alcaraz.
Beruntung, Alcaraz bisa mengelak dengan cepat dan bola pun jatuh di luar baseline. Tak hanya Alcaraz, ayah Tsitsipas, yaitu Apostolos, yang berada di tribune tim, bahkan menampakkan ekspresi wajah terkejut dengan kejadian itu.
Pada momen lain, Tsitsipas berkata kasar kepada wasit karena mendapat penalti dua poin. Itu terjadi setelah petenis peringkat kelima dunia itu tiba-tiba meninggalkan lapangan, saat tertinggal 0-3 pada set ketiga, untuk mengganti kaus. Saat dia kembali ke lapangan, wasit mengumumkan skor 0-30 untuk keunggulan Alcaraz.
Tsitsipas pun emosi dan mempertanyakan toilet break yang juga dilakukan Alcaraz tanpa penalti. Kepada wasit, dia berteriak, ”Jika kamu salah tentang peraturan ini, kami harus dipecat!” Alcaraz memang melakukan toilet break, tetapi itu dilakukannya di antara set kedua dan ketiga sehingga tidak menyalahi peraturan.
Dengan kemenangan tersebut, Alcaraz tak terkalahkan dari Tsitsipas pada tiga pertemuan. Dua kemenangan lain didapat pada babak ketiga Grand Slam Amerika Serikat Terbuka 2021 dan babak keempat ATP Masters 1000 Miami, sebulan lalu.
”Mungkin, ini adalah kemenangan terbesar saya di lapangan tanah liat. Saya bermain dengan level luar biasa dengan atmosfer yang juga luar biasa. Saya mengalahkan petenis yang paling berbahaya di sini dan sekarang, saya siap untuk menjadi juara,” katanya.
Dengan kemenangan itu, Alcaraz untuk pertama kalinya akan memasuki jajaran peringkat 10 besar dunia, saat daftar peringkat baru dikeluarkan pada 25 April. Itu dicapainya pada usia 18 tahun.
Secara kebetulan, Nadal mencapai hal yang sama pada 25 April 2005. Dia memasuki peringkat 10 besar saat itu, juga, pada usia 18 tahun. (AFP)