Kesempatan Baru Skuad ”Merah Putih”
Diskualifikasi tim Indonesia dari All England 2021 harus dilupakan. Kini saatnya pemain membayar ”utang” itu dengan gelar juara.
Diskualifikasi dari All England 2021 bagai meninggalkan utang bagi tim bulu tangkis Indonesia. Kini, saatnya skuad ”Merah Putih” membayarnya dengan gelar juara dalam persaingan yang akan berlangsung di Utilita Arena Birmingham, 16-20 Maret.
Indonesia diperkuat 15 wakil di lima nomor. Jonatan Christie, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, dan Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja, yang sempat terinfeksi Covid-19 pada dua pekan terakhir di waktu dan tempat berbeda, telah berada di Birmingham sejak Senin (14/3/2022). Jonatan mendapat hasil tes positif saat tampil pada Jerman Terbuka, 8-13 Maret. Adapun dua ganda campuran terinfeksi saat masih di Indonesia sehingga batal tampil di Jerman Terbuka.
Covid-19 pula yang membatalkan keikutsertaan Indonesia pada All England 2021 meski tiga wakil telah memenangi babak pertama. Semua pemain didiskualifikasi karena dinilai memiliki kontak dengan penumpang pesawat yang terinfeksi Covid-19 dari Turki ke Inggris.
Baca juga : Indonesia Diharuskan Mundur dari All England
Setahun berlalu, Indonesia memiliki kesempatan baru. Bagi beberapa atlet Indonesia, All England 2022 menjadi momen yang sangat dinanti dengan alasan masing-masing. Anthony Sinisuka Ginting dan Greysia Polii/Apriyani Rahayu akan tampil setelah meraih medali dalam Olimpiade Tokyo 2020 yang digelar 23 Juli-8 Agustus 2021.
Dengan medali emas, Greysia/Apriyani bahkan menjadi ganda putri pertama dari Indonesia yang meraih medali dari Olimpiade. Adapun Anthony menyumbangkan medali di tunggal putra, 17 tahun setelah Taufik Hidayat dan Sony Dwi Kuncoro terakhir kali melakukannya dengan meraih emas dan perunggu di Athena 2004.
Para juara Tokyo 2020 lainnya juga akan bersaing, yaitu peraih emas tunggal putra Viktor Axelsen, Chen Yufei (tunggal putri), dan Wang Yilyu/Huang Dongping (ganda campuran). Hanya ganda putra Lee Yang/Wang Chi Lin yang tak akan tampil. Mereka mengundurkan diri sejak Februari karena kekhawatiran pada tingginya kasus Covid-19 di Inggris.
Khusus bagi Greysia/Apriyani, All England 2022 akan memiliki kesan lebih besar. Turnamen bulu tangkis tertua di duniayang digelar sejak 1899ini akan menjadi All England terakhir mereka sebagai pasangan. Bisa jadi, ini juga akan menjadi turnamen terakhir mereka sejak berpartner pada Mei 2017 itu. Hal ini karena Greysia berencana mengundurkan diri sebagai atlet pada tahun ini meski belum ada kepastian waktu.
Baca juga : Kasus All England Bukan soal Diskriminasi
Untuk melahirkan penerus ganda putri peringkat keenam dunia itu, pasangan baru mulai dibentuk, yaitu Apriyani/Siti Fadia Silva Ramadhanti. Pasangan lama Fadia, Ribka Sugiarto, akan berduet dengan Febby Valencia Dwijayanti Gani.
Adapun Greysia, jika tetap bertanding, akan dipasangkan dengan pemain muda untuk mematangkan kemampuan mereka. Namun, kemungkinan diturunkannya Greysia/Apriyani masih tetap ada, yaitu pada turnamen yang hanya bisa diikuti berdasarkan peringkat dunia, seperti kejuaraan dunia.
Dengan kemungkinan akan menjadi All England terakhir dan dengan reputasi juara Olimpiade, Greysia/Apriyani memiliki kesempatan besar untuk juara, apalagi setelah target menjadi juara dunia tak tercapai karena absennya tim Indonesia pada kejuaraan dunia di Huelva, Spanyol, Desember 2021. Indonesia mundur karena khawatir pada penyebaran varian Omicron di Eropa.
Mereka harus bertanding tanpa beban untuk juara. Tetapi, bukan berarti harus juara.
Meski demikian, pelatih ganda putri pelatnas, Eng Hian, mengingatkan Greysia/Apriyani tentang pola pikir yang harus mereka bawa sejak babak pertama. ”Mereka harus bertanding tanpa beban untuk juara. Tetapi, bukan berarti harus juara,” kata Eng Hian.
Mantan pemain ganda putra itu selalu mengingatkan hal tersebut agar menjadi juara tak menjadi beban, tetapi dipandang sebagai motivasi. Ini akan membuat mereka bermain nyaman, seperti ketika tampil di Tokyo 2020.
