Bintang baru ganda putra Indonesia telah lahir dengan munculnya Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana sebagai juara All England. Kini, tantangan mereka adalah mempertahankan penampilan pada persaingan level elite.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·5 menit baca
BIRMINGHAM, MINGGU — Indonesia pantas bangga dan lega ketika Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana lahir sebagai juara ganda putra All England. Gelar yang menunjukkan suksesnya regenerasi ganda putra ini menjadi langkah awal bagi mereka untuk tantangan lebih besar.
Ganda putra nomor lima Indonesia tersebut menjadi juara dalam debut pada salah satu turnamen berlevel BWF World Tour Super 1000. Sebagai turnamen bulu tangkis tertua di dunia yang digelar sejak 1899, gengsi All England lebih besar daripada ajang lain yang selevel, seperti Indonesia Terbuka dan China Terbuka.
Maka, menjuarai turnamen yang digelar di Utilita Arena Birmingham, Inggris, pada 16-20 Maret ini, bagaikan mimpi bagi ganda putra peringkat ke-28 dunia itu. Dalam final, Minggu (20/3/2022), mereka mengalahkan senior yang disegani semua pemain yang juga juara All England 2014 dan 2019, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, 21-19, 21-13.
Kami sangat bangga bisa juara dan menang dari senior.
Tak kuasa menahan emosi, Fikri pun menangis ketika dipeluk Ahsan dan Hendra saat bersalaman seusai pertandingan. ”Kami sangat bangga bisa juara dan menang dari senior,” kata Bagas menggambarkan perasaan mereka setelah menyandang status juara All England.
Kemenangan dalam tiga babak sebelumnya tak kalah hebat. Mereka mengalahkan unggulan kedelapan Ong Yew Sin/Teo Ee Yi (Malaysia), juara dunia Takuro Hoki/Yugo Kobayashi (Jepang), dan ganda putra nomor satu dunia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon pada babak kedua hingga semifinal.
Seperti pada empat babak sebelumnya, Fikri/Bagas memperagakan permainan cepat. Fikri bertugas mengatur serangan di depan net, sementara Bagas sebagai pengeksekusi melalui smes dari belakang lapangan.
”Mereka bermain bagus dan pantas juara,” kata Ahsan yang bermain dengan cedera pada kedua betis, tetapi menolak membahas kondisinya tersebut.
Akibat cedera yang dialami sejak perempat final tersebut, Ahsan mendapat perawatan pada jeda gim kedua. Setelah itu, pergerakannya menjadi sangat terbatas. Tak ada lagi gerakan meloncat dari pemain berusia 34 tahun itu. Pasangan berjulukan ”The Daddies” tersebut kian sulit mengimbangi kecepatan Fikri/Bagas.
Meski kalah, Hendra/Ahsan turut bangga dengan gelar juara yang diraih ”adik” mereka. Ganda putra Indonesia pun memiliki calon bintang sebagai penerus generasi Hendra/Ahsan dan Kevin/Marcus.
Gelar dari Fikri/Bagas menjadi gelar ke-22 bagi ganda putra Indonesia dari All England. Jumlah itu menjadi yang terbanyak dibandingkan dengan negara lain sejak era 1970-an.
Christian Hadinata/Ade Chandra menjadi pembuka jalan gelar juara ganda putra Indonesia ketika menjadi yang terbaik pada 1972. Seperti Fikri/Bagas, Christian mengatakan, itu menjadi keikutsertaan pertama mereka pada All England.
Namun, ada yang lebih melegakan bagi Indonesia yang mengandalkan bulu tangkis untuk mendapat kebanggaan di dunia olahraga tingkat dunia. Sejak Christian/Ade menjadi juara, ganda putra Indonesia tak henti melahirkan juara-juara baru.
Christian, yang berpengalaman menjadi atlet dan pelatih, menilai, regenerasi ganda putra berjalan baik dengan indikator bahwa tidak ada kesenjangan jauh antara senior dan para pelapis. ”Di saat pemain senior masih berprestasi, adik-adik mereka sudah siap untuk meneruskan. Ini gambaran yang baik untuk regenerasi,” ujarnya.
