Carlos Alcaraz tiba di Monte Carlo dengan gelar juara terbesar dalam kariernya. Tetapi, petenis Spanyol berusia 18 tahun itu mengawali penampilan di lapangan tanah liat dengan kekalahan.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
MONTER CARLO, RABU - Carlos Alcaraz (18) menjadi sorotan begitu tiba di Monte Carlo, Monako. Ia datang dengan gelar juara terbesar dalam kariernya. Tak pelak, kiprahnya dalam persaingan di lapangan tanah liat pun dinantikan. Namun, Alcaraz malah mengawali langkahnya itu dengan kekalahan.
Pada babak kedua ATP Masters 1000 Monte Carlo di Lapangan Rainier III, Monte Carlo Country Club, Rabu (13/4/2022), Alcaraz kesulitan menghadapi variasi permainan Sebastian Korda di tengah cuaca dengan angin kencang. Dalam pertandingan selama tiga jam dua menit itu, Alcaraz kalah 6-7 (2), 7-6 (5), 3-6.
Hasil itu jadi pembalasan Korda atas kekalahan dari Alcaraz di final turnamen Final ATP Next Gen 2021. Ajang itu mempertemukan delapan petenis terbaik berusia 21 tahun ke bawah pada akhir musim.
Ketika itu, Korda berusia 20 tahun dan menjadi salah satu bintang muda yang tengah berkembang. Putra mantan petenis, Petr Korda, itu meraih gelar pertama ATP pada 2021, yaitu dari ATP 250 Parma.
Akan tetapi, Alcaraz melampauinya pada tahun ini. Dia tiba di Monte Carlo dengan statistik menang-kalah, 18-2, pada tahun ini. Ia pun menghasilkan dua gelar juara, yaitu ATP 500 Rio de Janiero dan ATP Masters 1000 Miami, yang berlevel lebih tinggi dari gelar juara milik Korda.
Dengan gelar itu, saat ini, Alcaraz berada di peringkat ke-11 dunia, jauh di atas Korda yang menempati posisi ke-42. Korda pun mengakui potensi Alcaraz yang telah melampauinya dan bisa menjadi petenis terbaik pada masa depan.
Sebelum tampil di Monako, Alcaraz menembus semifinal Indian Wells Masters dan menjuarai Miami Masters. Capaian itu menjadikannya sebagai kompetitor tangguh di lapangan keras. Selain itu, dia punya reputasi sebagai ”jagoan” di lapangan tanah liat.
Seperti umumnya petenis Spanyol, Alcaraz tumbuh di lapangan tanah liat. Dua dari tiga gelar juara ATP diraihnya di lapangan berkarakter lambat itu, yaitu di Rio de Janeiro dan ATP 250 Umag 2021.
Sangat sulit menjalani pertandingan seperti tadi karena dia berusaha membuat saya banyak bergerak untuk mengejar bola. Jadi, sangat menyenangkan bisa memenangi pertandingan hari ini. Saya bisa membalas (kekalahan) di Final Next Gen. (Sebastian Korda)
Alcaraz berpeluang membuktikan reputasinya itu dalam debutnya di Monte Carlo, salah satu turnamen pemanasan untuk Grand Slam Perancis Terbuka pada 27 Mei-5 Juni mendatang. Tetapi, taktik permainan agresif dengan pukulan keras dari baseline, yang membawanya sukses di lapangan keras, tak bisa dia terapkan di lapangan tanah liat yang memiliki karakter berbeda.
“Saya mencoba berusaha tetap tenang sepanjang pertandingan dan percaya diri dengan pengembalian servis. Sangat sulit menjalani pertandingan seperti tadi karena dia berusaha membuat saya banyak bergerak untuk mengejar bola. Jadi, sangat menyenangkan bisa memenangi pertandingan hari ini. Saya bisa membalas (kekalahan) di Final Next Gen,” tutur Korda, yang juga menjalani debutnya di Monte Carlo, dalam laman resmi ATP.
Kekalahan Alcaraz, yang ditempatkan sebagai unggulan kedelapan, menjadi salah satu kegagalan petenis unggulan pada babak kedua. Unggulan ketujuh, Cameron Norrie; dan Lorenzo Sonego, unggulan ke-16; juga tersingkir pada babak yang sama.
Sehari sebelumnya, kejutan juga terjadi ketika petenis nomor satu dunia, Novak Djokovic, kalah pada babak yang sama setelah mendapat bye di babak awal. Dia kalah dari petenis Spanyol, Alejandro Davidovich Fokina, 3-6, 7-6 (5), 1-6. Kekalahan Djokovic, disusul Alcaraz, membuat potensi pertemuan mereka pada babak perempat final kini batal terwujud.
Laga melawan Fokina hanyalah pertandingan keempat Djokovic pada tahun ini setelah tampil pada turnamen ATP 500 Dubai, Februari. Pada turnamen tersebut, Djokovic dua kali menang sebelum tersingkir pada perempat final.
Sejak awal musim, kesempatannya untuk mengikuti turnamen terkendala karena dia tidak divaksinasi Covid-19. Padahal, vaksinasi itu menjadi syarat untuk memasuki berbagai negara di masa pandemi.
Pada Januari, petenis dengan 20 gelar Grand Slam itu kehilangan kesempatan mempertahankan gelar Australia Terbuka setelah dideportasi oleh Pemerintah Australia. Pada tiga pekan selama Maret-April, Djokovic tak tampil dalam Indian Wells dan Miami Masters karena Pemerintah Amerika Serikat melarang masuk warna non-AS yang tak mendapat vaksin penuh Covid-19. (AFP)