Gelar juara All England juga menjadi incaran skuad ganda putra. Pelatih Herry Iman Pierngadi menyebut turnamen dengan hadiah total 1 juta dollar AS (Rp 14,3 miliar) ini sebagai salah satu target besar tim yang dipimpinnya pada 2022, selain kejuaraan dunia. Untuk mencapai target tersebut, Indonesia mengandalkan enam pasangan, yang merupakan wakil terbanyak satu negara dalam persaingan satu nomor pertandingan di Birmingham.
Namun, dengan jumlah tersebut dan tiga pasangan pelapis yang belum bisa masuk daftar unggulan, pertemuan sesama pemain Indonesia pada babak pertama tak terhindarkan. Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana akan bertemu Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan, adapun Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto ditantang Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin.
”Undiannya memang tidak menguntungkan, tetapi itu menjadi risiko dan ujian dengan kondisi seperti sekarang,” kata Herry.
Baca juga : Bekal Masa Depan Ganda Putra Indonesia
Kevin Sanjaya Sukamuljo dan kawan-kawan akan berusaha mengembalikan reputasi ganda putra Indonesia yang meraih tiga gelar juara dalam lima tahun terakhir. Kevin/Marcus Fernaldi Gideon juara pada 2017 dan 2018, sedangkan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan menjadi yang terbaik pada tahun berikutnya. Dalam dua tahun terakhir, gelar ganda putra diraih Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe (Jepang) yang telah berpisah karena Endo pensiun.
Pembuktian ganda campuran
All England 2022 juga menjadi momen penting bagi empat ganda campuran Indonesia. Praveen/Melati dan Dejan/Gloria punya kesempatan untuk membuktikan diri bahwa mereka masih bisa berprestasi meski tak lagi berstatus pemain pelatnas. Praveen/Melati serta Gloria dan partnernya, Hafiz Faizal, tak dipanggil lagi PP PBSI untuk menjadi pemain pelatnas 2022. Padahal, Praveen/Melati masih menjadi ganda campuran terbaik Indonesia dengan menempati peringkat kelima dunia.
Mereka dikeluarkan dari pelatnas dengan alasan hasil yang stagnan, setidaknya dalam dua tahun terakhir. Karena berasal dari klub yang sama, PB Djarum, Praveen/Melati tetap berpasangan, sedangkan Gloria kini bermain bersama Dejan karena Hafiz berasal dari PB Jaya Raya.
Dua pasangan lain akan memiliki motivasi yang sama karena diandalkan menggantikan Praveen/Melati dan Hafiz/Gloria di pelatnas. Mereka adalah Rinov Rivaldy/Pitha Hantingtyas Mentari dan Adnan Maulana/Mychelle Chrystine Bandaso.
Baca juga : Skuad Muda yang Menjanjikan
Akan tetapi, lawan berat harus dihadapi sejak babak pertama karena tak berstatus unggulan. Rinov/Pithadihadapkan pada unggulan keenam, Marcus Ellis/Lauren Smith. Pada Jerman Terbuka, pekan lalu, Rinov/Pitha dikalahkan pasangan Inggris itu pada perempat final, 21-16, 16-21, 19-21.
Selain menjadi incaran para juara Olimpiade, All England kali ini juga akan menjadi panggung persaingan para bintang yang baru muncul menjelang akhir 2021. Di antara mereka terdapat ganda putra Jepang peringkat keempat dunia, Takuro Hoki/Yugo Kobayashi. Mereka menjadi kompetitor kuat tahun ini setelah menjuarai Indonesia Masters, Final BWF, dan Kejuaraan Dunia serta menjadi finalis Indonesia Terbuka 2021 dalam rentang sebulan.
Juara dunia tunggal putra, Loh Kean Yew, bahkanbenar-benar menjadi pemain baru dalam All England. Pemain Singapura berusia 24 tahun tersebut baru tahun ini dapat tampil di Birmingham setelah menempati peringkat 20 besar dunia sejak Desember 2021. Saat ini, Loh menempati peringkat kesembilan dunia.
Bintang muda berusia 20 tahun, yaitu An Se-young, Kunlavut Vitidsarn, dan Lakshya Sen, juga akan menjadi sorotan. An menyapu bersih gelar tunggal putri dari tiga turnamen beruntun Indonesia Masters, Indonesia Terbuka, dan Final BWF 2021.
Baca juga : Penampilan Stagnan Praveen/Melati
Adapun Vitidsarn dan Sen menjadi kekuatan baru tunggal putra dengan kemampuan mereka menumbangkan pemain top. Pekan lalu, Vitidsarn dan Sen bertemu pada final Jerman Terbuka yang dimenangi Vitidsarn. Sen tampil pada laga puncak setelah mengalahkan Anthony Sinisuka Ginting, Prannoy HS, dan Axelsen, sedangkan Vitidsarn menyingkirkan Jonatan, Kenta Nishimoto, dan juara All England 2021 Lee Zii Jia.