Berdasarkan pengalamannya, mantan pemain ganda putra, Bambang Supriyanto, berpendapat, prestasi yang terus-menerus diciptakan ganda putra menjadi contoh bagi pemain muda. ”Umumnya, usia karier pemain ganda putra lebih panjang daripada pemain nomor lain. Mereka pun menjadi panutan untuk para yuniornya. Keberadaan senior yang seperti itu sangat berperngaruh pada pemain muda yang berlatih bersama mereka,” tutur Bambang.
Bambang pun menjuarai All England 1994 ketika berpasangan dengan seniornya, Gunawan, setelah Gunawan menjadi juara All England 1992 saat berduet dengan Eddy Hartono. Setelah itu, prestasi Bambang diteruskan dengan kejayaan Ricky Soebagdja/Rexy Mainaky.
Pada era 2000-an, dominasi ganda putra berada di tangan empat pemain yang bisa menjadi juara meski dibongkar pasang. Mereka adalah Tony Gunawan, Halim Haryanto, Candra Wijaya, dan Sigit Budiarto. Di bawah mereka ada Markis Kido/Hendra, Hendra/Ahsan, hingga berlanjut ke Kevin/Marcus.
Saat ini, ada tiga pasangan pelapis dengan kemampuan setara di bawah Kevin/Marcus, Hendra/Ahsan, dan Fajar Alfian/Muhamad Rian Ardianto. Mereka bersinar secara bergantian pada ajang berbeda.
Fikri/Bagas menjadi yang paling sukses dalam menjalani debut di All England. Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan menjadi bintang muda saat digelar Festival Bulu Tangkis Indonesia di Bali, November-Desember 2021, dengan lolos ke turnamen Final BWF. Adapun Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin, juara Asia dan dunia yunior 2019, mencapai semifinal turnamen selevel All England, yaitu Thailand Terbuka 2021.
Ketiga pasangan itu menjadi bagian dari tim muda Indonesia yang mencapai final Kejuaraan Asia Beregu Putra 2022 di Malaysia, Februari. Mereka kalah di final dari tuan rumah yang menurunkan kekuatan penuh dengan hadirnya Lee Zii Jia dan Aaron Chia/Soh Wooi Yik.
Christian dan Bambang mengatakan, prestasi ganda putra Indonesia di tingkat dunia turut berpengaruh pada pemain di klub. Mereka tertarik menjadi bagian dari nomor paling berprestasi ini. ”Kualitas pemainnya pun bagus-bagus. Tak jarang, ganda putra pun sering menjuarai turnamen internasional level yunior,” ujar Bambang.
Di tengah kebanggaan dengan momen yang terjadi pada All England 2022, Christian menyebut langkah penting berikutnya yang harus dilalui skuad pelapis. Dia mengingatkan agar pemain dan pelatih tak lengah dengan prestasi All England.
”Pemain-pemain muda itu harus dijaga agar bisa konsisten pada level elite hingga bisa menjadi seperti Kevin/Marcus dan Hendra/Ahsan, jangan menjadi juara secara kebetulan. Faktor yang paling penting setelah ini adalah nonteknis. Mental mereka akan diuji apakah bisa konsisten bersaing di level tinggi atau tidak, apalagi Fikri/Bagas dengan status juara All England,” katanya.
Hal lain yang tak kalah penting, menurut Bambang, adalah peran PP PBSI yang harus memberikan kenyamanan bagi pemain sebagai aset bangsa. ”Jangan sampai ada situasi yang membuat mereka tidak nyaman di pelatnas,” katanya.
Pada nomor putri, pemain-pemain Jepang mempertahankan dominasi sejak 2020. Gelar tunggal putri didapat Akane Yamaguchi, sementara ganda putri dijuarai Nami Matsuyama/Chiharu Shida.