Djokovic Korbankan Gelar Dibandingkan dengan Vaksinasi Covid-19
Novak Djokovic rela mengorbankan gelar juara, termasuk Grand Slam Perancis Terbuka dan Wimbledon, jika panitia turnamen mewajibkan vaksinasi Covid-19 bagi peserta.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
LONDON, SELASA — Batal tampil dalam Grand Slam Australia Terbuka karena tidak divaksinasi Covid-19 tak membuat Novak Djokovic mengubah pendiriannya. Dia memilih mengorbankan gelar juara dibandingkan dengan menjalani vaksinasi.
Sejak vaksinasi Covid-19 mulai disebarkan pada Desember 2020 dan sekitar 10 miliar dosis telah digunakan hingga saat ini, Djokovic beberapa kali mengungkapkan bahwa dirinya menolak divaksinasi. Dia bersikukuh pada pendapatnya meski panitia beberapa turnamen tenis menjadikan itu sebagai syarat bagi peserta. Meski demikian, Djokovic tidak ingin pendiriannya itu dikategorikan sebagai gerakan anti-vax.
Dalam wawancara eksklusif dengan BBC, yang dirilis Selasa (15/2/2022), petenis tunggal putra nomor satu dunia itusekali lagimengungkapkan,vaksinasi atau tidak merupakan hak yang berbeda untuk setiap orang. Maka, dia pun rela mengorbankan gelar juara, termasuk Grand Slam Perancis Terbuka dan Wimbledon, jika panitia turnamen mewajibkan vaksinasi bagi peserta. ”Ya, itu adalah harga yang harus saya bayar,” katanya.
Turnamen di lapangan tanah liat Roland Garros, Perancis Terbuka, 22 Mei-5 Juni, menjadi Grand Slam terdekat, diikuti Wimbledon (lapangan rumput) pada 27 Juni-10 Juli. Grand Slam terakhir tahun ini, Amerika Serikat Terbuka, digelar pada 29 Agustus-11 September.
Dengan kemampuan mumpuni bertanding pada semua jenis lapangan, kondisi fisik yang fit, serta ketangguhan mentalnya, Djokovic sebenarnya berpeluang menjuarai Perancis Terbuka dan Wimbledon. Namun, dia lebih memilih melupakan persaingan dengan Rafael Nadal dan Roger Federer untuk menjadi tunggal putra dengan gelar Grand Slam terbanyak. Tanpa kehadiran Djokovic, Nadal menjuarai Australia Terbuka dan mengungguli dua rivalnya itu dengan 21 gelar Grand Slam.
Wawancara dengan BBC menjadi wawancara pertama Djokovic setelah dia dideportasi dari Australia, Januari. Djokovic tiba di Melbourne untuk mengikuti Australia Terbuka, 17-30 Januari, dengan menggunakan surat pengecualian medis karena terinfeksi Covid-19 pada 16 Desember.
Saya tak pernah menentang vaksinasi, tetapi saya selalu mendukung kebebasan memilih apa yang bisa dilakukan pada tubuh seseorang. Prinsip itu lebih penting dibandingkan dengan gelar juara.
Akan tetapi, miskomunikasi tentang peraturan terkait dengan pandemi Covid-19 antara panitia dan Pemerintah Negara Bagian Victoria dengan Pemerintah Federal Australia membuat Djokovic dipulangkan. TA dan Victoria mengizinkan Djokovic menggunakan pengecualian medis karena baru terinfeksi Covid, sedangkan Australia tetap mewajibkan partisipan turnamen mendapat vaksin penuh, tanpa kecuali.
Setelah visanya ditolak petugas perbatasan, lalu menang banding, Djokovic dideportasi karena Menteri Imigrasi Australia menggunakan haknya untuk mengeluarkan keputusan. Atas dasar itu, Djokovic pun berpendapat, dirinya dideportasi bukan dengan alasan melanggar peraturan, tidak divaksinasi, atau salah mengisi dokumen kronologis perjalanan sebelum tiba di Australia.
”Saya dideportasi karena diskresi dari Menteri Imigrasi berdasarkan persepsinya bahwa saya telah mengakibatkan munculnya sentimen anti-vax di negara itu, padahal persepsi itu tidak benar,” ujarnya.
”Saya tak pernah menentang vaksinasi, tetapi saya selalu mendukung kebebasan memilih apa yang bisa dilakukan pada tubuh seseorang. Prinsip itu lebih penting dibandingkan dengan gelar juara,” ujar petenis Serbia tersebut.
Djokovic memang dikenal sebagai petenis yang sangat peduli pada tubuhnya dengan caranya sendiri. Setelah sering mengundurkan diri dari turnamen karena kelelahan, termasuk ketika gagal mempertahankan gelar juara Australia Terbuka 2008, dia menjalani diet gluten. Petenis berusia 34 tahun itu pun memperdalam pengetahuan tentang mindfulness (kesadaran penuh), seperti dengan bermeditasi dan yoga.
Akan tetapi, meski menyatakan berpikiran terbuka terhadap vaksinasi Covid-19, hingga saat ini dia menyatakan tak akan melakukannya. Djokovicbahkanberharap, peraturan yang mewajibkan vaksinasi bagi petenis bisa berubah. (AFP/REUTERS)