Indonesia menjadi salah satu kekuatan utama ganda putra bulu tangkis dunia. "All Indonesian Finals" pada All England tahun ini menjadi yang ke-10 dalam turnamen bulu tangkis tertua di dunia itu.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·4 menit baca
Indonesia memastikan satu gelar juara dari All England 2022 dengan ”all Indonesian finals” pada ganda putra. Pertemuan pemain dari dua generasi, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana, menjadi final ganda putra sesama Indonesia ke-10 pada turnamen bulu tangkis tertua di dunia itu.
Persaingan Hendra/Ahsan dan Fikri/Bagas akan terjadi di Utilita Arena Birmingham, Inggris, Minggu (20/3/2022) siang waktu setempat atau malam waktu Indonesia. Final akan dimulai dengan tunggal putri An Se-young (Korea Selatan) melawan Akane Yamaguchi (Jepang) pukul 19.00 WIB, dilanjutkan nomor ganda putra.
Hendra/Ahsan lolos ke final setelah mengalahkan satu-satunya wakil dari luar Indonesia pada semifinal ganda putra, He Jiting/Tan Qiang (China), 21-16, 14-21, 21-13, Minggu dini hari waktu Indonesia. Beberapa jam sebelumnya, Fikri/Bagas menyingkirkan pasangan nomor satu dunia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, 22-20, 13-20, 21-16.
Alhamdulillah, bisa menang dan ke final. Rasanya lega bisa menang dan menciptakan all Indonesian finals.
”Alhamdulillah, bisa menang dan ke final. Rasanya lega bisa menang dan menciptakan all Indonesian finals,” kata Ahsan kepada Tim Humas dan Media PP PBSI.
Hendra menambahkan, dia merasa sangat lega dengan kemenangan itu, apalagi Ahsan bermain dengan kondisi kedua betis cedera. Cedera betis kiri dialami sejak sebelum bertolak ke Birmingham, sedangkan cedera betis kanan dialami saat bertanding pada perempat final.
”Rasa sakitnya masih terasa, tetapi lebih baik dari sebelumnya. Itu pula yang membuat saya bermain terlalu lambat pada gim kedua. Pada gim ketiga, saya hanya fokus pada pertandingan, berusaha melupakan rasa sakit,” tuturnya.
Meski telah berusia di atas 30 tahun dan dengan kondisi cedera Ahsan, ganda berjulukan ”The Daddies” itu masih bisa bermain dengan cepat pada gim pertama dan ketiga. Mereka pun selalu berusaha memberi tekanan terlebih dulu pada lawan, terutama melalui permainan cepat Ahsan di depan net. Hendra, yang kali ini lebih banyak bermain di belakang lapangan, berkali-kali mempersulit lawan dengan arah pukulan yang sulit ditebak.
Mereka berjuang mengatasi lawan-lawan muda yang memiliki kecepatan dan kekuatan lebih baik. ”Saya punya motivasi Indonesia membawa gelar juara dengan all Indonesian final,” kata Ahsan, bercerita faktor yang membuatnya tetap berjuang keras meski dalam kondisi cedera.
Apa yang mereka perlihatkan di lapangan membuat pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi bangga. Usai pertandingan, Herry menghampiri untuk memeluk keduanya.
”Luar biasa, walau kondisi tidak prima, Hendra/Ahsan bisa memanfaatkan segala pengalaman mereka, mental juara, dan semangat di lapangan. Mereka juga tidak mudah menyerah. Perjuangan Hendra/Ahsan itu bisa menjadi contoh bagi pemain-pemain muda Indonesia,” ujar Herry.
Membawa gelar juara dari All England memang menjadi target besar ganda putra pada tahun ini. Namun, yang terjadi di Birmingham melebihi ekspektasi.
Final Hendra/Ahsan melawan Fikri Bagas menjadi final ganda putra sesama Indonesia pertama sejak Tony Gunawan/Halim Haryanto mengalahkan Candra Wijaya/Sigit Budiarto pada final 2001.
Sebelum itu, final ganda putra sesama pemain Indonesia mewarnai setiap dekade sejak 1970-an. Setelah Christian Hadinata/Ade Chandra menjadi juara ganda putra pertama dari Indonesia, pada All England pada 1972, mereka dan Tjun Tjun/Johan Wahjudi menguasai final pada lima penyelenggaraan, yaitu 1973, 1974, 1975, 1977, dan 1978. Christian/Ade menjadi juara pada 1973, selebihnya gelar didapat Tjun Tjun/Johan.
Pada 1981, Rudy Heryanto/Hariamanto Kartono mengalahkan Tjun Tjun/Johan di final, sementara pada era 1990-an terdapat persaingan antara Ricky Soebagdja/Rexy Mainaky, Gunawan/Bambang Supriyanto, dan Denny Kantono/Antonius. Setelah itu, muncul generasi Tony Gunawan/Halim Haryanto dan Candra Wijaya/Sigit Budiarto pada awal 2000-an.
Setelah Candra/Sigit menjuarai All England 2003, Indonesia sebenarnya memiliki banyak ganda putra papan atas, seperti Luluk Hadiyanto/Alvent Yulianto dan Hendra/Markis Kido. Tetapi, gelar baru didapat Hendra/Ahsan pada 2014 yang mereka ulang pada 2019.
Di bawah Hendra/Ahsan, generasi baru juara muncul dengan hadirnya Kevin/Marcus yang menjuarai All England pada 2017 dan 2018. Ganda berjulukan ”Minions” itu bahkan bertahan di puncak peringkat dunia sejak Oktober 2017.
Saat ini, pelatnas Cipayung memiliki tiga pasangan pelapis dengan kemampuan setara, salah satunya Fikri/Bagas. Bersama Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin (yang terhenti pada perempat final) dan Pramudya Kusumawardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan (kalah dari Fikri/Bagas pada babak pertama), Fikri/Bagas menjalani debut dalam All England.
Hendra/Ahsan pun senang dengan munculnya generasi baru tersebut. ”Saya senang karena regenerasi di sektor ganda putra sudah berjalan baik. Ada pasangan pelapis yang bisa lolos ke final All England. Ini menunjukkan bahwa regenerasi sudah berjalan dengan baik,” kata Hendra.
Final Ganda Putra Sesama Indonesia
1973 Christian Hadinata/Ade Chandra – Tjun Tjun/Johan Wahjudi 15-1, 15-7