Stefanos Tsitsipas mempertahankan gelar juara ATP Masters 1000 Monte Carlo. Kemenangan ini menjadi bekal berharga petenis Yunani itu menuju Grand Slam Perancis Terbuka, 22 Mei-5 Juni 2022.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
MONTE CARLO, MINGGU — Lapangan tanah liat bisa dikatakan sebagai zona ternyaman bagi Stefanos Tsitsipas meski dia juga tak jelek saat bermain di lapangan keras. Seperti pada tahun lalu, Tsitsipas mengawali penampilan di turnamen tanah liat pada 2022 dengan gelar juara dari ATP Masters 1000 Monte Carlo.
Petenis Yunani itu mempertahankan gelarnya setelah mengalahkan Alejandro Davidovich Fokina pada final, Minggu (17/4/2022). Dalam pertandingan di Lapangan Rainier III, Monte Carlo Country Club, Tsitsipas menang 6-3, 7-6 (3).
Setelah Tsitsipas merebut set pertama, dia terlihat seperti akan mempertahankan gelar juaranya dengan mudah ketika unggul 2-0 pada set kedua. Namun, Davidovich Fokina tak ingin melepas kesempatan pertama final di ajang besar tanpa perlawanan terbaik.
Dia tampil lebih agresif dengan taktik lebih banyak mengarahkan pukulan pada backhand Tsitsipas untuk membuat petenis berusia 23 tahun itu tak nyaman. Dengan permainan itu, Davidovich Fokina mencuri servis pada gim kesembilan saat Tsitsipas unggul 5-4 hingga memaksa terjadinya tiebreak.
Davidovich Fokina memang menaikkan level permainannya pada set kedua, tetapi Tsitsipas bisa bertahan dengan baik. Dalam adu groundstroke keras dari baseline, yang sesekali diselingi dropshot untuk mengecoh lawan, permainan keduanya sering mendapat aplaus dari penonton yang memenuhi stadion.
Tsitsipas akhirnya memenangi final yang berlangsung 1 jam 36 menit itu di hadapan penonton yang tahun lalu tak diizinkan datang ke stadion karena Covid-19. Berada di antara penonton adalah ibunya, Julia Apostoli, yang pernah menjuarai turnamen yunior di tempat yang sama pada 1981.
Luar biasa. Saya bangga kepada diri saya. Saya berusaha tenang sepanjang pertandingan dan yakin dengan permainan saya. Set kedua memang sangat sulit, Alejandro pemain bagus karena saya juga pernah melawan dia sebelumnya. Namun, saya mencoba bertahan dan tampil sebaik mungkin.
”Luar biasa. Saya bangga kepada diri saya. Saya berusaha tenang sepanjang pertandingan dan yakin dengan permainan saya. Set kedua memang sangat sulit, Alejandro pemain bagus karena saya juga pernah melawan dia sebelumnya. Namun, saya mencoba bertahan dan tampil sebaik mungkin,” ujar Tsitsipas.
Gelar juara ini menjadi pembuka jalan bagi Tsitsipas setelah mendapat hasil buruk pada dua turnamen Masters 1000 sebelumnya yang berlangsung di lapangan keras. Dia tersingkir pada babak ketiga di Indian Wells, lalu di babak keempat Miami Masters.
Becermin pada penampilan di musim kompetisi 2021, lapangan tanah liat menjadi zona ternyaman bagi petenis peringkat kelima dunia itu. Setelah menjuarai Monte Carlo Masters, dia mencapai final ATP 500 Barcelona sebelum dikalahkan Rafael Nadal dalam laga ketat. Hasil di Madrid dan Roma Masters tak terlalu bagus, tetapi Tsitsipas menjuarai ATP 250 Lyon, sepekan sebelum tiba di Roland Garros, Paris, Perancis.
Pada Perancis Terbuka inilah, dia mencapai final pertamanya di arena Grand Slam. Berhadapan dengan Novak Djokovic pada laga puncak, Tsitsipas hampir menang ketika merebut dua set pertama.
Namun, tampil pada final Grand Slam memang memerlukan ketangguhan dari semua sisi yang harus dimiliki atlet. Situasi berbalik ketika Tsitsipas kehilangan tiga set berikutnya dan kalah 7-6 (6), 6-2, 3-6, 2-6, 4-6.
Tahun ini, dia memiliki kesempatan untuk mendapat hasil lebih baik. Nadal, yang dijuluki ”Raja Lapangan Tanah Liat” belum berada dalam kondisi fit karena mengalami retak tulang rusuk akibat tekanan. Itu membuatnya absen di Monte Carlo dan Barcelona, 18-24 April. Direncanakan, Nadal akan mengikuti turnamen pemanasan Perancis Terbuka di Madrid Masters, 1-8 Mei.
Petenis nomor satu dunia Novak Djokovic juga belum menemukan penampilan terbaik karena lama absen dari turnamen pada tahun ini akibat terkendala peraturan vaksin Covid-19. Dia baru tampil pada empat pertandingan dalam dua turnamen, dengan hasil dua kali menang dan dua kali kalah. Di Monte Carlo, Djokovic langsung kalah pada penampilan pertamanya, yaitu di babak kedua, dari Davidovich Fokina.
Ditambah dengan fakta bahwa pesaing lainnya, Daniil Medvedev, tak memiliki rekam jejak bagus di lapangan tanah liat, serta Alexander Zverev yang tak tampil konsisten pada tahun ini, Tsitsipas seharusnya bisa memanfaatkan peluang tersebut.
Persiapannya untuk Perancis Terbuka akan berlanjut ke Barcelona dengan Casper Ruud, Diego Schwartzman, dan petenis Spanyol berusia 18 tahun, Carlos Alcaraz, sebagai pesaing paling tangguh.
Meski kalah, Davidovich Fokina telah meraih pencapaian tertinggi dalam kariernya. Sebelum ini, hasil terbaiknya adalah menjuarai dua turnamen ATP Challenger pada 2019. ATP Challenger adalah rangkaian turnamen yang levelnya berada di bawah ATP Tour, yang terdiri dari ATP 250, 500, 1000, dan Final ATP.
Final melawan Tsitsipas menjadi yang pertama baginya di arena Masters 1000. Tahun lalu, dia tampil pada perempat final di Monte Carlo melawan Tsitsipas, tetapi tak bisa menyelesaikan pertandingan karena cedera. Dia mundur menjelang set kedua setelah kehilangan set pertama 5-7.
”Saat itu, saya harus mundur dalam kondisi tak ada penonton. Menyedihkan sekali. Namun, tahun ini saya bisa menjalani pertandingan di lapangan utama dengan penonton yang penuh. Bagi saya, rasanya sangat berbeda. Bertahun-tahun saya menyaksikan di TV petenis yang tampil di lapangan utama di sini, termasuk final Rafa melawan (Albert) Ramos (Vinolas) pada 2017. Saya pun membayangkan bisa tampil di tempat yang sama,” ujarnya dalam laman resmi ATP.
Petenis nomor tujuh Spanyol itu mengatakan, pencapaiannya di Monte Carlo tak lepas dari masa persiapan keras yang dilakukan pada masa libur kompetisi, Desember 2021. ”Sejak awal musim 2022, saya menjalani banyak pertandingan yang seharusnya saya menangi, tetapi akhirnya kalah. Dari momen itu, saya terus mencoba dan tetap percaya pada kemampuan sendiri. Tak peduli apa pun hasilnya, saya berusaha menikmati setiap momen,” katanya. (AFP)